Efek Polusi Udara Terhadap Mortalisas


Pencemaran udara ialah dilema global yang sangat mengkhawatirkan ketika ini, hal ini disebabkan oleh perkembangan dunia industri, rapatnya populasi insan didunia ini sanggup menjadikan pencemaran udara semakin meningkat. China merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia. China merupakan negara yang sedang melambung reputasinya akhir-akhir ini berkat kemajuan perkembangan dan pertumbuhan ekonominnya yang spektakuler sehingga sering dikatakan dengan banyak sekali julukan ibarat keajaiban China (China’s miracle), kemudian kebangkitan sang naga (rise of the dragon), dan julukan bombastis lainnya. Penekanan kemajuan dari segi ekonomi menjadikan kerusakan lingkungan. Peningkatan polusi udara, pencemaran air sungai oleh limbah serta pembukaan lahan hutan merupakan salah satu pola bagaimana pembangunan ekonomi menjadikan kerusakan lingkungan. Kondisi ini merupakan fenomena di mana alam dikalahkan oleh kepentingan ekonomi.

Polusi udara merupakan salah satu dilema kesehatan yang paling mendesak di China. Efek polusi udara terhadap maut di China dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ialah jenis kelamin, usia dan musim. Resiko maut muncul lebih tinggi pada orang yang berusia lebih dari 75 tahun. Hampir sepertiga kota-kota besar China mempunyai udara yang tidak layak dihirup. Hal tersebut menjadikan China sebagai daerah yang mempunyai tingkat penyakit pernapasan kronis tertinggi di dunia, dengan kemungkinan maut lima kali lebih besar daripada di Amerika Serikat Beberapa lapora dikeluarkan oleh para mahir lingkungan China pada tahun 2005 mengestimasikan bahwa polusi udara telah berkontribusi dalam maut dini yang masif di China. Angkanya mencapai 380.000 orang dan diperkirakan akan mencapai lebih dari 550.000 orang dalam satu dasawarsa. Bahkan berdasarkan WHO, polusi udara menghilangkan nyawa 2 juta orang lebih cepat. Sedangkan data dari World Bank menunjukkan angka yang lebih sedikit yakni 300.000 orang meninggal prematur setiap tahun akhir polusi udara di China. Data tersebut dua kali lebih tinggi dari maut prematur akhir polusi di wilayah Asia Selatan.

Pola acara insan sangat bervariasi, dan beberapa acara sanggup dilihat dari musim. Banyak acara insan yang dihabiskan di luar ruangan maka intensitas terpapar polusi udara lebih tinggi. Penduduk lokal mengatakan, mereka hanya melihat langit biru kurang dari 120 hari per tahun. Mereka menyekat jendela untuk mencegah udara yang kotor memasuki rumah mereka. Banyak orang bau tanah merasa khawatir bila belum dewasa mereka bermain di luar rumah. Sayuran dan buah-buahan harus dicuci terlebih dahulu dengan deterjen sebelum dikonsumsi. Banyak keluhan yang berkaitan dengan dilema kesehatan, ibarat radang tenggorokan kronis, bronchitis, kanker paru-paru dan pulmonary fibrosis.

Bebrapa polutan udara yang sangat kuat terhadap kadar polusi udara di China ialah NO2, SO2 dan particulate matter (PM)10. Setiap kenaikan 10 µg/m3 PM10 berkontribusi menaikkan mortalitas sebesar 0,35%. peningkatan 10 mg / m3 NO2 dan SO2 bekerjasama dengan 1,01% tingkat mortalitas. Kota-kota besar di China telah berubah dengan cepat selama tiga dekade terakhir dan telah dihadapkan pada polusi udara yang cukup besar. Kabut padat berbahaya menutupi 1,4 juta km2 dari China dan menghipnotis lebih dari 800 juta orang pada Januari 2013 silam. Hampir 70% dalam skala domestik, kini ini populasi perkotaan telah terkontaminasi oleh polusi udara. Kemudian dalam skala global, China merupakan produsen CO2 terbesar kedua di dunia sehabis Amerika Serikat. Faktor penyumbang polusi udara terbesar di China ialah gas buangan dari mesin-mesin dan penggunaan batubara oleh industri. Kualitas udara di China masih dibawah standar nasional, bahkan melebihi 50%.

Asap kendaraan bermotor merupakan sumber utama penghasil karbon monoksida (CO) di banyak sekali perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara disebabkan lantaran benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar. Karbon monoksida yang meningkat di banyak sekali perkotaan sanggup menjadikan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah maut bayi serta kerusakan otak. Gas karbon monoksida bisa menghambat pengikatan oksigen pada darah lantaran gas tersebut lebih gampang terikat oleh darah dibandingkan dengan oksigen dan gas-gas lainnya. Pada kasus darah yang terkontaminasi karbon monoksida dalam kadar 70% sampai 80% sanggup menimbulkan kematian.

Penulis: Falah Farikhatin, S. Si

Referensi:

  1. He. G., M. Fan ., And M. Zhou. 2016. The Effect Of Air Pollution On Mortality In China: Evidence From The 2008 Beijing Olympic Games. Journal Of Environmental Economics And Management 79: 18–39.
  2. Lu. F., L. Zhou., Y. Xu., T. Zheng., Y. Guo., G. A. Wellenius., B. A. Bassig., X. Chen., H. Wang And Xiaoying Zheng. 2015. Short-Term Effects Of Air Pollution On Daily Mortality And Years Of Life Lost In Nanjing, China. Science Of The Total Environment 536: 123–129.
  3. Zhou. M., G. He., M. Fan., Z. Wang., Y. Liu., J. Ma., Z. Ma., J. Liu., Y. Liu., L. Wang ., And Y. Liu. 2015. Smog Episodes, Fine Particulate Pollution And Mortality In China. Environmental Research 136: 396–404.