Latar Belakang Geopolitik Dan Sosio Histori Hamka

SUDUT HUKUM | Hamka juga aktif dalam gerakan Islam organisasi Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, dia mengetuai latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian dia menjadi konsul Muhammadiyah di Sumatra Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. 

Beliau menyusun kembali pembangunan dalam Konggres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950. Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pada juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Ali Mukti melantik Hamka sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia tetapi belian kemudiannya meletak jawatan pada tahun 1981 alasannya yakni nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia. Kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925 dikala dia menjadi anggota partai politik Sarekat Islam. 

Pada tahun 1945, dia membantu menentang perjuangan kembalinya penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai aktivitas gerilya di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, Hamka diangkat menjadi ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau diangkat menjadi anggota Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya diharamkan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1960. 

Dari tahun 1964 sampai tahun 1966, Hamka dipenjarakan oleh Presiden Sukarno alasannya yakni dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakanlah maka dia menulis Tafsir Al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, Hamka diangkat sebagai anggota Badan Musyawarah Kebajikan Nasional Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia. Selain aktif salam soal keagamaan dan politik, Hamka merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah akhbar menyerupai Pelita Andalas, Seruan Islam, dan Seruan Muhammadiyah.

Pada tahun 1928, dia menjadi editor majalah Bintang Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, dia menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.