Dua Jenis Anggrek Berkantung Ditemukan Di Hutan Aceh, Inilah Pesonanya

Temuan anggrek gres telah menambah daftar koleksi keanekaragaman hayati Indonesia. Anggrek tersebut ditemukan di lereng gunung di Jagong Jeget, Aceh. Anggrek tersebut merupakan genus Paphiopedilum dengan ciri khasnya yang berkantung. Anggrek dengan genus Paphiopedilum ini mempunyai sebaran yang cukup luas, mulai dari India melintasi Cina Selatan sampai ke Asia Tenggara, Termasuk New Guinea dan Kepulauan Solomon. Di Sumatra, genus tersebut ada 11 spesies yang tercatat sampai tahun 2016 antara lain:


  1. Paphiopedilum liemianum section Cochlopetalum
  2. Paphiopedilum primulinum section Cochlopetalum
  3. Paphiopedilum victoria-mariae section Cochlopetalum
  4. Paphiopedilum victora-regia section Cochlopetalum
  5. Paphiopedilum lowii section Pardalopetalum
  6. Paphiopedilum barbatum section Barbata
  7. Paphiopedilum braemii section Barbata
  8. Paphiopedilum bullenianum section Barbata
  9. Paphiopedilum javanicum section Barbata
  10. Paphiopedilum superbiens section Barbata
  11. Paphiopedilum tonsum section Barbata


Adalah Destario Metusala, Ilmuwan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang berasal dari Balai Konservasi Tumbuhan (BKT) Kebun Raya Purwodadi yang melaksanakan inovasi spesies gres ini. Peneliti tersebut mendeskripsikan dua anggrek gres dari yakni Paphiopedilum lunatum section Barbata dan Paphiopedilum bungebelangi section Barbata yang telah dipublikasi di Edinburgh Journal of Botany pada tanggal 20 Maret 2017. Kedua spesies gres tersebut yakni anggrek terestrial yang masing-masing mempunyai abjad tangkai perbungaan yang tegak dan mempunyai satu kuntum bunga tiap tumbuhan. Anggrek ini tumbuh alami di tanah berserasah dengan batang yang pendek dan akarnya berambut.

Paphiopedilum lunatum Metusala section Barbata

Spesies ini mempunyai kemiripan dengan Paphiopedilum javanicum, namun berbeda dalam beberapa hal ibarat mahkota berbentuk oblong-elips (panjang 6.3–8 cm ); synsepal (gabungan dua sepal lateral) berbentuk oblongelliptic dan obtuse; warna staminode (benang sari steril) kurang hijau dengan contoh reticulate (jala). Ukuran bunga spesies ini tergolong relative besar dengan ukuran 9 – 10,5 cm (tinggi) x 8 – 10 cm (lebar). Daun berwarna hijau keabuan dengan bab sisi atas terdapat bintik-bintik dengan warna hijau lebih gelap. Perbungaan terdiri satu bunga dengan panjang tangkai 28 cm.


 Temuan anggrek gres telah menambah daftar koleksi keanekaragaman hayati Indonesia Dua Jenis Anggrek Berkantung Ditemukan di Hutan Aceh, Inilah Pesonanya
Gambar 1. Paphiopedilum lunatum Metusala section Barbata


Bunga anggrek ini mempunyai perpaduan warna yang kontras. Kelopak bab bawah mempunyai warna putih krem dengan motif urat kehijauan. Mahkota bunga mempunyai warna hijau sampai hijau-kekuningan yang membentang dari pangkal sampai tengah, sementara bab tengah sampai ujung mempunyai warna merah-jambu keunguan. Bibir bunga anggrek ini mempunyai bentuk kantung dengan warna coklat kehijauan sampai semburat kemerahan. Staminode mempunyai bentuk unik yakni bulan sabit dengan ujung lobus sampingnya yang runcing.

Penamaan penunjuk spesies “lunatum” dari spesies ini berasal dari Bahasa latin yang artinya bulan sabit. Hal ini dikarenakan staminode pada anggrek tersebut mempunyai bentuk bulan sabit. Habitat dan ekologi anggrek ini yakni berada di ketinggian 1.300 – 1.6000 mdpl dan tumbuh di bawah naungan dengan akarnya tumbuh di serasah daun atau di lumut Sphagnum. Habitat alaminya berupa tempat terbuka, paku Dicranopteris sp., semak dan rumput.

Paphiopedilum bungebelangi Metusala section Barbata

Spesies ini mempunyai kemiripan dengan Paphiopedilum barbatum, namun berbeda dalam bentuk gelombang pada mahkotanya. Warna daun hijau keabuan dengan bintik-bintik hijau gelap. Perbungaan terdiri satu bunga dengan panjang tangkai 48 cm. Bunga relatif kecil dengan ukuran 9 cm (tinggi) x 7 – 7,5 cm (lebar). Perpaduan warna bunganya tidak terlalu kontras namun bentuk mahkotanya unik dan khas bergelombang di bab tepinya.

Gambar 2. Paphiopedilum bungebelangi Metusala section Barbata

Kelopak bab bawah mempunyai warna putih berpola urat hijau tegas. Bentuk mahkota bunga memanjang yang mempunyai warna hijau muda kekuningan serta terdapat contoh garis-garis sejajar berwarna hijau tua. Bibir bunga mempunyai bentuk kantung berwarna coklat sampai merah velvet. Bentuk staminode elips sampai ibarat bulat dengan torehan yang cukup dalam di bab ujungnya.

Pemberian nama genus “bungebelangi” berasal dari Bahasa tempat Gayoh di Aceh Tengah yang artinya bunge = bunga dan belangi = indah / cantik. Habitat dan ekologi spesies ini ditemukan di ketinggian 1.500 – 1.650 mdpl. Anggrek ini tumbuh di tanah dengan akar melekat di serasah daun atau lumut di hutan yang tertutup dengan intensitas cahaya matahari yang rendah.

Status Konservasi

Berdasarkan kategori IUCN, semua genus Paphiopedilum yakni flora anggrek yang mempunyai nilai konservasi yang tinggi. Anggrek genus Paphiopedilum ini termasuk dalam regulasi Appendix I Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) yang tidak diperbolehkan untuk dikirimkan atau diperdagangkan ke luar negeri tanpa regulasi yang ketat. (generasibiologi/tamam)


Referensi:
D. Metusala. 2017. Two new species of Paphiopedilum (Orchidaceae: Cypripedioideae) section Barbata from Sumatra, Indonesia. Edinburgh Journal of Botany: 1-10.