Spesies Baru
Kelelawar Jenis Gres Ditemukan Di Sulawesi Utara
Indonesia mempunyai banyak fanuna nokturnal menyerupai kelelawar. Secara ekologis, binatang ini berfungsi sebagai penyerbuk dan pemancar biji. Mamalia yang sanggup terbang ini distribusinya gampang ditemukan di seluruh Indonesia. Salah satu laporan mengenai kelelawar di Sulawesi setidaknya ada 13 genus kelelawar yang masuk dalam famili Pteropodidae.
Salah satu genus dari Pteropodidae ada Rousettus dengan abjad mempunyai moncong panjang, cakar pada jari kedua dan ekor berkembang baik serta sanggup menghasilkan panggilan khas ekolokasi dengan lidah. Perbedaan antar-jenis genus ini terletak pada ukuran lengan bawah dan ada tidaknya perlekatan sayap di bab punggung.
Di Indonesia, genus Rousettus terdapat 6 spesies dari 10 spesies di dunia. Spesies tersebut antara lain Rousettus amplexicaudatus, Rousettus leschenaultii, Rousettus spinalatus, Rousettus celebensis (endemik Sulawesi dan Maluku), Rousettus linduensis (endemik Sulawesi), Rousettus (Boneia) bidens (endemik Sulawesi).
Terakhir kalinya inovasi jenis kelelawar gres di Sulawesi yakni Rousettus linduensis pada tahun 2003 oleh Maryanto dan Yani. Publikasi terbaru mengenai spesies gres dari genus Rousettus yakni berasal dari Cagar Alam Gunung Dua Saudara, Sulawesi Utara pada tahun 2016 yang dimuat di OnLine Journal of Biological Sciences. Spesies gres tersebut diberi nama Rousettus tangkokoensis yang secara etimologi penunjuk spesies berasal dari nama Gunung Tangkoko yang berada di sekitar Cagar Alam Dua Saudara.
Di dalam proses koleksi spesimen, terdapat 3 jenis kelelawar dari genus Rousettus di Cagar Alam Dua Saudara yakni Rousettus amplexicaudatus, Rousettus celebensis, dan Rousettus tangkokoensis. Secara morfologi R. tangkokoensis memiliki warna pundak jingga-kehitaman jikalau dibandingkan R. amplexicaudatus yang mempunyai pundak coklat-keabuan dan R. celebensis dengan warna pundak coklat-kekuningan. Warna dada dan perut R. tangkokoensis yakni kuning cerah, sedangkan R. amplexicaudatus berwarna abu-abu cerah dan R. celebensis berwarna coklat-kekuningan (Gambar 1).
Adapun morfometri yang dipakai ialah meliputi abjad tengkorak ialah ukuran:Di dalam proses koleksi spesimen, terdapat 3 jenis kelelawar dari genus Rousettus di Cagar Alam Dua Saudara yakni Rousettus amplexicaudatus, Rousettus celebensis, dan Rousettus tangkokoensis. Secara morfologi R. tangkokoensis memiliki warna pundak jingga-kehitaman jikalau dibandingkan R. amplexicaudatus yang mempunyai pundak coklat-keabuan dan R. celebensis dengan warna pundak coklat-kekuningan. Warna dada dan perut R. tangkokoensis yakni kuning cerah, sedangkan R. amplexicaudatus berwarna abu-abu cerah dan R. celebensis berwarna coklat-kekuningan (Gambar 1).
Gambar 1. Spesies kelelawar di Cagar Alam Dua Saudara (A) Rousettus amplexicaudatus, (B) Rousettus celebensis, dan (C) Rousettus tangkokoensis. |
- Greatest Skull Length (GSL),
- Zygomatic Breadth (ZB),
- Least Interorbital Width (LIW),
- Postorbital Width (POW),
- Braincase Width (BCW),
- Bullae Length (BL),
- Mesopterygoid Fossa Width (MSF),
- Palatal Length (PL),
- Condylobasal Length (CBL),
- Condylocaninus Length (CCL),
- Jarak antara gigi canine / taring atas dengan molar atas ke-3 (C1M3),
- Jarak antara gigi canine atas bab luar (C1C1),
- Jarak antara molar atas ke-3 bab luar (M3M3),
- Dentary Length (DL),
- Ramus Angular Process (RAP),
- Jarak antara gigi canine / taring bawah dengan molar bawah ke-3 (C1M3),
- Jarak antara gigi canine bawah bab luar (C1C1),
- Jarak antara molar bawah ke-3 bab luar (M3M3).
Morfometri berikutnya ialah karekter bab badan luar yang terdiri atas:
- Snot-Vent length (SV),
- Face Length (FL),
- Forearm (FA),
- Tibia (TIB),
- Hindfoot Length (HF)
- Ear (EAR)
- Tail (TAIL)
Berdasarkan hasil morfometri dari ketiga spesies tersebut yakni:
Penulis artikel: Mh. Badrut Tamam, M.Sc.
Referensi:
Hanry Jefry Lengkong, Endang Arisoesilaningsih, Luchman Hakim and Sudarto. Morphological Variations and New Species Description of Genus Rousettus Bat from Gunung Duasudara Sanctuary, North Sulawesi, Indonesia. OnLine Journal of Biological Sciences 2016, 16 (2): 90-101. DOI: 10.3844/ojbsci.2016.90.101.