Aplikasi Paklobutrazol Pada Tanaman


Zat penghambat pertumbuhan berfungsi untuk memperlambat pembelahan dan pemanjangan sel dan biasanya dipakai untuk mengendalikan tinggi tumbuhan dengan cara menghambat sintesis giberelin. Zat penghambat pertumbuhan antara lain Phospon-O, Amo-1618, CCC (Cycocel), Ansimidol, dan Paklobutrazol.

Paclobutrazol ialah derivat triazole yang termasuk dalam zat pengatur tumbuh penghambat biosintesis giberelin, mengurangi asam absisat, etilen dan asam indole-3 serta meningkatkan sitokinin. Paklobutrazol mempunyai nama umum ICI–PP–333 (McDaniel, 1983), dengan nama kimia [(+)-(R*,R*)-β-([4-chlorophenyl]methyl)-α-(1,1-dymethylethyl)-1H-1,2,4-triazole-1-ethanol (Cox, 1991), dan rumus empiris C15H20ClN3O (Hamada et al., 1990).

Paklobutrazol ialah zat yang sanggup diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada tumbuhan atau disiramkan melalui media tanam. Paklobutrazol yang diaplikasikan dengan cara disemprotkan diserap oleh pembuluh batang sedangkan yang disiramkan melalui media tanam diserap oleh akar tumbuhan kemudian ditranslokasikan secara akropetal melalui xilem ke kepingan tumbuhan yang lain (Purnomo dan Prahardini, 1989). 

Kedua metode tersebut mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Penyemprotan berfungsi menyerupai fitotoksik, tetapi ketika diaplikasikan pada tumbuhan yang ditanam pada lahan yang luas, tingkat penerimaan tiap tumbuhan akan berbeda alasannya dampak lingkungan contohnya arah dan kecepatan angin. Meskipun begitu, penyemprotan sering dilakukan alasannya sanggup dilakukan dengan cepat. Penyiraman melalui media tanam memerlukan lebih banyak tenaga tetapi akan memperlihatkan dampak yang lebih besar, lebih tahan lama, dan lebih bermacam-macam daripada dengan metode penyemprotan (Basra, 2000).

Cox dan Keever (1988) melaksanakan penelitian perihal aplikasi paklobutrazol pada tumbuhan bunga kertas dan geranium dengan dua metode aplikasi yaitu penyiraman dan penyemprotan pada banyak sekali kadar. Paklobutrazol diaplikasikan pada tumbuhan bunga kertas dengan penyiraman dan penyemprotan pada umur 22 hari sehabis tanam ketika tinggi tumbuhan sekitar 65 mm. Kadar penyemprotan untuk tumbuhan bunga kertas yaitu 250, 500, 1.000, dan 2.000 ppm dengan volume 1,5 sampai 2 ml/tanaman, sedangkan takaran paklobutrazol yang diaplikasikan melalui penyiraman untuk tumbuhan bunga kertas yaitu 0,5; 1,0; 2,0; dan 4,0 mg a.i/pot dengan volume 50 ml/pot. 

Perlakuan penyemprotan dan penyiraman efektif dalam mengurangi tinggi tanaman, lebar tajuk tanaman, dan berat kering tanaman. Semakin tinggi takaran paklobutrazol yang diaplikasikan semakin besar penurunan tinggi tanaman, lebar tajuk tanaman, dan berat kering tanamannya. Dosis yang terlalu tinggi tidak terlalu baik bagi tanaman. Dosis paklobutrazol yang diaplikasikan melalui penyiraman 2,0 dan 4,0 mg a.i/pot dan takaran penyemprotan 2.000 ppm dinilai terlalu keras dan tidak sanggup diterima oleh tanaman. Pada penelitian tersebut aplikasi paklobutrazol tidak mempengaruhi waktu berbunga tumbuhan bunga kertas (Cox and Keever, 1988). 

Pada tumbuhan geranium aplikasi paklobutrazol dilakukan pada umur 22 hari sehabis tanam. Kadar penyemprotan untuk tumbuhan geranium yaitu 10, 20, 40, dan 80 ppm dengan volume 1,5 sampai 2 ml/tanaman. Sedangkan takaran paklobutrazol yang diaplikasikan melalui penyiraman untuk tumbuhan geranium yaitu 0,03; 0,06; 0,12; dan 0,24 mg a.i/pot dengan volume 50 ml/pot. Perlakuan penyiraman dan penyemprotan paklobutrazol efektif dalam menghambat tinggi tumbuhan dan berat kering tumbuhan geranium. Pertumbuhan vegetatif dan tinggi tumbuhan total berkurang dengan bertambahnya kadar dalam perlakuan penyiraman dan penyemprotan. Akan tetapi, semua perlakuan penyiraman paklobutrazol pada semua kadar menjadikan penghambatan yang berlebihan terhadap pertumbuhan vegetatif dan tinggi total tanaman. Pada aplikasi paklobutrazol secara penyemprotan, penghambatan tinggi tumbuhan yang berlebihan hanya terjadi pada kadar 80 ppm (Cox and Keever, 1988). 

Cara aplikasi paklobutrazol yang sama juga dilakukan oleh Keever dan Cox (1989) terhadap dua kultivar Marigold yaitu Tagetes erecta L. dan Tagetes patula L. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kedua cara aplikasi efektif menghambat pertumbuhan tanaman. Pemendekan tumbuhan akhir aplikasi paklobutrazol secara siraman sebesar 9,29 % (terhadap kontrol) sedangkan secara penyemprotan sebesar 5,00 % (terhadap kontrol) (Keever and Cox, 1989). 

