Deskripsi Jamur Tudung Pengantin, Phallus Indusiatus


Phallus indusiatus adalah jamur unik dan dikenal dengan jamur tudung pengantin yang banyak tumbuh di hutan sumatra selatan selain itu juga jamur ini sanggup ditemukan di Asia, Afrika, Australia sampai Amerika. Keunikan jamur ini yaitu terdapat struktur mirip jala yang menutupi batang tubuhnya. P. indusiatus dapat badan dimana saja khususnya pada tanah yang kaya akan unsur hara atau pada batang kayu yang sudah membusuk. Putir (2008), telah menemukan jamur P. indusiatus yang tumbuh pada tanah dengan temperatur udara 27,8°C, kelembapan udara 78,4% dan temperatur tanah 29,6°C. Sehingga bila dikaitkan dengan kondisi lingkungan maka jamur P. indusiatus termasuk kedalam jenis yang mesofilik. Menurut Suriawiria (1993) jenis jamur mesofilik yaitu jenis yang tumbuh pada temperatur antara 25-37°C dengan temperatur optimum 30°C.

Jamur P. indusiatus yang memilki jala yang pada umumnya berwarna putih namun terkadang ditemukan berwarna kuning. P. indusiatus termasuk kedalam filum Phallaceae memilki siklus hidup 15-30 hari termasuk pembentukan miselium dan tahap reproduksi (pembentukan basidiocarp). Tubuh jamur berbentuk kerucut mirip tutup lonceng dan memilki tangkai yang ditutupi oleh jala mirip “rok” halus atau indusium yang menggantung kebawah sampai hampir mencapai tanah. P. indusiatus memilki banyak kesamaan nama menurut penampilannya diantaranya stinkhorn, crinoline stinkhorn dan biasa disebut juga jamur bamboo. Cara reproduksi jamur ini berbeda dengan jamur lainnya sebab stinkhorns pada P. indusiatus menghasilkan cairan lengket yang berfungsi menarik serangga untuk membuatkan sporanya.

Menurut Jonathan (2008), jamur P. indusiatus mengandung lemak dan protein juga kaya akan kalsium, zat besi, magnesium, mangan, kalium, sodium dan seng juga mengandung senyawa bioaktif dan memilki sifat antimikroba dan antioksidan. Sehingga jamur ini banyak dimaanfaatkan sebagai materi obat-obatan. Kehadiran jamur P. indusiatus menambah daftar keanekaragaman jenis jamur makro di Indonesia. Suriawiria (2000), menyatakan bahwa dari sekian ribu jenis jamur yang tumbuh liar di alam (hutan, kebun, pekarangan rumah, pertamanan dan sebagainya) gres dalam hitungan ratusan saja yang sudah dikenal. Termasuk kelompok beracun dan membahayakan sehingga sanggup menjadikan keracunan dan final hayat atau kelompok tidak beracun dan tidak berbahaya yang sanggup dimakan dan bahkan sanggup dijadikan obat.

Penulis: Siti Jamilah, S. Si.

Referensi:
  1. Jonathan S.G, A.C Odebode & D.D.S Bawo (2008). Studies on collection & promixmate compositions of Phallus indusiatus (Vent.Ex) pers, A Nigerian higher fungus. World Journal of agricultural Sciences 4(1):18-299.
  2. Suriawiria, U. 1993. Pengantar untuk Mengenal & Menanam Jamur Angkasa, Bandung. 210 h
  3. Suriawiria, U. 2000. Jamur Konsumsi & Berkhasiat Obat. Penerbit Papas Sinar Sinanti. Jakarta. 71 h.
  4. Prasad K.D,.Deepak K.S,. Santilata Sahoo & Ritarani D (2010). Phallus indusiatus Vent. & Pers. (Basidiomycetes). Journal of Threatened Taxa 2(8):1096-1098.