Sistematika Dan Taksonomi



Biologi yaitu kajian ilmu yang sangat luas, masih banyak sekali cabang-cabang dari biologi antara lain ada; taksonomi, mikrobiologi, genetika, ekologi dan sebagainya.  Taksonomi (taxonomy) merupakan rentetan proses penemuan, deskripsi, pembagian terstruktur mengenai dan memperlihatkan nama (nomenclature) pada suatu organisme. 

Taksonomi merupakan sebagai bab dari mempelajari korelasi tiap kelompok takson dan prinsip-prinsip yang ada di dalam proses pembagian terstruktur mengenai yang lebih dikenal dengan sistematik. Sehingga dengan mempelajari taksonomi maka akan memudahkan kita dalam mencar ilmu karakter, sifat, siklus dari suatu mahluk hidup. 

Sistematik (systematics) merupakan kajian yang lebih luas dari taksonomi tradisional dengan embel-embel teori dan aspek simpel wacana evolusi, genetika dan spesiasi. Selain itu, sistematik juga sanggup dipakai untuk membantu mempelajari korelasi evolusioner antar organisme. Dalam konteks ini lebih banyak dikenal dengan filogeni (Phylogenetics). Selain itu, taksonomi juga sanggup diartikan sebagai mengklasifikan suatu organisme dalam tingkatan hirearki atau dalam tingkatan taksonomi (seperti kerajan (kingdom), bangsa (ordo), suku (famili), marga (genus) dan jenis (spesies) menurut karakter-karakter yang sama. Dengan adanya perbedaan dan persamaan ini maka kita bisa mengelompokkan mahluk hidup.

Taksonomi yaitu ilmu dasar dari banyak sekali cabang ilmu terapan dari biologi ibarat genetika molekuler, biokimia dan sebagainya. Tapi di Indonesia kini sangat sedikit sekali peminat taksonomi. Banyak orang menganggap bahwa taksonomi merupakan ilmu yang kuno, banyak hafalan, sulit alasannya harus tau pembagian terstruktur mengenai dan juga sulit untuk menghafalkan nama-nama ilmiah dari hewan. Ini yang menciptakan taksonomi di Indonesia sulit berkembang, sehingga tertinggal dari negara-negara lain. Padahal Indonesia merupakan negara pemilik biodiversitas yang sangat melimpah dan beragam, tapi hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan taksonomi sangat sedikit.

Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan taksonomi juga kurang didukung oleh pemerintah, sehingga ini juga menghambat perkembangan taksonomi di Indonesia. Meskipun kini taksonomi juga bisa dilakukan melalui analisis secara biokimia analitik maupun DNA squencing, tapi dana yang diharapkan begitu besar dan pemerintah tidak menyediakan dana tersebut.

Klasifikasi 

Untuk mengenali dan mempelajari makhluk hidup secara keseluruhan tidak gampang sehingga dibentuk pembagian terstruktur mengenai (pengelompokan) makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup yaitu suatu cara memilah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu. Klasifikasi bisa dilakukan dengan membandingkan satu spesies yang belum diketahui dengan membandingkan persamaan-persamaan sifat yang ada dalam spesies tersebut, sehingga kita sanggup memilih spesies tersebut.

Apabila dalam proses identifikasi tidak ditemukan kerabat bersahabat dan tidak ditemukan namanya, serta sudah di cek diseluruh museum yang ada di dunia tapi belum ada jenis ibarat itu, maka peneliti berhak mendeskripsikan dan mengajukan publikasi di dunia internasional dan memperlihatkan nama pada spesies yang ditemukan tersebut.

Urutan pembagian terstruktur mengenai makhluk hidup dari tingkat tertinggi ke terendah (yang kini digunakan) yaitu Domain (Daerah), Kingdom (Kerajaan), Phylum atau Filum (hewan)/Divisio (tumbuhan), Classis (Kelas), Ordo (Bangsa), Famili (Suku), Genus (Marga), dan Spesies (Jenis).

Tujuan pembagian terstruktur mengenai makhluk hidup yaitu untuk mempermudah mengenali, membandingkan, dan mempelajari makhluk hidup. Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat atau ciri pada makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup, contohnya bentuk badan atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan.

Perkembangan Taksonomi

Taksonomi merupakan disiplin ilmu yang sudah semenjak usang dikembangkan oleh manusia. Dengan taksonomi maka hidup akan menjadi lebih mudah, lebih ringkas, lebih efisien. Taksonomi juga membuatkan filsafat yang melatarbelakangi perkembangan konsepnya.

Spesies membentuk organisasi dengan kriteria tertentu dalam populasi:
A. Mempunyai kemampuan kawin sendiri dan mewariskan sifat kepada keturunannya.
B. Mengalami perubahan genetik, yaitu modifikasi genyang bisa diturunkan pada keturunannya.
C. Mengalami persaingan individu dengan spesies lain dan dalam komunitas.
D. Mengalami seleksi individu yang akan bisa melanjutkan organisasi.
E. Menggalang pelatihan populasi secara menyeluruh.

