Dampak Degradasi Hutan


Degradasi hutan merupakan kejadian terjadinya penurunan kerapatan pohon dan/atau terjadinya kerusakan hutan yang terus meningkat sehingga menimbulkan hasil-hasil hutan dan banyak sekali layanan ekologi yang berasal dari hutan berkurang atau bahkan menghilang (Wenhua, 2004). Salah satu faktor yang berkontribusi dalam degradasi hutan ialah kebakaran hutan. Selain itu, fragmentasi habitat pemanfaatan dan konversi lahan hutan menjadi perkebunan, pertanian, perumahan dan pembangunan sarana jalan juga berperan dalam degradasi hutan yang menimbulkan terjadinya penurunan habitat satwa di dalamnya. Dampak terjadinya degradasi hutan akan menurunkan kualitas lingkungan, lantaran hutan tidak sanggup lagi berperan sebagaimana fungsinya (Xaud. et al., 2013).

Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi sanggup disebabkan oleh 2 (dua) faktor utama yaitu faktor alam dan faktor kegiatan insan yang tidak terkontrol. Faktor alam antara lain oleh efek El-Nino yang menimbulkan kemarau berkepanjangan sehingga tumbuhan menjadi kering. Tanaman yang kering sanggup menjadi pemicu yang potensial bila terdapat percikan api yang berasal dari kerikil bara yang muncul di permukaan ataupun dari pembakaran lainnya baik disengaja maupun tidak disengaja. Hal tersebut menimbulkan terjadinya kebakaran bawah (ground fire) dan kebakaran permukaan (surface fire).

Kebakaran hutan menghipnotis tahapan pertumbuhan atau perkembangan tanaman. Spesies indicator yang terbaik untuk melihat adanya penurunan vegetasi pascakebakaran hutan ialah Cecropia spp., keluarga Urticaceae ditandai dengan adanya degradasi di semua kelas, kepadatan relatif flora tersebut berafiliasi positif dengan intensitas dan seberapa seringnya kebakaran itu terjadi (Xuad. et al., 2013). Kebakaran yang kecil sanggup menghipnotis kondisi tanah, namun kebakaran besar sanggup merusak struktur dan nutrient tanah yang sanggup menurunkan produktivitas dan kesannya sanggup menimbulkan pengikisan tanah.

Degradasi hutan juga disebebkan oleh adanya fragmentasi dan deforestasi hutan, yaitu konversi hutan untuk jenis tutupan lahan lainnya. Deforestasi dan fragmentasi sanggup menimbulkan pengurangan kapasitas epilog dan stocking hutan atau kanopi untuk menyediakan barang dan jasa. Hilangnya tutupan kanopi sanggup dijadikan indicator degradasi hutan. Deforestasi dan degradasi hutan disebabkan oleh acara insan yang merusak komponen hutan tanpa adanya pengganti atau pemulihan dalam jangka waktu yang lama. Kegiatan tersebut diantaranya mencakup penebangan kayu yang berkelanjutan dan pemanenan kayu bakar secara terus menerus. Deforestasi dan fragmentasi juga sanggup menjadi prekusor degradasi hutan, kerena penebangan mengurangi konservasi dinilai sanggup meningkatkan saluran ke hutan, yang mengarah pada kliring (Paula, 2015).

Hasil penelitian pertanda bahwa pengurangan satu unit (1 km) jarak antara kota ke wilayah hutan, sanggup meningkatkan deforestasi sebesar 6% dan pengurangan satu unit (50 m) hutan juga sanggup menimbulkan menurunnya elevasi deforestasi sebanyak 30%. Model regresi logistic pertanda bahwa probabilitas degradasi hutan wilayah Gunung Bago, Myanmar selama 1989-2006 secara signifikan berkorelasi dengan semua variable yang dipakai dalam model regresi. Model Statistik Wald pertanda bahwa intensitas penebangan ialah variable yang paling penting bagi degradasi hutan di tempat penelitian (Gunung Bago, Myanmar) selama 1989-2006, diikuti oleh jarak terdekat ke kota, elevasi dan jarak terdekat ke desa (Mon. et al., 2012).

Menurut Ferreira. et al (2015) menyatakan bahwa pencegahan kebakaran hutan sanggup dilakukan dengan menerapkan taktik ex-ante dan untuk mengembalikan hutan yang terdegradasi akhir kebakaran sanggup dilakukan dengan taktik ex-post. Strategi ex-ante adalah penelitian dan analisis terhadap suatu kebijakan yang belum ada/belum terjadi, sedangkan ex-post ialah penelitian dan analisis terhadap suatu kebijakan yang telah ada.

Menurut Wenhua (2004), poin utama untuk pemulihan ekosistem hutan yang terdegradasi dalam taktik ini diringkas sebagai berikut:
  1. Konservasi dan pengelolaan alam
  2. Pengendalian kebakaran hutan dan tunjangan hutan dari hama dan serangga
  3. Tebang pilih dan regenerasi
  4. Memperkuat pengembangan tunjangan di tempat ekosistem yang rapuh
  5. Konservasi keanekaragaman hayati dan pembentukan cagar alam
  6. Reboisasi dan konservasi lahan pertanian marjinal untuk lahan hutan
  7. Pendidikan, penelitian dan pelatihan


Penulis: Falah Farikhatin, S. Si.


Referensi:
  1. Ferreira. A. J. D., S. P. Alegre., C. O. A. Coelho., R. A. Shakesby., F. M. Páscoa., C. S. S. Ferreira., J. J. Keizer and C. Ritsema. 2015. Strategies To Prevent Forest Fires And Techniques To Reverse Degradation Processes In Burned Areas. Catena. 128: 224–237.
  2. Mon. M. S., N. Mizoue., N. Z. Htun., T. Kajisa and S. Yoshida. 2012. Factors Affecting Deforestation And Forest Degradation In Selectively Logged Production Forest: A Case Study In Myanmar. Forest Ecology and Management. 267: 190–198.
  3. Paula. M. D., J. Groeneveld and A. Huth. 2015. Tropical Forest Degradation And Recovery In Fragmented Landscapes — Simulating Changes In Tree Community, Forest Hydrology And Carbon Balance. Global Ecology and Conservation. 3: 664–677.
  4. Wenhua. L. 2005. Degradation And Restoration Of Forest Ecosystems In China. Forest Ecology and Management. 201: 33–41.
  5. Xaud. H. A.M., F. S. R. V. Martins and J. R. dos Santos. 2013. Tropical Forest Degradation By Mega-Fires In The Northern Brazilian Amazon. Forest Ecology and Management. 294: 97–106.