Kesehatan
Rasa Sakit Yang Berlebihan Ketika Tiba Bulan? Anda Perlu Waspada!
Wanita sering mengalami nyeri dan sakit rutin setiap tiba bulan, baik sebelum maupun ketika sedang tiba bulan. Sebenarnya berbahaya atau tidak? Atau hal tersebut memang masuk akal mengingat banyak perempuan yang mengalami hal serupa. Nyeri ketika tiba bulan merupakan keluhan ginekologis yang banyak dialami wanita. Bahkan 40%-70% pada masa reproduktif mengalaminya, dan 10% mengakui hal tersebut mengganggu aktifitas sehari-hari. Sekitar 70-90 persen kasus nyeri haid terjadi ketika usia remaja. Data tersebut tentunya memperlihatkan citra kepada kita bahwa tidak hanya kita yang mengalami nyeri ketika tiba bulan.
Menstruasi atau sering disebut tiba bulan yakni kondisi dimana terjadi peluruhan endometrium lantaran menurunnya kadar estrogen dan progesteron akhir tidak adanya pembuahan pada wanita. Sehingga asupan oksigen ke miometrium menurun lantaran kontraksi pembuluh darah di uterus. Selanjutnya arterior endometrium akan melebar dan terjadilah pendarahan pada dinding kapiler. Pada umumnya hal ini menimbulkan rasa nyeri pada perut pecahan bawah, menjalar kedaerah pinggul dan paha. Nyeri tersebut digolongkan pada nyeri menstruasi primer, lantaran nyeri tersebut terjadi tanpa ada kelainan patologik pada pelvis. Hal tersebut dikarenakan meningkatnya kadar Prostaglandin yang mengakibatkan peningkatan kegiatan uterus dan serabut-serabut saraf terminal rangsang nyeri. Prostaglandin juga menimbulkan hiperaktivitas miometrium, sehingga mengurangi fatwa darah yang menjadikan timbulnya nyeri spasmodik.
Hormon steroid seks juga mengambil tugas pada nyeri yang dirasakan, kadar progesteron yang rendah akhir regresi korpus luteum mengakibatkan terganggunya stabilitas membran lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis prostaglandin melalui perubahan fosfolipid menjadi asam arakhidonat. Nyeri haid juga ditimbulkan oleh ketidakseimbangan pengendalian SSO terhadap miometrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh saraf simpatik sehingga serabut-serabut sirkuler pada ismus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik. Dan yang terakhir nyeri primer juga disebabkan oleh faktor psikis penderita. Bahkan ada yang tidak mencicipi nyeri lagi sesudah menikah dan melahirkan. Hal ini dimungkinkan terjadi perubahan fisiologi pada genitalia maupun psikis.
Nyeri menjadi hal serius apabila tergolong dalam nyeri menstruasi sekunder, artinya terdapat kelainan patologik pelvis, contohnya endometriosis. Apakah endometriosis itu? Endometriosis yakni kondisi tumbuhnya sel-sel endometrium di luar kavum uteri, atau tumbuh dan berpindah diluar kavum uteri. Perpindahan ini yang menjadikan nyeri, sehingga jikalau Anda mencicipi nyeri yang berlebihan dan rutin ketika sebelum atau sedang menstruasi Anda patut waspada.
Jika mengalami endometriosis diluar kavum uteri padahal setiap bulan jaringan tersebut mengalami penebalan dan pendarahan, artinya pendarahan tidak memiliki kanal keluar yang normal namun malah terkumpul di rongga panggul dan menambah rasa nyeri penderita. Selanjutnya akan terjadi pula inflamasi kronis pada jaringan endometriosis dan terbentuk jaringan parut dan perlengketan organ-organ reproduksi. Akibatnya sel telur tidak sanggup lepas lantaran terjerat jaringan parut. Hal ini berkaitan dekat dengan infertilisasi, lantaran fungsi kavum uteri akan berkurang. Juga fungsi tuba falopi jadi terganggu, bahkan merusak dinding kavum uteri sehingga implantasi pembuahan gagal terjadi. Terlebih jikalau endometrium menempel pada ovarium dan tuba falopi niscaya akan mengakibatkan penurunan resiko fertilisasi. Penjelasannya lantaran terjadi gagal transport gamet ke pars ampularis tuba Falopii. Lebih lengkapnya sanggup terjadi gangguan ovulasi, gangguan pematangan oosit, gangguan terhadap sperma di rahim, toksisitas embrio, mengakibatkan kontraksi miometrium keganjilan sistem imun, merusak fertilisasi dan transportasi embrio.
Gejala endometriosis memang tidak hanya nyeri ketika menstruasi, namun sanggup juga nyeri ketika bersenggama, disuria, hematuria, benjolan pada perut bawah, serta gangguan miksi dan defekasi. Dari tanda-tanda tadi sebagai seorang perempuan yang setiap bulan mengalami hal-hal tersebut perlu adanya kewaspadaan, lantaran bukan hanya mengganggu aktifitas namun beresiko infertilisasi. Makara jangan sepelekan rasa nyeri yang melanda ketika menstruasi, bila perlu priksakan diri sedini mungkin untuk memastikan kondisi Anda. Salam sehat!
Penulis: Devi Alvitasari
Referensi:
- James RS. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Jakarta: Widya Medika.
- Mahmood TA, Templeton A. 1991. Prevalence and Genesis of Endometriosis. Hum Reprod.
- Akhtar, Begum K. 2001. Review article: Dysmenorrhea and Pelvic Pain: A common adolescent reproductive health problem. The ORION Vol. 10, September.
- Khorshidi, N., Ostad, SN., Mossadegh, M., Soodi, M. 2003. Original Article Clinical Effects of Fennel Essential oil on Primary Dysmenorrhea. Iranian Journal of Pharmaceutical Research : 89-93
- Proctor, M., Farquhar, C., 2002. Dysmenorrhoea. Clinical Evidence ;7:1654–62.
- Singh, A., et al. 2008. Prevalence And Severity Of Dysmenorrhea : A Problem Related To Menstruation, Among First And SecondYear Female Medical Students. Indian J Physiol Pharmacol; 52 (4) : 389–397.