Ekologi
Eutrofikasi Akhir Pakan Ikan Budidaya
Pengaruh Pemberian Pakan Ikan Budidaya Pada Keramba Jaring Apung Terhadap Blooming di Perairan. Budidaya ikan di danau sanggup membantu perekonomian masyarakat di sekitar danau. Budidaya tersebut memakai keramba-keramba jaring yang terapung di tengah danau yang dinamakan dengan Keramba Jaring Apung (KJA). Ikan-ikan yang biasa dibudidaya ialah ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan Nila. Budidaya tersebut membutuhkan pakan pelet yang dibeli oleh panambak.
Pemberian pakan dilakukan untuk meningkatkan massa ikan budidaya sehingga mempunyai harga jual yang tinggi. Kandungan pakan ikan sebagian besar berupa material organik. Tidak semua pakan yang diberikan oleh ikan dimakan habis. Pakan yang tidak dimakan akan mengendap di dasar danau. Hal tersebut sanggup menimbulkan eutrofikasi danau.
Pemberian pakan ikan bertujuan untuk memberi nutrisi bagi ikan budidaya. Namun demikian, tidak semua pakan yang diberikan habis sesuai dengan dosis pinjaman pakan. Hal tersebut sanggup menimbulkan eutrofikasi danau.
Metode Budidaya Ikan di Danau dengan Keramba Jaring Apung. |
Pakan ikan mengandung protein yang bisa meningkatkan massa ikan, sehingga pakan ikan mengandung unsur Nitrogen dan Phospat. Nitrogen dan phospat merupakan unsur penting di alam untuk pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Kelimpahan yang tinggi dari kedua unsur tersebut bisa mempercepat pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.
Kelimpahan kandungan nitrogen dan fosfat tidak hanya dimanfaatkan oleh ikan budidaya, melainkan juga oleh mikroorganisme perairan danau. Mikroorganisme sanggup berkembang dengan cepat dan jumlahnya sanggup meningkat dengan cepat. Peningkatan jumlah mikroorganisme disebut dengan blooming. Blooming sanggup merugikan atau pun tidak sangat tergantung kepada organisme apa yang blooming. Pengertian eutrofikasi beserta dampaknya tersebut sanggup menjelaskan bahwa imbas pencemaran tersebut sangat merugikan.
Eutrofikasi di Danau |
Mengapa eutrofikasi sanggup mengganggu kehidupan organisme air? Organisme yang bersifat patogen sanggup mengurangi produktivitas perairan, termasuk KJA. Organisme tersebut akan menyerang ikan budidaya sehingga sanggup menimbulkan kematian. Blooming mikroorganisme yang bersifat patogen sanggup menimbulkan final hidup massal ikan budidaya sehingga menakibatkan kerugian yang besar bagi penambak.
Blooming juga menimbulkan penurunan keragaman biota perairan. Spesies yang blooming, akan mendominasi sumber daya perairan menyerupai oksigen, cahaya matahari, dan nutrien. Spesies-spesies lain akan mengalami penurunan jumlahnya lantaran tidak bisa bersaing dengan spesies yang blooming. Mikroalga yang berbahaya sanggup mengeluarkan racun yang berbahaya bagi organisme lain sehingga organisme lain mengalami kematian.
Blooming akan menimbulkan kandungan oksigen terlarut (DO) mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan oleh peningkatan penggunaan oksigen oleh spesies yang blooming untuk sanggup hidup. Penurunan tersebut juga sanggup terjadi saat organisme blooming mati lantaran diperlukan basil aerob yang banyak untuk mengurai jasadnya, sehingga berafiliasi dengan Biological Oxygen Demand (BOD).
Penetrasi cahaya saat suatu perairan mengalami blooming akan menjadi dangkal. Cahaya matahari tidak sanggup masuk ke dalam perairan lantaran kerapatan individu dari organisme yang blooming. Kejernihan air menjadi berkurang, sehingga fitoplankton tidak sanggup berfotosintesis. Ketidakmampuan fitoplankton untuk berfotosintesis menimbulkan produktivitas dan kandungan DO juga menurun.
Blooming diakibatkan oleh peningkatan kandungan nutrien. Peningkatan tersebut dimanfaatkan oleh spesies tertentu sehingga menalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat. Semua nutrien yang ada kemudian diserap oleh spesies yang blooming sehingga spesies lain tidak bisa untuk tumbuh dan berkembang.
Oragnisme yang blooming biasanya berupa fitoplankton atau mikroalga. Mikroalga yang blooming dinamakan dengan Harmfull Algal Bloom (HAB). HAB sanggup menimbulkan final hidup bagi ikan budidaya di perairan lantaran mengeluarkan racun. Kematian tersebut juga disebabkan oleh menurunnnya kandungan oksigen terlarut (DO) sehingga ikan dan juga biota perairan lain sanggup mati lemas. Kematian massal spesies-spesies lain akan menurunkan tingkat keragaman danau.
