Sayur Mentah Sumber Nanah Cacing Parasit


Anda suka mengkonsumsi sayur mentah atau lalapan? Coba simak klarifikasi ilmiah berikut mengenai keberadaan cacing dalam sayuran!

Selama ini kita sering menduga bahwa benjol cacing berasal makanan hewani yang masih mentah atau kurang masak. Namun, anda juga perlu tahu bahwa sayur mayur yang anda konsumsi dalam keadaan mentah juga rawan terkotori oleh cacing.

Untuk menghindari kerancuan info dan prasangka hoax, maka dalam penulisan artikel ini memakai contoh literatur penelitan ilmiah yang sudah dilakukan oleh para ilmuwan termasuk dokter.

Cacing ada tiga kelompok yakni cacing pipih, gilig, dan cacing Annelida. Dari ketiga kelompok tersebut, hanya cacing dari golongan Annelida yang tidak bersifat benalu dan jenis cacing ini misalnya ialah cacing tanah.

Adapun cacing pipih dan cacing gilig sebagian besar anggotanya bersifat benalu dalam badan binatang maupun manusia.

Cacing pipih yang bersifat benalu pada binatang dan insan misalnya ialah cacing hati atau cacing daun dengan nama ilmiah Fasciola hepatica, Fasciola gigantica dan Fasciola buski. Jenis ini mempunyai mediator dalam siklus hidupnya menyerupai siput air dan ikan. 

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Anorital, dkk (2004) di Kalimantan Selatan menawarkan bahwa 9 jenis tanaman air yang di teliti, 5 diantaranya mengandung larva cacing hati. Tanaman tersebut salah satunya ialah kangkung. Peneltian tersebut juga menyatakan bahwa penduduk yang diteliti kotorannya juga mengandung larva cacing hati.

Kasus serupa juga terjadi di Jawa Barat (Suhardono, 1997) dengan prevalensi insiden sampai 90% dengan kebiasaan penduduknya yang mengkonsumsi sayur mentah.

Seorang yang terinfeksi cacing hati disebut fasciolosis.Pencegahan penyakit fasciolosis pada insan sanggup dilakukan dengan banyak sekali cara, yakni mengubah kebiasaan pola makan menyerupai tidak mengkonsumsi hati mentah atau setengah matang maupun sayuran mentah, serta selalu minum air yang telah direbus terlebih dulu.


Cacing hati banyak ditemukan di binatang ternak yang kurang dijaga kebersihannya. Cacing tersebut mempunyai ukuran sekitar 3 cm dan bisa menghasilkan 20.000 - 50.000 telur per hari (Echevarria, 2004). Telur akan dikeluarkan melalui feses dan bermetamorfosis larva yang akan melekat di tanaman air, ikan, dan siput. Baca juga artikel berikut: Siklus Hidup Cacing Hati.

Cacing hati cukup umur yang berada di Hati Sapi

Adapun jenis lainnya yakni dari kelompok cacing gilig (Nematoda). Cacing ini yang populer ialah cacing pita, cacing tambang, dan cacing gelang.

Dalam tiga jenis penelitian berbeda yang dilakukan untuk mengamati telur cacing gilig pada lalapan menyerupai kubis dan kemangi di Semarang, Yogyakarta, dan Palu menawarkan bahwa sayuran tersebut terkotori oleh telur cacing gilig sampai 39% dari sampel sayur yang diteliti (Astuti & Aminah, 2008; Nugroho dkk, 2010; Widjaja dkk, 2012).

Cacing gelang yang berada di usus halus.



Jika Anda masih ingin mengkonsumsi sayur mentah maupun lalapan, sebaiknya pilih sayur yang dibudidayakan secara hidroponik maupun aeroponik. Kualitas sayur organik juga belum tentu menjamin keamanan dari telur maupun larva cacing tersebut alasannya ialah pertanian organik mengandalkan kotoran ternak sebagai pupuk yang kemungkinan masih mengandung telur cacing. Kalaupun tetap harus mengkonsumsi sayuran mentah, sebaiknya anda mencuci dahulu dengan air mengalir atau direndam dengan dengan larutan cuka atau larutan potassium permanganat sebelum dikonsumsi (El-Sayad dkk., 1997).


Penulis:
Mh. Badrut Tamam, M. Sc.
email: mh.badruttamam@generasibiologi.com


Refensi Ilmiah:

  1. Anorital, A. dkk. 2004. Studi epidemiologi fasciolopsis buski di Kabupaten Hulu Sungai Utara - Kalsel tahun 2002-2003. Jurnal Ekologi Kesehatan.  Vol 4: No. 1: 181 - 188. 
  2. Astuti & Aminah. 2008. Identifikasi telur cacing usus pada lalapan daun kubis yang dijual pedagang kaki lima di daerah simpang lima Kota Semarang. Prosiding Universitas Muhammadiyah Semarang. Vol. 1, No. 1. 
  3. Echevarria F. 2004. Fasciolose. Revista Brasileira de Parasitologia Veterinaria 13:100–103.
  4. El-Sayad, M.D., A.F. Allam and M.A . Osman. 1997. Prevention of human fasciolosis : a study of acid, detergents and potassium permanganate in cleaning salads from metacercariae. J. Egypt. Soc. Parasitol. 27 :163-169.
  5. Suhardono. 1997. Epidemiology and control of fasciolosis by Fasciola gigantica in ongole cattle in West Java . Ph.D . thesis . James Cook University of North Queensland, Australia
  6. Nugroho, C. dkk., 2010. Identifikasi kontaminasi telur nematoda usus pada ayuran kubis (Brassica oleracea) warung makan lesehan wonosari gunungkidul yogyakarta tahun 2010. KES MAS.  Vol. 4, No. 1: 1 - 75 .
  7. Widjaja, J. 2012. Prevalensi dan jenis telur cacing soil transmitted helmints (sth) pada sayuran kemangi pedagang ikan bakar di kota palu. Jurnal Buski Vol. 5, No. 2: 61-66.