Puru Pada Tanaman Akhir Serangga

Puru atau sering disebut dengan gall merupakan pertumbuhan yang tidak normal pada jaringan flora yag sanggup disebabkan oleh serangan organisme. Pertumbuhan puru sanggup disebabkan oleh cedera mekanis dari serangga, tungau, nematoda, jamur dan bakteri. Pembentukan puru sanggup terjadi pada batang, akar, daun, ranting atau bunga. Namun demikian, daun ialah organ yang paling rentan untuk dijadikan habitat perkembangan puru. 

Menurut Wawrzynski et al (2005), pada artikelnya yang berjudul Insect and Mite Galls puru dibuat salah satunya dari acara pakan serangga atau acara peletakan telur. Produksi hormon pertumbuhan sanggup meningkat sehingga menjadikan terjadinya hipertrofi (pertambahan ukuran sel) dan hiperplasia (pertambahan jumlah sel). Aktivitas makan larva memungkinkan air liur untuk memodifikasi dinding sel dan melarutkan kandungan sel. Aktivitas ini akan membetuk ruang larva dan mungkin sanggup membentuk puru penggalan luar. Akan tetapi beberapa jenis puru yang ditemukan di Brazil mempunyai bentuk yang sangat kecil sehingga sulit untuk diasumsikan tanggapan dari acara makan. 

Serangga pembentuk puru sebagian orang tidak dianggap hama, bahkan ada beberapa yang mengganggap menarik da dipakai dalam rangkaian bunga. Di wilayah Neotropik serangga pembentuk salah satunya dari kelompok Diptera, Lepidoptera, Hymenoptera, Coleoptera, Hemiptera, dan Tysanoptera. Pada penelitian yang dilakukan oleh Satoru Saito di wilayah Brazil mengambarkan Diptera mempunyai hasil persentase terbesar untuk kelompok penyebab puru pada tanaman.

Tanaman vaskular menyerupai gymnospermae (terutama conifer) dan angiospermae merupakan inang utama pembentukan puru yang disebabkan oleh arthropoda. Sebagai referensi di Brazil tumbuhan Asteraceae, Myrtaceae, Rubiaceae dan Bignoniaceae merupakan tumbuhan yang banyak dijadikan inang puru (gall). 

Di Indonesia salah satunya di wilayah hutan Jawa Barat bayak sekali ditemukan puru tumbuhan yang disebabkan oleh serangga. Sebagai referensi pada daun jambu air ditemukan nimfa dari ordo homoptera, puru pada batang balakacida (Eupatorium sp.) ditemukan pupa lalat. Umumnya puru pada batang ditemukan di tempat yang mempunyai kelembapan tinggi. Morfologi puru berbeda setiap jenis. Jumlah larva atau nifma perkamar sanggup berbeda sanggup 1 atau bakan ratusan. Oleh alasannya itu serangan dari serangga ini sanggup mengendalikan perkembangan perkembangan tumbuhan inang dan fisiloginya. 

Puru pada Daun Jambu (dok. Nuroh Najmi)
Perkembangan puru (gall) mempunyai tahapan yang berbeda menyerupai induksi, pertumbuhan, diferensiasi dan pematangan. Pada fase induksi terjadi perubahan jaringan tumbuhan inang tanggapan serangan serangga, menyerupai jaringan meristematik untuk pembentukan puru atau jaringan remaja lain pada puru remaja dan ini ialah fase kritis pada tanaman. Fase pematangan puru terjadi ketika seranggga dalam fase instar terakhir. Pembukaan puru terjadi sesudah selesai proses maturasi (pematangan), ketika ini terjasi perubahan fisiologi dan kimiawi yang terbesar pada jaringan puru, dan pada fase ini ajaran air dan nutrisi akan berhenti.

Penulis: Nuroh Najmi S.Si., M.Kes

Referensi:
  1. Wawrzynski RP, et al. 2005. Insect and Mite Galls. College of Agricultural, Food, and Environmental Sciences. University of Minnesota.
  2. G. Wilson Fernandes, et al. 2011. Gall-Inducing Insect: From Anatomy to Biodiversity. Insect Bioecology and Nutrition for Integrated Pest Management.