Entomologi
Simbiosis Jamur Dan Serangga
Interaksi jamur / fungi dengan serangga sudah ada semenjak periode awal kretaseous. Fosil Paleoophiocordyceps coccophagus yang merupakan fungi benalu pada serangga ditemukan pada periode tersebut (Gambar 1). Fosil tersebut merupakan bukti bahwa adanya interaksi fungi dengan serangga yang telah terjadi pada masa kemudian (Sung et al., 2008).
Gambar 1. Fotograf Paleoophiocordyceps coccophagus yang bersifat benalu pada serangga dalam suatu amber (Sung et al., 2008).
Interaksi parasitisme fungi dengan serangga pernah diteliti oleh Frouz and Nováková (2001) dengan memakai Trichoderma sp. dan Absidia cylindrospora yang diinfeksikan ke lalat (Lycoriella ingenua). Hasilnya serangga tersebut terjebak oleh miselium fungi (Gambar 2).
Gambar 2. Interaksi fungi dengan lalat (Lycoriella ingenua). A. Lalat cukup umur yang terperangkap oleh miselium Trichoderma sp. B. Lalat cukup umur yang terperangkap oleh miselium Absidia cylindrospora. C dan D. Spora Trichoderma sp. yang melekat pada abdomen lalat (Frouz and Nováková, 2001).
Selain bersifat benalu pada serangga, beberapa fungi mempunyai interaksi yang unik dengan serangga tertentu menyerupai pada rayap dan semut. Beberapa spesies semut bisa melaksanakan sistem pertanian dengan memakai fungi. Interaksi yang dijalin antara fungi dengan semut ini bersifat mutualisme (Aanen and Boomsma, 2006). Salah satu teladan semut yang bercocok tanam dengan fungi yakni dengan memakai fungi black yeast (Chaetothyriales, Ascomycota) yang disajikan dalam Gambar 3.
Gambar 3. Simbiosis semut yang melibatkan black yeast (Chaetothyriales, Ascomycota). A. Jalur yang terbuat dari kedua simbion di cabang batang flora Tetrathylacium macrophyllum. B. Bentuk dari Chaetothyriales yang tersusun dari hifa yang padat. C. Hasil pejetan dari simbion yang tersusun dari empat jenis Chaetothyriales. D-F. Terowongan yang dibentuk oleh semut dari jalinan trikoma. G-L. Bentuk hifa dari kultur murni dari beberapa jenis Chaetothyriales (Voglmayr et al., 2011).
Sistem simbiosis semut dengan fungi tersebut mempunyai laba bagi kedua pihak. Pada umumnya semut mempunyai sistem pertanian monokultur yang rentan terhadap patogen. Oleh alasannya ialah itu, semut selalu menjaga fungi biar bebas kontaminan, patogen, dan kompetitor. Manfaat dari kedua organisme yakni fungi memperoleh proteksi dari semut dan semut memperoleh nutrisi dari fungi. Simbiosis mutualisme ini sudah terjadi sekitar 10.000 juta tahun yang kemudian dan untuk pengembangan sistem pertanian diperkirakan terjadi 50 juta tahun yang kemudian (Aanen and Boomsma, 2006; Morelos-Juárez et al., 2010).
Penulis:
Mh Badrut Tamam, M.Sc.
email: mh.badruttamam@generasibiologi.com