Manusia juga tidak sanggup memanfaatkan sumber daya perairan untuk keperluan makan dan minum. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya kandungan racun yang disebabkan oleh kegiatan HAB. Racun tersebut sanggup membunuh biota di perairan atau pun tidak. Jika racun tidak membunuh biota perairan, racun sanggup terakumulasi dalam biota tersebut. Manusia yang memakan biota dari perairan yang terkotori sanggup mengakumulasi racun yang lebih besar dan bahkan sanggup menimbulkan kematian. Manusia juga tidak sanggup meminum air yang sudah terkotori HAB lantaran sanggup menimbulkan hal yang sama saat insan memakan biota perairan yang terkotori HAB. Akumulasi racun dalam badan insan sanggup menimbulkan imbas yang eksklusif sanggup dirasakan menyerupai pusing, mual, dan diare, atau pun imbas yang tidak eksklusif menyerupai mutasi genetik.
Perairan pasca blooming juga sama berbahayanya saat blooming. Blooming akan berakhir saat nutrien yang berlimpah sudah berkuran sehingga pertumbuhan dan perkembangan organisme blooming mengalami penurunan. Individu-individu dari organisme blooming akan mati. Jasad dari organisme tersebut akan diurai oleh bakteri.
Jumlah individu blooming yang mati sangat banyak sehingga membutuhkan basil pengurai dalam jumlah yang banyak pula. Bakteri pengurai akan menguraikan jasad yang mati secara aerob atau pun secara anaerob. Penguraian tersebut sangat bergantung pada kondisi atau kandungan DO perairan.
Kandungan DO yang rendah dan penetrasi cahaya yang dangkal menimbulkan fitoplankton mati. Pasca blooming, meskipun penetrasi cahaya sudah tidak terlalu dangkal, namun jumlah fitoplankton yang ada sangat kurang untuk menyuplai oksigen ke perairan. Hal tersebut menimbulkan kandungan DO masih rendah pasca blooming.
Proses terjadinya eutrofikasi tersebut menyebankan kandungan DO yang rendah menimbulkan basil pengurai bersifat anaerob. Bakteri pengurai akan menguraikan jasad yang mati secara anaerob. Penguaraian oleh basil secara anaerob mempunyai banyak kelemahan dibandingkan secara aerob. Penguraian oleh basil secara anaerob akan menghasilkan gas H2S (dihidrogen sulfida). Gas tersebut mempunyai wangi yang tidak enak. Penguraian secara anaerob juga membutuhkan waktu yang lebih usang dibandingkan dengan penguraian secara aerob. Penguraian basil secara aerob mempunyai banyak keunggulan diantaranya ialah membutuhkan yang cepat dan tidak menghasilkan gas-gas berbau. Penguraian secara anaerob pada HAB membutuhkan waktu yang lebih usang lantaran harus menguraikan racun secara anaerob.
Penguraian oleh basil secara anaerob akan terus terjadi hingga semua material organik terurai termasuk racun yang dikandung oleh HAB. Jasad HAB yang mati akan mengendap ke dasar perairan lantaran massa jenisnya yang lebih berat dibandingkan dengan massa jenis perairan. Bakteri pengurai akan mengurai jasad tersebut di dasar perairan. Dasar perairan atau danau mempunyai suhu yang cuek serta kandungan DO yang rendah, sehingga proses penguraian menjadi lama.
Sedimen danau akan menjadi terkotori oleh jasad HAB yang mengandung racun. Namun demikian, basil anaerob sanggup mengurai jasad tersebut sehingga kondusif bagi lingkungan. Dasar danau akan menjadi kaya akan material organik tetapi mempunyai kekurangan yaitu kandungan DO yang rendah serta zat racun yang belum terurai.
Pakan ikan budidaya KJA di danau sanggup menimbulkan eutrofikasi. Hal tersebut diakibatkan oleh pinjaman pakan ikan yang berlebihan. Eutrofikasi sanggup menimbulkan HAB pada perairan danau sehingga sanggup menurunkan produktivitas perairan.
Blooming juga sanggup merugikan biota lain lantaran mengambil sumber daya perairan. Biota perairan lain sanggup mati dan berkurang jumlahnya. Kesehatan masyarakat di sekitar danau juga menjadi terancam lantaran HAB menhasilkan racun yang sangat berbahaya bagi manusia.
Cara menanggulangi eutrofikasi di danau yakni pinjaman pakan ikan harus sesuai dengan dosis lantaran mempunyai dampak secara tidak eksklusif bagi lingkungan. Lingkungan perairan sanggup terpelihara kelestariannya lantaran keragaman makhluk hidup sanggup terjaga. Masyarakat di sekitar danau sanggup memanfaatkan perairan danau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu cara mengatasi eutrofikasi juga bisa dilakukan dengan mengetahui kebutuhan pakan ikan.