Umbi Suweg Sebagai Materi Pangan Alternatif



Keragaman materi pangan yang terbatas pada jenis tumbuhan serealia sanggup menjadikan terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah pasokan materi pangan dengan kebutuhan insan yang semakin meningkat. Oleh alasannya ialah itu, diharapkan materi pangan alternatif dari komoditas tumbuhan lain yang mengandung karbohidrat tinggi. Salah satunya ialah tumbuhan yang termasuk dalam golongan umbi-umbian.

Genus Amorphophallus merupakan tumbuhan berumbi batang dari famili Araceae yang berpotensi menjadi salah satu materi pangan alternatif. Tanaman ini tumbuh di tempat tropik Afrika sampai pulau-pulau Pasifik dan sanggup pula ditemui di tempat subtropik ibarat China, Jepang, dan di beberapa wilayah di Indonesia ibarat pulau Sumatra, Jawa, Flores dan Madura (Jansen et al., 1996).

Suweg (Amorphophallus campanulatus Bl. ex Decne) termasuk dalam genus Amorphophallus. Tanaman ini belum sepopuler bila dibandingkan dengan tumbuhan jenis umbi-umbian lainnya ibarat ubi jalar, ubi kayu dan talas. Meskipun demikian, tumbuhan ini bahwasanya mempunyai nilai ekonomi yang tinggi sebagai materi pangan (Wijayanto dan Pratiwi, 2011).

Suweg sanggup tumbuh dalam vegetasi sekunder, di pinggiran hutan, kebun, pekarangan, tegalan, sampai kuburan tua. Tanaman ini sanggup tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi, bahkan sanggup ditemukan sampai ketinggian 900 m di atas permukaan laut. Suweg biasanya tumbuh di tempat-tempat yang ternaungi dan rindang. Apabila ternaungi sampai 50-60% sanggup meningkatkan produksi umbi (Jansen et al., 1996).

Suweg mempunyai umbi berdiameter mencapai 30 cm dan panjang 20 cm dengan berat mencapai 25 kg, berwarna hitam kecoklatan. Umbi suweg membentuk anakan umbi yang jumlahnya beragam, ada yang sedikit namun ada pula yang mencapai 25 buah. Hal ini dipengaruhi oleh umuran umbi dan tingkat pertumbuhan tumbuhan suweg di lahan (Backer dan Bakhuizen, 1968).

Umbi suweg mengandung amilosa rendah (24,5%) dan amilopektin tinggi (75,5%). Kandungan serat pangan dan karbohidrat yang cukup tinggi pada umbi suweg merupakan salah satu alasan umbi suweg sanggup dimanfaatkan sebagai materi pangan alternatif pengganti terigu. Tepung dari umbi suweg sanggup dipakai untuk mrmbuat bubur atau untuk menciptakan sejenis roti. Di beberapa negara ibarat India, Filipina, Sri Lanka dan beberapa tempat di Indonesia telah mengkonsumsi umbi suweg sebagai masakan pokok (Jansen et al., 1996; Noer, 2011).

 Keragaman materi pangan yang terbatas pada jenis tumbuhan serealia sanggup menjadikan terjad Umbi Suweg sebagai Bahan Pangan Alternatif
Umbi iles-iles (Amorphophallus muelleri) sanggup dipakai untuk mie.

Pengolahan umbi suweg sanggup dilakukan melalui proses pembersihan umbi dari tanah dan akar, pengelupasan, pengirisan, pembersihan berulangkali kemudian dimasak dalam air. Zat tepung yang mengendap kemudian dikeringkan, ditumbuk dan disaring untuk menghasilkan tepung yang sanggup dikonsumsi (Jansen et al., 1996).

Komponen umbi suweg yang perlu menerima perhatian dalam pengolahannya ialah kalsium oksalat. Kristal kalsium oksalat pada umbi suweg sanggup menjadikan rasa gatal apabila dikonsumsi. Kristal kalsium oksalat ialah produk buangan dari metabolisme sel yang sudah tidak dipakai lagi oleh tanaman.

Penulis: Monarita Permatasari

Referensi:

  1. Backer, C. A. and R. C. Bakhuizen van den Brink, Jr. 1968. Flora of Java (Spermatophytes Only). Vol. III. N.V.P. Noordhoff, Groningen, Netherlands.
  2. Jansen, P. C. M. C., van der Wilk and W. L. A. Hetterschei. 1996. Amorphophallus Blume ex Decne. In: Flach, M. and Rumawas, F. (eds). Plant Resources of South-East Asia No. 9. Plants Yielding Non-Seed Carbohydrate. Prosea Foundation, Bogor.
  3. Wijayanto, N. dan E. Pratiwi. 2011. Pengaruh Naungan dari Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) terhadap Pertumbuhan Tanaman Porang (Amorphophallus onchophyllus). Jurnal Silvikultur Tropika 2 (1) : 46-51.