Pada tumbuhan padi IR 64, penyemprotan paklobutrazol sanggup menghambat tinggi tumbuhan dan meningkatkan jumlah anakan. Penurunan tinggi tumbuhan diakibatkan oleh terhambatnya pemanjangan sel batang. Penyemprotan paklobutrazol juga sanggup memperpendek fase vegetatif tumbuhan pada banyak sekali waktu penyemprotan (Kusumastuti, 1998). 

Pada tumbuhan krisan, pinjaman paklobutrazol akan menghambat pertumbuhan tinggi tumbuhan tetapi meningkatkan jumlah tunas total, nilai kekompakan, dan nilai VQR bunga. Penelitian dilakukan oleh Prinavitasari (2008) terhadap tumbuhan krisan varietas Sakuntala dengan perlakuan pinjaman paklobutazol kadar 10, 25, dan 45 ppm pada waktu 2, 3, dan 4 ahad sehabis tanam (mst). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa semakin tinggi kadar paklobutrazol akan menghambat pertambahan tinggi tumbuhan dan meningkatkan jumlah tunas total, nilai kekompakan tumbuhan serta nilai VQR bunga. Paklobutrazol dengan kadar 10 ppm menghasilkan krisan pot terbaik dengan menghasilkan jumlah cabang produktif lebih banyak dan umur berbunga 6,3 hari lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan kadar paklobutrazol lainnya yang lebih besar (Prinavitasari, 2008).

Penelitian perihal aplikasi paklobutrazol juga dilakukan pada jagung semi (Suwarsono, 1993), buncis (Bagyoastuti, 1998), dan paprika (Edina, 1999). Suwarsono (1993) melaksanakan penelitian perihal aplikasi paklobutrazol pada jagung semi dengan kadar 0, 100, 200, 300, 400, dan 500 ppm pada umur 25, 30, dan 35 hari sehabis tanam. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa konsentrasi paklobutrazol 500 ppm bisa memperlihatkan hasil tertinggi pada baby corn atau jagung semi varietas bibit unggul CPI-1. 

Pada penelitian Bagyoastuti (1998), aplikasi paklobutrazol pada tumbuhan buncis dengan kadar 100, 200, dan 300 ppm pada umur 2, 3, dan 4 ahad sehabis tanam memperlihatkan bahwa dampak penghambatan paklobutrazol terhadap tinggi tumbuhan lebih besar apabila paklobutrazol diaplikasikan lebih awal. Pada penelitian yang dilakukan Edina (1999) terhadap tumbuhan paprika dengan kadar 500, 750, dan 1.000 ppm pada umur 13, 20, dan 27 hari sehabis tanam (hst) memperlihatkan bahwa perlakuan waktu pinjaman 13, 20, dan 27 hst dengan banyak sekali kadar paklobutrazol akan menghambat tinggi tanaman.

Respon tumbuhan terhadap zat penghambat pertumbuhan tergantung pada fase pertumbuhan tumbuhan ketika zat penghambat tersebut diaplikasikan. Efek dari paklobutrazol terhadap usang inflorescence (susunan bunga dalam sumbu bunga) pada  Phalaenopsis amabilis L. Hybrid tergantung pada waktu aplikasi paklobutrazol. Paklobutrazol efektif pada takaran 125 atau 500 ppm bila diaplikasikan sempurna sebelum inflorescence emergence tetapi keefektifan akan berkurang bila diaplikasikan sehabis inflorescence emergence (Wang and Hsu, 1994). Paklobutrazol yang diaplikasikan pada tumbuhan bunga kertas “Red Sun” sebelum pembungaan dengan takaran 0,1 mg/tanaman menunda transisi ke fase reproduktif selama 4 hari dan menghasilkan bunga tunggal dengan helai bunga berubah dari bentuk ray petals menjadi tubular petals (Kim et al., 1989).

Zat penghambat tumbuh yang diaplikasikan tidak usang sehabis tumbuhan dipangkas pucuknya biasanya lebih efektif daripada zat penghambat tumbuh yang diaplikasikan usang sehabis pangkas pucuk. Kadar 500 ppm uniconazole yang diaplikasikan pada kulit kayu Hibiscus “Jane Cowl” dengan memakai kuas sesaat sehabis pucuk tumbuhan dipangkas menghambat pemanjangan tiga ruas pertama pada tunas pucuk. Perlakuan yang sama memperlihatkan imbas lebih kecil ketika diaplikasikan dua puluh empat hari sehabis pangkas pucuk (Wang, 1991).

Penyemprotan 60 ppm paklobutrazol atau 30 ppm uniconazole pada tumbuhan Dendranthena “Bright Golden Anne” pada 0, 2 atau 4 ahad sehabis pangkas pucuk menjadikan kendala pemanjangan batang dan penundaan waktu untuk berbunga yang berkorelasi dengan waktu aplikasi yang lebih awal (Gilbertz, 1992).

Sari (2000) melaksanakan penelitian  mengenai dampak kadar dan waktu pinjaman paklobutrazol terhadap pertumbuhan dan pembungaan tumbuhan bunga kertas (Zinnia elegans Jacq.). Kadar paklobutrazol yang dipakai dalam penelitian ini ialah 250, 500, 1.000 atau 2.000 ppm yang diaplikasikan pada umur 3, 5 atau 7 ahad sehabis benih ditanam. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa aplikasi paklobutrazol dengan penyemprotan pada kadar dan waktu yang berbeda menjadikan pemendekan tumbuhan bunga kertas namun pengaruhnya tidak tahan usang sehingga disarankan semoga aplikasi paklobutrazol melalui cara penyemprotan terhadap daun dan batang tumbuhan bunga kertas perlu dilakukan berulang kali dalam interval waktu tertentu sehingga pemanjangan cabang utama tumbuhan yang tumbuh pesat sanggup dihambat semoga diperoleh tumbuhan yang sesuai dijadikan tumbuhan pot (Sari, 2000).