Sistematika Dan Filogenetika Molekuler


Selama berabad-abad, para ilmuwan berusaha mendeteksi, mendeskripsikan, dan menjelskan keanekaragaman hayati dengan pendekatan sistematika. Cabang pengetahuan tersebut sangat penting dalam kajian biologi alasannya sistematika mempunyai peranan sentral dalam menunjukkan sebuah pengetahuan untuk mengkarakterisasi suatu organisme dan sebagai perangkat untuk memahami sebuah biodiversitas. Sistematika secara mendasar bertujuan untuk mendeskripsikan suatu biodiversitas serta menjelaskan korelasi kekerabatan terhadap organisme lainnya.

Sistematika mempunyai kiprah penting dalam merekonstruksi korelasi evolusi dari suatu kelompok-kelompok organisme biologi. Hasil rekonstruksi tersebut dipakai sebagai dasar untuk penelitian komparatif ibarat kajian biogeografi dan ekologi.

Kajian sistematika dikala ini memakai dua pendekatan untuk merekonstruksi korelasi evolusi, yakni fenetik dan kladistik. Pendekatan fenetik ialah suatu pendekatan pada taksonomi yang secara keseluruhan menurut kemiripan dan perbedaan dalam suatu huruf tanpa mempertimbangkan homologi, analogi, dan filogeni. 

Sementara pendekatan kladistik ialah pendekatan taksonomik yang mengelompokkan organisme menurut perjalanan evolusi huruf dari suatu organisme dengan tujuan untuk rekonstruksi korelasi kekerabatan antara organisme, estimasi waktu divergensi, dan pemetaan urutan kejadian dalam proses evolusi. Dalam literatur ilmiah, kladistik sering disebut dengan filogenetika yang sering dipakai untuk penelitian sistemtika.

Filogenetika Molekuler

Filogenetika molekuler ialah ilmu yang mempelajari korelasi evolusioner antar organisme dengan memakai data molekuler yang berupa urutan nukleotida atau asam amino. Rekonstrksi filogeni pada awalnya memakai data morfologis baik dari organism yang masih ada maupun yang berupa fosil. Permasalahan pun terjadi ketika dengan data fosil yang tidak lengkap menimbulkan rekontruksi terhambat.

Saat ini, rekonstruksi korelasi evolusioner semakin menjadi mungkin seiring dengan melimpahnya data molekuler. Dengan adanya data molekuler, maka korelasi kekerabatan antar organime yang sangat jauh sanggup direkonsruksi.

Hal yang mengakibatkan rekonstruksi semakin baik dengan data molekuler dikarenakan (1) seluruh organisme mempunyai data molekuler berupa DNA dan protein; (2) perubahan yang terjadi pada data molekuler tersebut sanggup menggambarkan jejak rekam sejarah evolusi yang sanggup melengkapi data morfologis yang kerap kali kekurangan data.

Pesatnya perkembangan filogenetika molekular diawali ketika adanya metode sekuensing DNA dan protein. Data molekuler tersebut dipakai untuk melengkapi kekurangan data morfologis dengan beberapa alasan antara lain:
  1. DNA ialah materi genetik yang diwariskan.
  2. Deskripsi molekuler bersifat terang dan tidak ambigu.
  3. Karakter molekuler cenderung berevolusi dengan tumpuan yang lebih seragam dibanding morfologis.
  4. Dapat dilakukan analisis kuantitatif
  5. Lebih gampang memilih huruf homolog
  6. Karakter molekuler bersifat universal sehingga memungkinkan untuk memetakan korelasi kekerabatan yang jauh.
  7. Data molekuler jumlahnya relatif lebih banyak daripada data morfologis sehingga berkhasiat untuk mempermudah rekonstruksi filogeni.