Contoh Resensi Buku Ilmu Pengetahuan Terlengkap Dan Cara Meresensinya

Pokok pembahasan kali ini yaitu wacana pola resensi buku ilmu pengetahuan, pola resensi buku non fiksi, pola resensi buku novel, pola resensi buku pelajaran, cara dan contoh merensensi buku ilmu pengetahuan, pola resensi cerpen, pola ikhtisar buku, pola review buku dan pola resensi buku ilmu pengetahuan populer.

Meresensi Buku Ilmu Pengetahuan Populer

Bagaimanakah evaluasi kalian terhadap isi sebuah buku? Dapatkah kalian mengungkapkan evaluasi wacana sebuah buku ke dalam bentuk resensi? Pada pembelajaran ini, kita akan mempelajari bersama cara meresensi buku pengetahuan atau penemuan.

Jika kalian ingin menulis resensi buku pengetahuan atau penemuan, maka langkah awalnya kalian tentu harus membaca buku tersebut. Setelah membaca buku itu secara saksama, gres kalian menulis resensinya.

Hal-hal penting dalam meresensi buku

Beberapa hal penting dalam menulis resensi buku adalah
(1) identitas buku, yakni: judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, dan jumlah halaman; 
(2) citra pokokpokok isi buku; 
(3) keunggulan dan kekurangan buku; 
(4) penggunaan bahasa penyajian dan manfaat buku yang diresensi secara umum; 
(5) goresan pena resensi biasanya dilengkapi dengan fotokopi kulit luar (kover) buku tersebut.

Langkah-langkah meresensi buku

Dalam menulis resensi sebuah buku, kalian sanggup memerhatikan langkah-langkah berikut.
1. Membaca buku yang akan diresensi secara utuh dan menyeluruh.
2. Mengidentifikasi bentuk fisik dan isi buku.
3. Menunjukkan kelebihan serta kekurangan buku dan isi buku.
4. Merangkum isi buku.
5. Menuliskan pendapat langsung sebagai balasan atas isi buku.
6. Meresensi buku.
7. Menyunting resensi.

Berdasarkan langkah-langkah di atas, kalian sanggup menulis sebuah resensi buku. Sebagai pola yaitu resensi buku berjudul “Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang” karya Andrias Harefa.

Proses atau tahapan meresensi buku berjudul Agar Menulis- Mengarang Bisa Gampang sanggup kalian simak dalam uraian berikut. Sebagai tahap awal dalam meresensi buku diharapkan pendataan mengenai buku yang akan kalian resensi. Dalam proses pendataan menurut resensi di atas, kalian sanggup menuliskan data yang terdapat dalam buku tersebut, yaitu berikut.

Judul : Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang
Pengarang : Andrias Harefa
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2002
Halaman : i-xi + 103 halaman

Data tersebut masih sanggup kalian tambahkan, contohnya mencakup keterangan gambar, jumlah bab, penggunaan bahasa, harga buku, dan sebagainya.

Berkaitan dengan ikhtisar dari isi buku di atas, kalian sanggup mengemukakan ikhtisar tersebut sebagaimana berikut.

“Aktivitas menulis sering kali dikaitkan dengan talenta seseorang. Padahal, tidak selamanya talenta sanggup menciptakan acara tulis-menulis menjadi selancar dan semudah yang kita bayangkan. Berulang kali para pakar menyatakan bahwa menulis merupakan pelajaran dasar yang sudah kita dapatkan sejak duduk di dingklik sekolah dasar bahkan di taman kanak-kanak. Dengan kata lain, mengarang yaitu keterampilan sekolah dasar. Namun, sering kali ketika kita hendak menuangkan ide-ide kita dalam bentuk tulisan, sesuatu yang berjulukan “bakat” selalu menjadi semacam “kambing hitam” yang harus siap dipersalahkan.

Mengarang bukanlah pekerjaan yang mudah. Namun, juga bukan merupakan hal yang sulit kalau ada komitmen, kesepakatan pada diri sendiri tentu saja, kalau komitmen itu diniati untuk benar-benar ditepati. Komitmen, inilah satu lagi kata kunci biar proses menulis dan mengarang menjadi mudah. Komitmen tersebut yaitu kesepakatan pada diri sendiri bahwa saya akan menjadi penulis. Jadi, menulis itu bukan perlu bakat, alasannya talenta tidak lebih dari “minat dan ambisi yang terus-menerus berkembang”. Jadi, kalau “bakat” bermakna demikian, maka segala sesuatu memerlukan bakat, tidak cuma dalam soal tulis-menulis. Masalahnya kemudian, bagaimana biar ambisi tersebut terus dipelihara hingga waktu yang lama? Jawabnya “komitmen pada diri sendiri.”

