Vikositas Plasma Sel

Sel tumbuhan pada umumnya dibungkus oleh dinding sel. Struktur dinding sel tersebut berfungsi untuk menjaga stabilitas sel dari banyak sekali imbas internal maupun ekstrenal. Dinding sel tumbuhan mempunyai struktur yang kuat dan fleksibel dengan ketebalan sampai beberapa ratus nanometer. Struktur tersebut mempunyai banyak sekali macam fungsi ibarat penyokong, mencegah pembentangan yang berlebihan ibarat imbas tekanan hidrostatik, dan lainya (Cosgrove, 1997; Cleland, 1971). Tekanan dalam sel tumbuhan dalam kedaan normal sekitar 0,5 Mpa (5 atm) namun tekanan akan meningkat 10 kali lipat ketika mengalami tekanan hidrostatik ibarat adanya sel yang mengalami turgor (Verbelen & Vissenberg, 2007). 

Setiap sel dalam jaringan tumbuhan akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang menimbulkan dinding sel mengalam proses pembentangan. Regulasi pembentangan dinding sel bertujuan untuk pembiasaan terhadap kondisi lingkungan ibarat cahaya, temperatur, dan kadar air. Pembentangan sel ada dua macam adalah isotropik dan anisotropik. Pembentangan secara isotropik terjadi ketika dinding sel mengalami pembentangan mengikuti sumbu pertumbuhan yang menghasilkan referensi pembentangan yang seragam. Sementara pembentangan anisotropik didasarkan atas hipotesis Paul Green yang man proses pembentangan disebabkan oleh adanya tekanan turgor dan viskositas (viskoelastik) serta adanya imbas mikrofibril pada dinding sel ibarat pada Gambar 1 (Crowell et al., 2010). 

Gambar 1. Hipotesis Paul Green: tanda panah putih merupakan tekanan turgor dan viskositas dan tanda biru merupakan orientasi mikrofibril selulosa yang bersifat anisotropik (Crowell et al., 2010). 
 
Dalam proses pembentangan, dinding sel mengalami reorientasi mikrofibril yang di mediasi oleh protein ibarat expansin. Pada sel yang sedang mengalami pertumbuhan, komponen selulosa mikrofibril merupakan belahan dari matriks yang berupa komponen viskositas. Kita sel mengalami pembentangan, maka mikrofibril akan mengalami penguraian sehingga proses pembentangan menjadi lebih maksimal (Marga et al., 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentangan sel selain proses pembelahan juga terdapat faktor-faktor lain ibarat pH, kadar air, dan tekanan osmosis (Gambar 2). 
 

 
Gambar 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentangan sel (Cosgrove, 1997). 

Tekanan osmosis dalam sel juga sanggup mempengaruhi kadar air dalam sel yang besar lengan berkuasa terhadap proses pembentangan. Dehidrasi tanggapan perbedaan tekanan osmosis dalam sel tanggapan juga sanggup mempengaruhi viskositas plasma dalam sel (Martı´nez et al., 2007). Viskositas atau disebut juga viskoelastik merupakan perubahan bentuk sel tanggapan imbas viskositas atau tingkat kekentalan suatu matriks dalam plasma sel. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh banyak sekali macam ibarat tekanan osmosis (Meyers & Chawla, 1999). 

Sel yang mengalami kehilangan cairan tubuh tersebut disebut juga sel yang terplasmolisis. Dalam keadan tersebut, tingkat viskositas plasma sel mengalami penurunan yang sanggup menimbulkan membran plasma sel terpisah dari dinding sel dan volume protoplasma mengalami penurunan (Gambar 3). Plasmolisis terjadi pada ketika sel mengalami kontak dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah daripada di dalam sel (Munns, 2002). 

 
Gambar 3. Diagram sel yang mengalami plasmolisis (Munns, 2002).