Perkembangan ilmu taksonomi tidak lepas dari sejarah taksonomi itu sendiri. Dari zaman ke zaman sangat pesat perkembangan taksonomi diantaranya yaitu:

1. Zaman Yunani Kuno
Pada zaman sebelum socrates, banyak orang pada masa itu berspekulasi wacana asal mula dari mahluk hidup, aliran inilah yang nanti akan menjadi awal mulanya dari ilmu-ilmu yang lain termasuk pembagian terstruktur mengenai dan taksonomi.

2, Zaman Setelah Socrates
Salah satu murid dari Socrates yaitu Plato, beliau menyatakan bahwa asal mula kehidupan di Bumi berasal dari insan dan pada insan organ yang pertama ada yaitu kepala alasannya beliau menganggap bahwa kepala yaitu ruh dan jiwa dari manusia.

Taksonomi resmi ada semenjak zaman yunani kuno, yang melaksanakan hal ini yaitu Aristoteles yang mengikuti filsafat democritus. Aristoteles membagi binatang menjadi dua kategori yaitu binatang yang mempunyai darah yaitu sanguiferus (berdarah merah / sebagian besar vertebrata) dan binatang tak berdarah (invertebrata).

3. Zaman Pertengahan Sampai Abad ke-18
Zaman renesaince merupakan suatu zaman yang mulai berkembangnya ilmu pengetahun, banyak sekali ilmu-ilmu yang muncul, diantaranya adalah; ilmu pengetahuan alam, seni, sastra arsitektur dan sebagainya. Pada zaman ini juga berkembang ilmu-ilmu botani dan zoologi, serta banyak karya-karya tulis yang mulai diterbitkan.

4. Dari Era Linnaues Sampai Abad ke-19
Carolus Linnaeus merupakan seorang yang populer dan beliau yaitu orang yang mencetuskan konsep spesies dan klasifikasi, konsep ini bisa diterima oleh bnyak kalangan. Dengan adanya konsep ini maka mempelajari mahluk hidup menjadi lebih mudah, serta memunculkan penelitian-penelitian biologi yang lebih maju. Ilmu ini terus berkembang hingga kurun ke 20 dan pada kurun 20 ini berkembang ilmu-ilmu wacana molekuler, alasannya dianggap bahwa sudah banyak mahluk hidup yang sudah di deskripsikan dan diberi nama.

5. Abad ke-19 Sampai ke-20
Pada masa ini terjadi peningkatan yang sangat pesat spesies-spesies yang dikenali, serta mulailah berkembang wacana teori evolusi darwin, sehingga pembagian terstruktur mengenai bisa menurut dari kekerabatannya. Selain itu Mendel telah menemukan aturan pewarisan sifat yang terjadi dalam mahluk hidup.

6. Pertengahan Abad ke-20
Pada kurun ini, DNA, gen dan perkembangan molekuler semakin maju sehingga menjadikan pengklasifikasian mahluk hidup juga bisa didasarkan dari genetik. Konsep dari spesies akan lebih terinci secara biologi molekuler.   

Peranan Taksonomi

Hakikinya Taksonomi berkaitan dengan keanekaragaman hayati dan itikad disiplin ilmu ini dan para ahlinya yaitu menjaga kelestariannya sebaik mungkin. Dalam kaitanya dengan peningkatan peternakan untuk memberi penguatan terhadap daya dukung negara terhadap pesatnya laju pertumbuhsn populasi penduduk telah menempatkan pemerintah Indonesia ke dalam dilema. Di satu sisi diharapkan konfersi lahan untuk mendukung peternakan namun di sisi yang lain  melindungi keanekaragaman hayati dan potensinya yang sebagian besar justru berada di hutan atau daerah yang akan di konfersi.

Taksonomi juga bisa mengeksplor dan menjaga keanekaragaman tingkat genetik dari suatu mahluk hidup. Pengelolaan sumber daya genetika binatang mencakup upaya untuk melestarikan, mengamankan sekaligus memanfaatkan keanekaragaman genetika seoptimal mungkin sehingga berkhasiat bagi generasi kini maupun yang akan datang. 

Langkah-langkah operasioal dalam pengelolaan sumber daya genetika yang lengkap, meliputi: 
  1. Kegiatan eksplorasi, inventarisasi, dan identifikasi sumber daya genetika, 
  2. Melakukan koleksi secara ex situ dan in situ, 
  3. Pasporisasi dan dokumentasi, 
  4. Evaluasi, karakterisasi, dan katalogisasi, 
  5. Pemanfaatan, seleksi, hibridisasi, dan perakitan varietas, 
  6. Konservasi dan rejuvinasi, serta 
  7. Pertukaran materi, perlindungan, dan komersialisasi.