Perjuangan Secara Bersenjata Bangsa Indonesia Merebut Irian Barat

Perjuangan Secara Bersenjata

Setelah langkah diplomasi dan radikal belum berhasil, maka pemerintah menetapkan usaha bersenjata untuk merebut Irian Barat, yaitu dilakukan dengan cara-cara berikut.

1. Pembentukan Tri Komando Rakyat

Langkah tegas yang diambil pemerintah Indonesia dalam usaha pengembalian Irian Barat ialah dikeluarkannya komando yang dikenal dengan nama Tri Komando Rakyat (Trikora). Trikora disampaikan oleh Presiden Sukarno pada tanggal 9 Desember 1961 di Yogyakarta.
 maka pemerintah menetapkan usaha bersenjata untuk merebut Irian Barat Perjuangan Secara Bersenjata Bangsa Indonesia Merebut Irian Barat
Gambar: Foto Trikora

Adapun isi Tri Komando Rakyat ialah sebagai berikut.


a. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda kolonial.

b. Kibarkan sang Merah Putih di Irian Barat, tanah air Indonesia.

c. Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.


2. Pembentukan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat

Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Trikora, langkah pertama yang diambil pemerintah ialah membentuk suatu komando yang disebut sebagai Komando Mandala Pembebasan Irian Barat pada tanggal 2 Januari 1962.

Selaku Panglima Mandala ditunjuk Brigadir Jenderal Suharto dengan markas besar di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan.

Pada tanggal 13 Januari 1962 Brigadir Jenderal Suharto dilantik dan pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor Jenderal.

Pada bulan yang sama juga ditetapkan susunan Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat dan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat sebagai berikut.

a. Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat

1) Panglima Besar/Panglima Tertinggi : Presiden Sukarno

2) Wakil Panglima Besar : Jenderal A.H. Nasution

3) Kepala Staf : Mayjen Achmad Yani

b. Susunan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat

1) Panglima Mandala : Mayor Jenderal Suharto

2) Wakil Panglima I : Kolonel Laut Subono

3) Wakil Panglima II : Kolonel Udara Leo Wattimena

4) Kepala Staf Gabungan : Kolonel Achmad Tahir

Sementara itu pada tanggal 15 Januari 1962, sebelum Komando Mandala menuntaskan konsolidasinya telah terjadi Pertempuran Laut Aru.

Pertempuran bahari yang tidak seimbang itu terjadi antara tiga bahtera Motor Torpedo Boat (MTB) yang tergabung dalam kesatuan Patroli Cepat, yakni RI Macan Tutul, RI Macan Kumbang yang sedang patroli rutin di bahari Arafuru.

Akhirnya MTB Macan Tutul terbakar dan tenggelam, hingga menjadikan tewasnya Komodor Yos Sudarso dan Kapten Laut Wiratno beserta awak kapalnya. Untuk mengenang insiden tersebut setiap tanggal 15 Januari diperingati sebagai Hari Samudera.

Operasi-operasi untuk membebaskan Irian Barat didasarkan atas kode Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat nomor 1 kepada Panglima Mandala dengan kiprah sebagai berikut.

a. Merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi-operasi militer dengan tujuan mengembalikan wilayah Provinsi Irian Barat ke dalam kekuasaan negara RI.

b. Mengembangkan situasi militer di wilayah Provinsi Irian Barat.

Dalam rangka melakukan kode tersebut Panglima Mandala menyusun planning melalui tiga tahap berikut.



1) Fase Infiltrasi (Sampai Akhir Tahun 1962)

 maka pemerintah menetapkan usaha bersenjata untuk merebut Irian Barat Perjuangan Secara Bersenjata Bangsa Indonesia Merebut Irian BaratMemasukkan sepuluh kompi ke sekitar sasaran-sasaran tertentu untuk membuat kawasan de facto. Dalam hal ini usaha melibatkan kiprah serta rakyat Irian Barat.

Operasi yang dilakukan dengan pendaratan melalui darat dan udara telah berhasil menyusupkan ABRI dan sukarelawan, antara lain:

a) Operasi Banteng di Fak-Fak dan Kaiman.

b) Operasi Naga di Merauke

2) Fase Eksploitasi (Mulai Awal Tahun 1963)

Mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan, menduduki semua pos pertahanan musuh yang vital. Dalam hal ini akan dilakukan operasi militer yang disebut Operasi Jayawijaya.

3) Fase Konsolidasi (Mulai Awal Tahun 1964)

Menegakkan kekuasaan secara penuh di seluruh Irian Barat.