Teratologi
Efek Logam Berat Cadmium Terhadap Fisiologi
Pengertian Cadmium (Cd) yakni salah satu logam berat yang secara alami berada pada beberapa jenis tanah dan bebatuan. Namun, kadar cadmium dalam tubuh sanggup mengakibatkan imbas toksik. Cadmium sanggup ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dalam materi pembuatan baterai, plastik (polyvinyl chloride), pewarna tekstil, dan materi lainnya. Terkadang dijumpai pupuk yang mengandung cadmium. Cadmium sanggup pula berasal dari pembakaran kerikil bara, materi bakar diesel, gasoline, dan materi bakar fosil lainnya, serta dalam rokok.
Cadmium (Cd) merupakan salah satu logam berat yang mempunyai potensi toksik tinggi terhadap makhluk hidup. Cadmium yang terdapat di alam umumnya bercampur dengan seng (Zn) dan timbal (Pb), sehingga pengolahan kedua macam logam tersebut mengakibatkan pencemaran kadmium ke lingkungan. Cadmium sanggup juga mencemari udara melalui pembakran materi bakar fosil, sehingga cadmium di alam akan terus meningkat (Sunityoso dkk. 1995).
Akumulasi cadmium dalam tubuh makhluk hidup terjadi secara tidak sengaja dari aneka macam sumber, sehingga cadmium digolongkan sebagai unsur kontaminan. Salah satu senyawa cadmium yaitu cadmium chlorida (CdCl2) yang bersifat toksik, sangat beracun, dan telah terbukti mengakibatkan kanker serta mempunyai imbas teratogenik (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985).
Cadmium sanggup masuk melalui melalui plasenta, sehingga sanggup memengaruhi fetus. Apabila keracunan terjadi pada masa prenatal maka akhir yang ditimbulkan pada fetus sanggup berupa kematian, kendala pertumbuhan, keganjilan struktur dan fungsi aneka macam sistem organ, keganjilan rangka/ skeleton, dan kelainan pada periode pasca lahir (Ferm, 1972; Sunityoso dkk. 1995).
Efek kadmium sanggup mengakibatkan kanker pada manusia, sanggup merusak sistem reproduksi, mengganggu perkembangan fetus dan anak, serta mengganggu sistem endokrin tubuh. Takenaka et al. (1983) menyebutkan bahwa akan meningkatnya frekuensi terjadinya kanker paru-paru pada mencit yang terpajan cadmium klorida aerosol (12.5, 25, atau 50 µg/m3). Kadmium masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi akan mengakibatkan kerusakan paru-paru dan iritasi, sesak nafas, batuk-batuk, dan sanggup mengakibatkan kerusakan paru-paru permanen, emphysema, dan bahkan kematian. Apabila masuk melalui pencernaan dalam kadar yang tinggi, cadmium akan mengakibatkan iritasi perut, muntah, diare, kerusakan ginjal, dan kerusakan sistem pencernaan lainnya yang sanggup mengakibatkan kematian. Selain itu, cadmium sanggup mengakibatkan gangguan pembentukan tulang. Kerusakan ginjal alasannya yakni cadmium didukung dengan percobaan pertolongan cadmium klorida dalam air minum mencit selama enam ahad dengan takaran 30 atau 100 mg/L (setara dengan 3.1—8.0 mg Cd/kg/hari), maka mencit akan mengalami proteinuria (Young 1991).
Salah satu imbas terburuk dari cadmium di dalam masakan yang terpajan dalam tubuh insan yakni penyakit itai-itai (itai-itai disease). Ita-itai disease yakni penyakit tulang yang ditandai oleh osteoporosis dan osteomalasia. Berdasarkan Sugawara & Sugawara (1974) mencit yang diberikan cadmium dalam air minumnya pada takaran 50 mg/L selama sembilan bulan memperlihatkan penurunan perembesan kalsium dan fosfor dari usus. Berdasarkan data dari WHO (1992) cadmium klorida yang diberikan melalui air minum dengan takaran 1 or 4 mg/kg bb akan mengakibatkan perubahan metabolisme kalsium dan perubahan karakteristik struktur tulang.
Pemberian kadmium dalam takaran yang tinggi pada kelompok binatang pengerat (rodent) akan mengakibatkan kerusakan plasenta yang parah dan janjkematian pada fetus apabila diberikan pada fase simpulan kehamilan. Efek teratogenik akan terjadi apabila cadmium diberikan pada fase awal kehamilan. Efek teratogenik yang sanggup terjadi, antara lain exencephaly, hydrocephaly, cleft lip dan cleft palate, microphthalmia, micrognathia, club foot, dan dysplastic tail. Baranski et al. (1985) menyebutkan adanya teratogenik imbas (fusi atau tidak terbentuknya ekstrimitas/leg) pada mencit yang diberikan pajanan cadmium klorida (40 mg/kg/hari) selama gestasi (Young, 1991). Selain itu, binatang percobaan yang terpapar cadmium selama kebuntingan akan mengakibatkan keturunan yang dilahirkan mengalami penurunan berat badan, gangguan dalam kebiasaan dan kemampuan untuk belajar. Pemberian cadmium juga sanggup menurunkan sistem imunitas tubuh, menyerupai yang dinyatakan oleh Koller et al. (1975) yang menyatakan berkurangnya spleen placque-forming cells pada mencit yang diberikan cadmium dengan takaran 0.6 mg/kg/hari selama 10 ahad (Young 1991).
Bagi manusia, cadmium bahwasanya merupakan logam asing. Tubuh sama sekali tidak memerlukannya dalam proses metabolisme. Karenanya cadmium sangat beracun bagi insan dan sanggup diabsorspi tubuh dalam jumlah yang tidak terbatas, alasannya yakni tidak adanya prosedur tubuh yang sanggup membatasinya. Logam berat ini bergabung bersama timbal dan merkuri sebagai the big three heavy metal yang mempunyai tingkat ancaman tertinggi pada kesehatan manusia. Menurut tubuh dunia FAO/WHO, konsumsi per ahad yang ditoleransikan bagi insan yakni 400-500 μg per orang atau 7 μg per kg berat badan.
Apabila cadmium masuk ke dalam tubuh maka sebagian besar akan terkumpul di dalam ginjal, hati dan sebagian yang dikeluarkan lewat susukan pencernaan. Cadmium sanggup mempengaruhi otot polos pembuluh darah secara pribadi maupun tidak pribadi lewat ginjal, sebagai alhasil terjadi kenaikan tekanan darah. Senyawa yang mengandung cadmium juga menimbulkan kanker.
Cadmium masuk kedalam tubuh insan terjadi melalui masakan dan minuman yang terkontaminasi. Untuk mengukur asupan cadmium ke dalam tubuh insan perlu dilakukan pengukuran kadar cadmium dalam masakan yang dimakan atau kandungan cadmium dalam feses.