Potensi Mitigasi Karbon Mangrove Indonesia Dan Tantangannya Di Kurun Depan



Mangrove merupakan salah satu ekosistem terpenting yang ada di muka bumi. Mangrove didefinisikan sebagai vegetasi tumbuh-tumbuhan yang terdapat pada zona intertidal pantai tropis sampai sub-tropis dengan luas mencapai 20 juta hektar (Kathiresan & Bingham, 2001; Kitamura et al., 1997). Indonesia sebagai negara kepulauan dan dengan garis pantai terpanjang di dunia mempunyai tutupan mangrove terluas, yakni lebih dari 2 juta hektar atau 21% dari total luas mangrove dunia (Giesen, 2007). Mangrove mempunyai peranan ekologis yang sangat penting, diantaranya melindungi pantai dari erosi dan menjaga kualitas air; sebagai habitat bagi banyak sekali macam organisme, terutama organisme perairan alasannya kaya akan nutrisi; dan sebagai carbon pool dengan tingkat sekuestrasi karbon yang tinggi (Alongi, 2014; Kathiresan & Bingham, 2001).

Manfaat terakhir yang disebutkan diatas mempunyai kaitan dengan peningkatan suhu global alasannya berkaitan dengan karbon. Sekuestrasi karbon didefinisikan sebagai proses pengikatan karbon dari atmosfer oleh flora lalu di simpan dalam waktu yang usang (Donato et al, 2011). Dengan demikian, Indonesia dengan luas mangrove terbesar mempunyai potensi mitigasi karbon yang sangat besar untuk mengurangi pemanasan global. Hal ini dikarenakan mangrove sanggup menyimpan karbon tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan ekosistem hutan boreal, hutan temperate atau hutan terrestrial pada umumnya (Donato et al, 2011). Sesuai dengan komitmen yang tercantum di dalam Paris Climate Agreement 2015, negara-negara di dunia, termasuk Indonesia menargetkan untuk mengurangi pemanasan global sebesar 2°C dan mencegah peningkatannya sebesar 1,5 °C (UNFCCC, 2015). Oleh alasannya itu, mangrove yang sangat luas di Indonesia merupakan potensi yang hendaknya sanggup dimaksimallkan sebagai salah satu solusi dalam mengatasi warta pemanasan global.

Akan tetapi, potensi mangrove yang ini bukannya tanpa ancaman. Seperti halnya mangrove yang ada di dunia, luas mangrove di Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis yakni 1,8 juta hektar mangrove telah rusak selama periode 1980-2005 (FAO, 2007). Riset terbaru menyatakan bahwa sekitar 748.84 km2 selama periode 2000-2012 (Hamilton, 2015). Beberapa penyebab utama rusak dan lenyapnya mangrove di Indonesia, diantaranya perluasan akuakultur dan agrikultur, pengembangan dan pembangunan di tempat pantai, serta penebangan liar (Wetlands, 2011).

Berdasarkan uraian singkat di atas, perlu dirancang taktik pengelolaan dan pemanfaatan yang berkelanjutan dan tanpa merusak lingkungan (sustainable and environmentally friendly management) sehingga pemanfaatan mangrove oleh masyarakat tetap sanggup berjalan dengan baik dan tetap pada koridor pemanfaatan tanpa merusak mangrove itu sendiri. Selain itu juga, perlu dilakukan restorasi untuk mengembalikan mangrove yang sudah rusak sehinngga sekuestrasi karbon yang tinggi tetap terjaga. Tentunya hal ini tidak sanggup dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah sendiri, melainkan hendaknya melibatkan semua elemen, baik itu NGO maupun masyarakat. Dalam hal ini, pendekatan Community based conservation merupakan taktik yang patut dipertimbangkan sebagai contoh dalam mengelola mangrove.

Penulis: Muhamad Soimin, S. Si.

Referensi:
  1. Alongi, Daniel. 2014. Carbon Cycling and Storage in Mangrove Forests. Annual Review of Marine Science.6, 1-487.
  2. Donato, Daniel C., et al. 2011. "Mangroves among the most carbon-rich forests in the tropics." Nature geoscience 4.5, 293-297.
  3. FAO. 2007. The World’s Mangroves 1980–2005 89 FAO Forestry Paper 153.
  4. Giesen, Wim, et al. 2007. "Mangrove guidebook for Southeast Asia." Mangrove guidebook for Southeast Asia.
  5. Hamilton, 2015. Mangrove forest to shrimp farm conversion in Indonesia from 2000 to 2012: A report prepared for the Moore Foundation. Department of Geography and Geosciences. Salisbury University
  6. Kathiresan, K., & Bingham, B. L., 2001. Biology of mangroves and mangrove ecosystems. Advances in marine biology, 40, 81-251.
  7. Kitamura, S., Anwar, C., Chaniago, A., & Baba, S. 1997. Handbook of Mangroves in Indonesia; Bali & Lombok. The Development of Sustainable Mangrove Management Project. Ministry of Forestry Indonesia and Japan International Cooperation Agency, Jakarta.
  8. UNFCCC. 2015. The Paris Agreement. Bonn Germany (Accessed online: 24.01.2017 URL: http://unfccc.int/paris_agreement/items/9485.php).
  9. Wetlands. 2011. State of the Art Information on Mangrove Ecosystems in Indonesia. Wetlands International - Indonesia Program.