Cara Identifikasi Capung Genus Neurothemis


Capung, yaitu salah satu jenis binatang avertebrata yang tergolong ke dalam ordo Odonata dan tersebar di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Memiliki jumlah dan jenis yang sangat banyak, menciptakan capung gampang ditemui dimana saja. Meski jumlah dan jenis capung sangat banyak, bentuk tubuhnya yang menyerupai antara satu jenis dengan jenis lainnya, menciptakan capung sulit untuk diklasifikasikan. Hal itu menciptakan capung sulit untuk dipelajari, sehingga menciptakan sedikit saja orang yang mau mempelajari capung dan seluk beluknya lebih jauh.

Jenis capung yang paling banyak tersebar di Indonesia dan umum ditemui beberapa diantaranya berasal dari famili Libellulidae, dengan genus Neurothemis. Capung jantan dari genus Neurothemis umumnya berwarna merah, baik pada sayap maupun tubuh. Terdapat setidaknya 3 spesies dari genus Neurothemis yaitu Neurothemis fluctuans (Fabricius, 1793), Neurothemis ramburii (Brauer, 1866), dan Neurothemis terminata (Ris, 1911) yang paling umum dijumpai di beberapa pulau di Indonesia. Ketiganya sangat mirip, mempunyai kepala, toraks (dada), abdomen (perut), dan sayap berwarna merah, sehingga sulit dibedakan satu sama lain.


Ketiga capung di atas sangatlah menyerupai dari kejauhan. Beberapa orang mungkin akan menganggap bahwa ketiga capung tersebut yaitu spesies yang sama. Warna dasar merah tua, bentuk sayap yang sama, sampai cara hinggap yang sama pula, semakin menguatkan kemiripan dari ketiga capung tersebut. Namun sesungguhnya mereka yaitu tiga spesies capung yang berbeda.

Lalu, apakah bersama-sama yang menciptakan ketiga jenis capung ini menjadi berbeda? Bagaimana ketiga capung tersebut sanggup diklasifikasikan sebagai spesies yang berbeda? Ada beberapa hal fundamental namun membutuhkan kejelian tinggi untuk sanggup membedakan ketiga capung tersebut. Perbedaan fundamental tersebut terletak di rujukan tepi warna merah pada sayap ketiga capung tersebut. Ketiga gambar ujung sayap capung di bawah ini mengatakan bahwa ujung sayap masing-masing capung mempunyai rujukan tepi warna merah yang berbeda dan menjadi penanda perbedaan ketiga spesies capung tersebut. Pada ordo Odonata ini, setiap capung yang mempunyai rujukan sayap yang berbeda, akan diklasifikasikan sebagai spesies yang berbeda.



Gambar tersebut mengatakan bentuk sayap capung dengan rujukan tepi warna merah melengkung tajam sampai nyaris ke pangkal sayap. Ciri tepi warna merah tersebut dimiliki oleh spesies N. fluctuans. Spesies ini sanggup dibedakan dari N. ramburii dan N. terminata alasannya yaitu warna merah pada tubuhnya yang lebih cerah dan ukuran tubuhnya yang paling kecil. Gambar 2 yaitu spesies N. ramburii, tampak mempunyai rujukan tepi warna merah yang hampir menyerupai dengan N. fluctuans, hanya saja tepian merah ini tak sedalam N. fluctuans. Gambar 3 merupakan spesies N. terminata. Spesies ini paling menyerupai dengan N. ramburii alasannya yaitu mempunyai ukuran badan yang sama dan warna merah yang lebih gelap. Perbedaannya yaitu N. terminata memiliki sayap transparan lebih sempit dengan rujukan warna merah bertepi lurus.

Selain perbedaan pada rujukan tepi warna merah di sayap, terdapat pula perbedaan pada rujukan venasi sayap (yang nampak menyerupai jaring-jaring pada sayap capung). Venasi sayap tersebut memliki rujukan tertentu yang hanya sanggup diamati memakai lup atau beling pembesar menyerupai terlihat pada gambar di bawah ini:



Mengamati capung, memang bukanlah masalah mudah. Ada beberapa cara untuk mengamati capung semoga sanggup mengetahui jenisnya. Cara yang pertama yaitu dengan teknik fotografi makro, dengan begitu sanggup mengamati objek (dalam hal ini capung) tanpa perlu menyentuh objeknya. Memotret capung apalagi capung besar (Anisoptera) termasuk cukup mudah, alasannya yaitu capung mempunyai kebiasaan berdiam diri cukup usang di kawasan ia bertengger jikalau tidak ada sesuatu yang mengganggunya. Sesekali ia akan terbang memutar kemudian kembali ke kawasan awalnya bertengger.

Cara kedua yaitu cara yang paling sering dipakai oleh peneliti capung, yaitu dengan teknik capture and release. Capung mula-mula ditangkap memakai insect net, kemudian kemudian diamati dan didokumentasikan, selanjutnya dilepaskan. Namun, beberapa ada juga yang ditangkap kemudian diawetkan untuk keperluan pembuatan spesimen terutama untuk capung jenis baru.

Penulis: Gahar Ajeng Prawesthi, S. Pd.

Referensi:

  1. Joko Setiyono dkk. 2017. Dragonflies of Yogyakarta
  2. Malte Seehausen & Rory A. Dow. 2016. Morphological studies and taxonomic considerations on the ‘reddish-brown-winged’ group of Neurothemis Brauer, 1867 with the description of N. taiwanensis sp. nov.