Botani Bunga Bangkai, Amorphophallus Titanum

Amorphophallus titanum (Becc.) yakni flora dengan julukan bunga bangkai yang termasuk dari suku talas-talasan (Araceae) (Mogea et al., 2001). A. titanum merupakan tumbuhan endemik sumatera. Tumbuhan ini pertama kali ditemukan pada tahun 1878 oleh hebat botani Florentine (Italia) yang berjulukan Ordoardo Beccari. Bunga dari A. titanum sanggup tumbuh hingga mencapai tinggi 3 meter dengan bobot umbi sampaumur sebesar 25 kg hingga 100 kg dan memilki diameter hingga 60 cm.

Tanaman ini mempunyai dua fase dalam hidupnya yaitu fase vegetatif dan generatif. Pada fase vegetatif ditandai dengan munculnya daun soliter (kanopi) pada petiole vertical (hijau dengan bintik putih) dengan ketinggian mencapai 4-5 meter dan lamina sanggup mencapai 4-5 m. Daun dari A. titanum dapat bertahan hingga 1-2 tahun yang kemudian memasuki fase dorman selama beberapa bulan sehabis itu daun akan mengalami penuaan kemudian daun dan akar yang gres akan terbentuk. Jika cadangan makanan dalam umbi cukup serta lingkungan mendukung maka bunga akan muncul namun jikalau makanan dan lingkungan tidak memadai maka A. titanum akan kembali membentuk daun baru.



Perbungaan dari A. titanum terdiri dari penduncle (tangkai bunga) hingga setinggi 70 cm dan spadix (berbentuk ibarat lingga) yang sanggup mencapai 3 m panjangnya yang dikelilingi oleh purplishred spathe (selubung bunga) yang juga dalam ukuran yang besar. Spadix ini muncul di atas spathe. Bunga jantan dan betina terletak di bab bawah spadix yang ditutupi oleh spathe. Bunga jantan ditemukan di atas bunga betina. Bunga betina yakni yang pertama menjadi reseptif dan melepaskan amis bangkai. Menurut Mogea et al. (2001) A. titanum disebut bunga bangkai alasannya pada waktu bunga mekar mengeluarkan amis bangkai yang sanggup tercium hingga radius 100 m. Bau bangkai ini menarik perhatian bagi serangga pengunjung yang aktivitasnya sanggup membantu penyerbukan flora langka tersebut.



Bau bangkai tersebut berasal dari asam amino yang keluar melalui permukaan tongkol (spadix). Bau bangkai ini diketahui mengandung belerang, dimethyldisulphide dan dimethyltrisulphide. Bunga bangkai “raksasa” ini berasal dari hutan hujan sumatera, Indonesia. Selain itu A. titanum juga tumbuh di Jepang dan Berlin. Pada dikala bunga bangkai ini mekar maka akan terjadi peningkatan suhu hingga 36,6°C. Berdasarkan hasil penelitian Barthlott et al. (1998) menandakan bahwa A. titanum mekar tepat pada malam hari yaitu pada pukul 20:00 di mana suhu tinggi menyebar ke seluruh spadix dan suhu kembali mengalami penurunan pada pagi hari. A. titanum juga dikembangkan di aneka macam negara diantaranya yakni di Royal Botanic Garden Landon di tahun 1889. Spadix tumbuh hingga ketinggian 2,06 m dan sapthe berdiameter 1,22 m.

Penulis: Siti Jamilah, S. Si.

Referensi:

  1. Mogea, J. P., D. Gandawidjaja, H. Wiriadinata, R.E. Nasution, & Irawati. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Bogor. Herbarium Bogoriense P3 Biologi-LIPI.
  2. Dwi, M.P, & Siti, R.A. 2016. Ex Situ Conservation of Amorphophallus titanium in Bogor Botanic Gardens, Indonesia. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indonesia. 2(2):219-225.
  3. Barthlott, W, & Lobin, W. 1998. Amorphophallus titanium-Tropische und Subtrop, Pflanzenwelt 99. Akademie der Wissenschaften undder Literatur mainz, Franz Steiner Verlag, Stuttgart, Germany.