Kelebihan dan kekurangan buku

Beberapa kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam buku tersebut, sanggup kalian simpulkan sebagaimana berikut.

Kelebihan Buku

1. Materi yang terkandung menawarkan semangat pada pembaca untuk berkarya, yaitu mengarang atau menulis.

2. Mampu menyajikan ide-ide kreatif dan motivasi dalam proses mencar ilmu mengarang.

3. Secara fisik, penampilan buku menarik dengan kualitas materi yang cukup bagus.

Kekurangan Buku

1. Secara implisit buku tersebut ditulis secara asal atau “sekenanya”.

2. Buku tersebut terkesan “mahal”.

Berkaitan wacana pendapat atau balasan langsung terhadap isi buku, sanggup kalian simpulkan antara lain berikut.

1. Buku yang ditulis dengan “sekenanya” tetapi cukup menawarkan wawasan yang relatif gres dan segar serta memenuhi selera “pasar” ini, memuat ragam cara biar siapa pun sanggup menulis-mengarang.

2. Kita sepertinya perlu tahu, di zaman knowledge economy seorang penulis akan “makin dihargai” sehingga tidak takut dan ragu, alasannya menulis dan mengarang sanggup menopang hidup.

3. Dalam buku yang disertai dengan ilustrasi bergambar mempermudah pembaca untuk segera memahami maksud isi buku.

Berdasarkan identitas buku, kelebihan dan kekurangan isi buku, serta paduan antara ikhtisar dan balasan langsung di atas, maka kalian sanggup menulis resensi buku “Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang” sebagai berikut.

Contoh Resensi Buku 


Menulis Itu Memang Gampang
Oleh: Baridul Islam Pr.

Judul              : Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang
Pengarang      : Andrias Harefa
Penerbit         : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2002
Halaman       : i-xi + 103 Halaman
Resensi Buku
“Dapatkah Anda menyampaikan pada diri Anda sendiri bahwa saya niscaya sanggup mengarang, alasannya mengarang yaitu keterampilan sekolah dasar”. Kata ini begitu “menusuk hati” Andrias Harefa. Dia mengklaim dirinya sebagai insan pembelajar ini yaitu “lulusan” drop out (dikeluarkan sebelum lulus) Fakultas Hukum UGM, tahun 1987.

Saat itu ia lebih menentukan menerbitkan media- media alternatif-kreatif SAKSI. Kemudian seterusnya bekerja membidani kelahiran majalah ANTUSIAS, penerbitan khusus untuk alumni Dale Carnegie Training di Indonesia.

Setelah selama 7 tahun ia memegang lisensi (perizinan) pelatih Dale Carnegie Training, ia juga merangkap HRD Consultan PT Dasindo Media. Saat angin kencang krisis menerpa, kondisi tersebut membuatnya “beralih” profesi menjadi insan yang ingin terus belajar. Semenjak itulah hingga 4 tahun kurang ini, proses pembelajaran itu ditumpahkannya ke dalam 19 buku, termasuk buku “Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang, yang beberapa di antaranya best seller.

Situs pembelajar.com merupakan simbol kecintaan yang diluncurkan sempurna pada hari  kasih sayang, 14 Februari 2001. Situs tersebut yaitu kawasan menorehkan menandakan cinta dan persembahan cintanya kepada bangsa.

Baginya, saya sedang mengekspresikan rasa cinta yang tumbuh di hati saya (h.20). Dalam kepingan keempat dari buku ini, ia menyampaikan bahwa sumber inspirasi bagi para calon penulispengarang yaitu cinta. Tanpa cinta goresan pena akan serasa cuek dan kering.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa cinta menciptakan orang menjadi sensitif, peka terhadap apa yang di sekitarnya. Dengan demikian, hatinya “mudah digerakkan”.

Ketika “gerakan hati”ini dipadukan dengan wawasan dan pengetahuan atau perilaku rasional (h.13-16), lahirlah ide-ide dan gagasangagasan. Ditambah dengan “keterampilan tingkat sekolah dasar”, jadilah karangan, apa pun bentuknya (h.21).

Menulis dan mengarang memang pekerjaan yang mudah. Setidaknya uraian 17 subjudul buku ini menggambarkan dengan bahasa yang terkenal sehingga mudah ditangkap oleh siapa pun yang membacanya.

