Contoh-Contoh Syair Dan Unsur-Unsurnya Terlengkap

Artikel kali ini akan mengupas perihal contoh-contoh syair sekaligus dengan unsur-unsurnya dilengkapi dengan penjelasannya.

Menganalisis Unsur-Unsur Syair

Seperti pernah kalian pelajari pada pembahasan sebelumnya, syair mulai berkembang di Indonesia semenjak berkembangnya Islam. Hal itu didukung bukti bahwa syair ialah karya sastra dari Arab.

Syair disukai masyarakat Melayu waktu itu alasannya ialah termasuk bentuk puisi yang ringan. Bila dibandingkan dengan karya puisi dari Arab yang lainnya (rubai, khitah, masnawi, dan nazal), syair ialah karya yang paling populer.

Dalam perkembangan perpuisian Indonesia, istilah syair justru meluas alasannya ialah dipakai untuk padanan kata puisi. Hal itu didukung dengan digunakannya kata penyair untuk menyebut para penulis puisi.

Selain itu, sering pula kita mendengar orang berkata "Saya tak hafal syairnya" dikala disuruh menyanyikan sebuah lagu. Di sini syair dipadankan sebagai lirik sebuah lagu.
Artikel kali ini akan mengupas perihal rujukan Contoh-contoh syair dan Unsur-unsurnya Terlengkap
Gambar: Menulis Syair

Contoh syair 1

Sekarang dengarkan dulu pembacaan syair berikut ini!

Berhentilah dongeng raja Hindustan
Tersebutlah pula suatu perkataan
Abdul Hamid Syah paduka sultan
Duduklah baginda bersuka-sukaan

Abdul Malik Putera baginda
Besarlah sudah aristokrat muda
Cantik menjelis usulnya syahda
Tiga belas tahun umurnya ada

Parasnya elok amat sempurna
Petah menjelis bijak laksana
Memberi hati bimbang gulana
Kasih kepadanya mulia dan hina

Akan rahmah puteri bangsawan
Parasnya elok sukar dilawan
Sedap bagus barang kelakuan
Sepuluh tahun umurnya tuan

(St. Takdir Alisyahbana, 1954)

Contoh syair 2

Dengarkan baik-baik pembacaan syair berikut!

BIDASARI LAHIR
Dengarlah dongeng suatu riwayat
Raja di desa negeri Kembayat
Dikarang fakir dijadikan hikayat
Dibuatkan syair serta berniat

Adalah raja sebuah negeri
Sultan Agus bijak bestari
Asalnya baginda raja yang bahari
Melimpah pada dagang biaperi

Kabarnya orang empunya termasa
Baginda itulah raja perkasa
Tiadalah beliau merasa susah
Entahlah kepada esok dan lusa

Seri padukan sultan bestari
Setelah beliau sudah beristri
Beberapa bulan beberapa hari
Hamillah puteri permaisuri

Demi ditentang duli mahkota
Makinlah hati bertambah cinta
Laksana menerima bukit permata
Menentang istrinya hamil serta

Beberapa lamanya di dalam kerajaan
Senantiasa beliau bersuka-sukaan
Datanglah masa beroleh kedukaan
Baginda meninggalkan takhta kerajaan

Datanglah kepada suatu masa
Melayanglah unggas dari angkasa
Unggas garuda burung perkasa
Menjadi negeri rusak binasa

Datang menyambar suaranya bahna
Gemparlah sekalian mulia dan hina
Seisi negeri resah gulana
Membawa dirinya barang ke mana

Baginda pun sedang dihadap orang
Mendengarkan gempar menyerupai perang
Bertitah baginda raja yang garang
Gempar ini apakah kurang

(St. Takdir Alisyahbana, 1954)

Unsur-unsur syair

  • Jumlah kata pada setiap barisnya ada 4 kata (atau kurang lebihnya menyerupai itu) 
  • Jumlah baris dalam setiap bainya ada 4 baris
  • Pola persajakannya teratur (aaaa, abab, aabb dan lain-lainnya)
  • Dua bari pertama merupakan sampiran dan 2 baris kedua merupakan isi