Induksi Poliploidi

Kromosom pada beberapa organisme sanggup mempunyai tidak hanya sepasang kromosom namun sanggup lebih dari itu. Organisme demikian dikenal sebagai individu poliploid. Poliploidi yakni keadaan bahwa individu mempunyai lebih dari dua genom. Poliploidi lebih banyak ditemukan pada tumbuhan. Poliploidi pada binatang sangat jarang terjadi hal tersebut dikarenakan adanya kromosom kelamin (seks) pada sehingga poliploidi mengakibatkan terjadinya kelainan pada keseimbangan seks. Poliploidi sanggup disebabkan oleh faktor alami dan buatan. Perkembangan poliploid juga sanggup berkhasiat dan merupakan pendekatan yang bernilai dalam jadwal pemuliaan tanaman. Pemulia tumbuhan telah usang memakai kolkisin dalam perakitan varietas baru. 

Poliploid sanggup berasal dari multiplikasi kromosom pada suatu spesies, yang dikenal dengan autopoliploid, atau sebagai hasil multiplikasi kromosom melalui hibridisasi dua spesies, yang dikenal allopoliploid (Trease dan Evans, 1971).

Autopoliploidi adalah genom yang berasal dari penggandaan jumlah kromosom tumbuhan diploid, atau hibrid dari spesies yang sama, menghasilkan dua pasang kromosom homolog. Jenis autopoliploid antara lain haploid (n), triploid (3n), tertraploid (4n) dan seterusnya. Autopoliploid umumnya berafiliasi dengan membesarnya kepingan vegetatif dan menurunnya fertilitas. Efek gigasnya sanggup meningkatkan ukuran sel, namun sifat gigas yang berlebihan sanggup menjadi merugikan. Varietas atau strain pada spesies tumbuhan yang mempunyai jumlah dan ukuran kromosom sama sanggup memperlihatkan respon tetraploid yang berbeda terhadap pertumbuhan vegetatif dan kesuburan (fertilitas). Autotetraploid biasanya lebih lambat seluruh fase pertumbuhannya selalu dan membutuhkan waktu yang lebih usang untuk berkecambah, berbunga dan dewasa. Hal ini berafiliasi dengan menurunnya kegiatan metabolisme, penurunan pembelahan sel, jumlah hormon, rendahnya proses transpirasi dan sebagainya. Aplikasi dan penggunaan autopoliploid diantaranya yakni gula bit triploid, semangka tanpa biji, anggur tetraploid, dan tumbuhan hias (Agrawal, 1998).

Gambar 1. Contoh efek gigas akhir autopoliploidi.


Allopoliploid biasanya melibatkan hibridisasi antara spesies berbeda yang diikuti penggandaan jumlah kromosom dan penggabungan dua genom, yang dikenal sebagai amphidiploid. Pemuliaan amphidiploid yakni untuk menggabungkan huruf tertentu atau menghasilkan varietas baru. Tanaman dalam satu famili dengan spesies atau genus berlainan sanggup dibentuk persilangannya sehingga menghasilkan hibrid F1 yang mempunyai genom berlainan dan steril yang disebut hibrid interspesifik. Penggandaan kromosom dari hibrid interspesfik ini akan diperoleh tumbuhan gres bersifat allopoliploid (Agrawal, 1998).

Poliploidi pada flora sanggup terjadi secara alami maupun buatan. Proses poliploidi yang sengaja dibentuk memakai zat-zat kimia tertentu, salah satunya yakni kolkhisin. Kolkisin merupakan alkaloid toksik dan karsinogenik yang diperoleh dari ekstrak flora Colchicum autumnale dengan rumus kimia C22H25NO6. Penjelasan lengkap mengenai Kolkisin dengan bahasan induksi poliploidi bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan dukungan kolkisin sanggup dibaca di: Induksi Kolkisin