Buku yang merupakan “kritik” atas “Mengarang Itu Gampang”, karya Arswendo Atmowiloto, dibentuk justru dari susun selesai sistematika. Sesuatu yang tidak lazim dalam soal karang-mengarang. Baginya soal “memulai”adalah begin with the end in mind (mulai dengan pikiran akhir), mulailah dengan memikirkan hasil akhirnya. Hal ini sebagai mana kutipan yang ia ambil dari hasil studi doktoral penulis best seller “7 Kebiasaan Efektif”, Stephen R. Covey (h.92).

Kisah lain yang diungkap buku “praktis” ini yaitu soal: Supernova. Siapa yang tidak tahu buku ini? Buku yang dikarang oleh penulis “pemula” sekaligus artis-penyanyi Trio Rida Sita Dewi (RSD), Dewi alias Dee hingga ketika ini laris terjual lebih dari 30.000 eksemplar. 

Untuk itulah “proses” yang dilakukannya menjadi pembelajaran yang berharga bagi orang yang memiliki minat menulis. Sebuah dongeng idealis dari penulis yang tidak ingin dan “takut” tulisannya diedit oleh para pakar ini, mengerjakan, mencetak, menerbitkan, dan mendistribusikan sendiri novelnya lewat Truedee Books, dan “kepuasan” itu jadinya bisa dicapainya.

Mengarang bisa mudah kalau ada komitmen, kesepakatan pada diri sendiri. Komitmen itu diniati untuk benar-benar ditepati. Apabila kesepakatan dibiarkan tinggal janji, mungkin lebih baik jadi politisi. Komitmen, inilah satu lagi kata kunci biar proses menulis dan mengarang menjadi mudah.

Apa yang disebut komitmen tersebut yaitu kesepakatan pada diri sendiri bahwa saya akan menjadi penulis. Jadi, menulis itu bukan perlu bakat, alasannya talenta tidak lebih dari “minat dan ambisi yang terus-menerus berkembang”. Jadi, kalau “bakat” bermakna demikian, maka segala sesuatu memerlukan bakat, tidak cuma dalam soal tulis-menulis. Masalahnya kemudian, bagaimana biar ambisi tersebut terus dipelihara hingga waktu yang lama? Jawabnya komitmen pada diri sendiri (h.45).

Buku ini ditulis dengan “sekenanya” tapi bermutu (?) dan memenuhi selera “pasar”. Buku ini memuat ragam cara biar siapa pun sanggup menulis-mengarang. Hal yang penting tahu bagaimana memicu ide, paham tiga N (Niteni, Nirokke, Nambahi atau memerhatikan, menirukan, menambahkan).

Semua ini harus selalu berproses lewat membaca sebagai “makanan” pengarang dan bisa menentukan dan memilah topik. Selain itu juga harus bisa mengasah judul yang memikat dan merangsang pembaca-penerbit, redaktur opini, serta perlu tahu kawasan atau situasi dan acara yang sanggup memicu ide kreatif. Ada lagi yang penting bahwa kita sepertinya perlu tahu di zaman knowledge economy seorang penulis akan “makin dihargai”. Dengan demikian, kita tidak takut dan ragu, alasannya menulis dan mengarang sanggup menopang hidup (?).

Dalam buku yang disertai dengan ilustrasi bergambar ini mempermudah pembaca untuk segera memahami maksud isi buku. Buku ini juga menguraikan kisah-kisah penulis menyerupai si “teolog inklusif”, Sukidi, new ager Anand Krisna, esais Goenawan Muhammad, novelis S. Mara G.D., penggagas sastra dakwah kontemporer, Helvy Tiana Rosa, si “Sophy” atau “Hiper.”, Yasraf Amir Piliang, Emha Ainun Nadjib, dan tidak lupa dongeng langsung Andrias Harefa dalam menapak kariernya hingga sukses menjadi penulis beberapa buku best seller.

Akhirnya, buku yang meski cukup “mahal” semoga bisa mendorong lahirnya  penulis-pengarang baru. Penulis-pengarang tersebut memang sangat ditunggu untuk mengisi dan memberi makna terhadap ide wacana Indonesia baru. Sebab: menulis-mengarang itu memang gampang, setidaknya resensi ini membuktikannya.

Penulis yaitu pecinta buku dan bekerja di Babad Press(Lembaga Penerbitan Komunitas Lokal)