Dampak Spesies Absurd Invasif

Beberapa tahun terakhir ini mulai muncul kekhawatiran wacana penurunan tingkat keragaman hayati di Indonesia yang disebabkan oleh eksploitasi yang berlebihan dan oleh sebab-sebab lain. Salah satu alasannya ialah yang mulai diperhatikan dan dicermati ialah kerusakan lingkungan akhir masuknya organisme (spesies) abnormal yang bisa menyesuaikan diri sehingga menggeser dominasi spesies lokal (jumlah menyusut) bahkan punah lantaran kalah bersaing. Kerugian tersebut umumnya sangat sulit untuk dipulihkan kembali. Masuknya spesies Acacia dan Eucalyptus ke Indonesia, lebih dimungkinkan terjadi dengan sengaja yaitu untuk keperluan budidaya hutan flora pada beberapa HTI (Hutan Tanaman Industri). Dalam perkembangan pengelolaan hutannya, introduksi spesies abnormal mempunyai imbas faktual dan negatif, baik dari segi ekonomi maupun ekologi. Spesies eksotik yang menjadi invasif sulit dikendalikan sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan struktur ekosistem hutan.

Spesies abnormal invasif (SAI) merupakan spesies abnormal yang menetap pada suatu ekosistem atau habitat semi-ilmiah atau ilmiah dengan karakteristik berperan sebagai biro suatu perubahan. Secara umum, cara penyebaran spesies ini sanggup dilakukan melalui media alami atau buatan termasuk melalui trasnportasi dan perdagangan. Spesies Acacia (Acacia cilotica dan Acacia mangium) dan Eucalyptus (Eucalyptus tereticornis dan Eucalyptus pellita) masuk ke Indonesia untuk keperluan budidaya hutan flora lantaran riap flora yang tinggi dan bisa tumbuh hampir di banyak sekali kondisi tapak yang bervariasi, menyerupai di Taman Nasional Baluran Jawa Timur, HTI di Jambi dan Kalimantan Selatan.

Gambar 1. Acacia nilotica di Taman Nasional Baluran (credit photo: Petrus Riski).

Secara umum potensi yang dimiliki spesies abnormal invasif antara lain:
  1. Kemampuan reproduksi yang tinggi dan siklus pendek
  2. Kemampuan pembiasaan yang tinggi menyerupai terhadap kekeringan dan kondisi perubahan iklim
  3. Kemampuan dominasi ruang perakaran akhir struktur perakarannya yang dalam dan hebat
  4. Kemampuan tingkat konsumsi absorpsi air dan hara yang tinggi


Potensi tersebut menimbulkan populasi spesies eksotik berkembang cepat dengan dominasi yang tinggi terhadap flora lain (tanaman asli) pada suatu daerah yang relatif cukup luas dan kemudian berubah menjadi spesies yang berbahaya pada kondisi lingkungan yang rusak atau berubah. Dalam habitat barunya mungkin hanya ada sedikit predator atau penyakit sehingga populasinya tumbuh tak terkendali dan flora orisinil tidak sanggup berkompetisi dengan baik terhadap ruang dan makanan, sehingga terdesak bahkan mengalami kepunahan. 

Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh spesies tersebut lebih tinggi dibandingkan kerusakan yang ditimbulkan oleh gulma, yaitu berakibat pada berubahnya ekosistem wilayah. Perubahan lingkungan yang terjadi sanggup berupa terbukanya lahan baik di sengaja menyerupai land clearing dan pembalakan (logging) maupun tidak disengaja menyerupai tragedi longsor, banjir dan sebagainya. Invasi flora eksotik ditunjukkan oleh besarnya nilai Indeks Nilai Penting (INP) dan kerapatan relatif (KR) terutama pada tingkat pancang dan tingkat tiang.

Penulis: Dendy Suryo Abaddy

Referensi:
Puslitbang Hutan Tanaman. (2012). Potensi Invasif Beberapa Jenis Acacia dan Eucalyptus di Indonesia. Bogor: Badan Litbang dan Pengembangan Kehutanan.