Menemukan Alur, Amanat Dan Sudut Pandang Dalam Cerpen

Pembahasan kali ini yaitu wacana unsur-unsur intrinsik cerpen, cerpen beserta unsur intrinsiknya, dan teladan cerpen.

Setiap orang yang mengikuti sebuah tayangan cerita, baik film atau sinetron, biasanya enggan ketinggalan, meskipun hanya satu episode. Mengapa demikian?

Karena cerita, baik dalam bentuk film, sinetron, maupun cerpen, dibentuk atas jalinan insiden yang saling bersambungan. Jadi, jika ketinggalan satu episode, berarti jalan kisah akan terputus.

Unsur-unsur Intrinsik Cerpen


1. Alur atau Plot

Sebagaimana yang dibicarakan di atas, alur atau plot yaitu jalinan insiden yang sambung-menyambung membentuk sebuah cerita.

Biasanya peristiwa-peristiwa dalam sebuah kisah itu saling bekerjasama dengan hubungan sebab-akibat. Alur kisah terdiri atas tahapan-tahapan kisah dari awal sampai simpulan cerita. Jumlah dan penahapan alur setiap kisah tidak selalu sama.

Secara umum, tahapan alur sebagai berikut.

a. Tahap perkenalan atau pengantar

Pemaparan untuk membantu pembaca mengenali tokoh dan daerah sehingga pembaca terbantu untuk mengikuti jalan cerita.

b. Tahap penampilan masalah

Pada tahapan ini, mulai terjadi konflik antarpelaku cerita.

c. Tahap puncak ketegangan

Konflik yang terjadi tak terkendali sehingga terjadi penggawatan atau mencapai puncak yang mengkhawatirkan.

d. Tahap ketegangan menurun

Konflik yang terjadi mulai sanggup diatasi.

e. Tahap peleraian atau penyelesaian

Konflik terselesaikan dan terjadi ending (simpulan cerita).
Pembahasan kali ini yaitu wacana unsur Menemukan Alur, Amanat dan Sudut Pandang dalam Cerpen
Gambar: Menemukan Alur

2. Sudut Pandang

Dalam menuturkan ceritanya, seorang pengarang kisah sanggup mengambil posisi seperti sebagai pelaku utama yang menceritakan diri sendiri atau sanggup juga menyerupai seorang pengamat yang melihat sebuah insiden kemudian menceritakan apa yang dilihatnya.

Ciri untuk mengenali jenis sudut pandang yaitu pemakaian kata ganti. Adapun kedua jenis sudut pandang itu yaitu sebagai berikut.

a. Sudut pandang orang pertama

Pengarang mengambil posisi sebagai pelaku utama. Biasanya ditandai dengan pemakaian kata ganti orang pertama: saya atau saya.

Contoh:
Aku tidak tahu untuk apa Daud menyerupai menguntit. Apakah tampilanku tampak sangar sehingga merupakan satu kehormatan bagi seorang anak untuk sanggup berdekatan denganku.

Sumber: cerpen “Di Puncak Cartansz Piramid” karya Sinta Yudisia Wisudanti, dalam kumpulan cerpen Selaksa Rindu Dinda, Gema Insani, 2004.

b. Sudut pandang orang ketiga

Pengarang mengambil posisi sebagai pengamat yang menceritakan segala hal yang dilihatnya. Biasanya ditandai dengan pemakaian kata ganti orang ketiga: ia, dia, nya.

Contoh:
Waktu terus bergulir. Lelaki itu sebentar-sebentar melirik arlojinya. Pukul tujuh lima menit. Dia semakin gelisah. Lift yang dimasukinya berjalan sangat perlahan. Tiap lantai berhenti. Orang keluar masuk. ........................

Sumber: cerpen “Lelaki Pencari Tuhan” oleh Yulhasni, Majalah Alkisah November 2003.

3. Amanat

Dalam setiap cerita, pengarang selalu mencoba untuk memberikan pesan kepada para pembacanya. Pesan itu terbungkus dalam bentuk intisari kisah yang sanggup dipetik sebagai pelajaran untuk menambah kekayaan batin pembaca. Amanat harus disimpulkan sendiri oleh pembaca lantaran tidak tersirat dalam cerita.