Macam-Macam Materi Kimia (Zat Aditif) Alami Pada Makanan

Berikut ini merupakan pembahasan perihal Bahan Kimia Tambahan Alami pada Makanan, Bahan Kimia Alami pada Makanan, Zat Aditif Alami pada Makanan, materi pengawet kuliner alami, materi tambahan kuliner alami, materi penyedap kuliner alami, materi pewarna kuliner alami, materi perasa kuliner alami.

Bahan Kimia Tambahan Alami pada Makanan

Sejak dulu nenek moyang kita sudah memakai materi tambahan untuk memberi warna, pemanis, pengawet, dan penyedap. Nah, materi kimia tambahan alami apa saja yang dipakai dalam makanan?

a. Bahan Pewarna Makanan Alami

Pernahkah kau makan nasi kuning? Dari mana asalnya warna kuning pada nasi kuning? Warna kuning itu berasal dari bumbu kuliner yang disebut kunyit.

Bahan pewarna alami lain yang juga sering digunakan, antara lain menyerupai berikut.

1) daun pandan dan daun suji untuk menghasilkan warna hijau;

2) gula merah dan karamel untuk menghasilkan warna cokelat;

3) cabai, tomat, dan paprika untuk menghasilkan warna merah.

Pewarna alami lebih kondusif dikonsumsi tetapi macamnya terbatas, dan sulit untuk memperolehnya dalam jumlah besar sehingga industri kuliner lebih bahagia memakai pewarna sintetis.

b. Bahan Pemanis Makanan Alami

Jika kau ingin menciptakan air teh yang manis, materi apa yang ditambahkan ke dalam air teh? Kamu niscaya akan menambahkan gula pasir. Gula pasir merupakan salah satu referensi materi tambahan alami yang sering dipakai dalam rumah tangga.

Terbuat dari apakah gula pasir dan gula merah itu?
Gula pasir diolah dari tumbuhan tebu, sedangkan gula merah diolah dari pohon kelapa atau aren.
Zat tambahan alami yang biasa digunakan, dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1) Pemanis nutritif

Pemanis nutritif adalah tambahan alami yang menghasilkan kalori. 
Pemanis nutritif berasal dari tumbuhan (sukrosa/gula tebu, gula bit, xylitol dan fruktosa), dari binatang (laktosa, madu), dan dari hasil penguraian karbohidrat (sirop glukosa, dekstrosa, sorbitol).

Kelebihan tambahan ini sanggup menjadikan obesitas, alasannya kandungan kalorinya yang tinggi.

2) Pemanis nonnutritif

Pemanis nonnutritif ialah tambahan alami yang tidak menghasilkan kalori. 
Pemanis nonnutritif berasal dari tumbuhan (steviosida), dan dari kelompok protein (miralin, monellin, thaumatin).
Gambar: Contoh Pemanis Makanan Alami

c. Bahan Pengawet Makanan Alami

Bahan pengawet alami yang sering dipakai ialah garam, cuka, dan gula. Bahan pengawet alami ini dipakai untuk mengawetkan kuliner biar selalu berada dalam kondisi baik.

1) Garam Dapur

Metode pengawetan memakai garam dapur (NaCl) telah dilakukan masyarakat luas selama bertahun-tahun.

Larutan garam yang masuk ke dalam jaringan diyakini bisa menghambat pertumbuhan kegiatan basil penyebab busuk, sehingga kuliner tersebut jadi lebih awet.

Pengawetan dengan garam ini memungkinkan daya simpan yang lebih usang dibanding dengan produk segarnya yang hanya bisa bertahan beberapa hari atau jam saja. Contoh ikan yang hanya tahan beberapa hari, jika diasinkan sanggup infinit selama berminggu-minggu.

Tentu saja mekanisme pengawetan ini perlu menerima perhatian alasannya konsumsi garam secara berlebihan sanggup memicu penyakit darah tinggi. Selain itu, garam dipakai untuk menciptakan telur asin dan ikan asin.

2) Gula dan Cuka

Cuka dipakai biar sayuran sanggup bertahan lama. Gula dipakai dalam pembuatan kecap yang berfungsi sebagai materi pengawet.

3) Pemanasan, Pengeringan, Pembekuan, Pengalengan dan Irradiasi

Selain dengan penambahan materi pengawet, untuk mengawetkan kuliner sanggup dilakukan dengan pemanasan, pengeringan, pembekuan, pengalengan, dan irradiasi dengan sinar ultraviolet atau sinar gamma.

d. Bahan Penyedap Makanan Alami

Bahan penyedap alami yang sering dipakai untuk mengakibatkan rasa gurih pada makanan, antara lain santan kelapa, susu sapi, dan kacang-kacangan. 
Selain itu, materi penyedap lainnya yang biasa dipakai sebagai bumbu masakan, antara lain lengkuas, ketumbar, cabai, kayu manis, dan pala.
Tujuan ditambahkannya penyedap ialah meningkatkan cita rasa makanan, mengembalikan cita rasa kuliner yang mungkin hilang ketika pemprosesan dan memberi cita rasa tertentu pada makanan.