Peran Paus Pembunuh (Orcinus Orca) Di Ekosistem Laut


Paus pembunuh (Orcinus orca) merupakan mamalia besar yang ada di bahari dari bangsa Cetacea yang menjadi spesies terkuat dan menjadi predator puncak. Orcinus orca menjadi pengendali ekosistem bahari dengan memangsa organisme bahari lainnya, O. orca umumnya memakan ikan-ikan kecil dan cumi-cumi, bahkan paus ini juga sanggup memangsa mamalia bahari lainnya menyerupai paus balin, paus sperma, hiu, lumba-lumba dan beberapa burung bahari (Pitman et al. 2015). O. orca dapat ditemukan di seluruh samudera, dari daerah bersuhu rendah menyerupai Artik dan Antartika sampai daerah bersuhu hangat (Marilyn dan White, 2010; Ainley dan Ballard, 2012).

Paus O. orca dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu tipe A, tipe B, tipe C dan tipe D. Tipe-tipe paus ini dibedakan menurut contoh makan dan letak bintik putih yang ada pada tubuhnya (Ainley dan Ballard, 2012). Tipe A lebih sering memangsa paus minke, tipe B yang ukurannya lebih kecil dari tipe A lebih sering memangsa anjing bahari dan singa laut, tipe C merupakan tipe paus pembunuh berukuran paling kecil yang memangsa ikan-ikan kecil, dan tipe D masih menjadi misteri bagi para peneliti (Ainley dan Ballard, 2012; Dunn dan Claridge 2014).

Paus O. orca merupakan mamalia bahari yang sangat aktif dan akrobatik, paus ini merupakan salah satu binatang tercepat di bahari yang dan sering menerobos air, dengan cara mengepakan ekornya yang pipih ke permukaan air bahari (lobtail) dan memunculkan kepala ke permukaan air (spy-hop). Paus O. orca merupakan predator teratas di ekosistem bahari yang paling mempengaruhi populasi mangsa. Paus O. orca memiliki kebiasaan makan yang sangat luas, terdiri dari ikan, burung camar, penguin, kura-kura, cumi-cumi dan mamalia laut. Paus O. orca tidak mempunyai predator alami, meskipun demikian paus O. orca muda sanggup diserang oleh paus O. orca dewasa lain atau hiu besar.

Paus O. orca telah dipelajari secara ekstensif terutama di sepanjang pantai barat Kanada. Studi jangka panjang di Kanada mengambarkan bahwa paus O. orca muncul sebagai populasi residen, transien atau offshore, yang mempunyai perbedaan gaya berburu dan organisai sosial. Peneliti mengidentifikasi populasi paus O. orca yang memakan ikan dan populasi migrasi yang hanya menargetkan mamalia laut. Kelompok residen merupakan kelompok yang paling sering ditemui di perairan pantai Pasifik. Kelompok ini mengunjungi wilayah yang sama secara konsisten. Resident juga terkadang berenang bersama mamalia bahari lainnya menyerupai anjing bahari dan singa laut, dimana binatang ini yaitu mangsa utama kelompok transient. Kelompok transient sanggup ditemukan di sepanjang pantai Samudra Pasifik, Alaska dan California. Kelompok O. orca selanjutnya yaitu offshore, paus ini mempunyai perbedaan genetik dengan kelompok residen dan transient. Offshore mempunyai bentuk badan yang lebih kecil dari kelompok paus O. orca lain, namun mereka sanggup melaksanakan perburuan dengan kelompok besar serta sanggup menyerang dan memangsa hiu serta paus lain. Tiga ekopite ini dipakai untuk mempertahankan isolasi sosial satu sama lain meskipun dalam rentan habitat tumpang tindih (overlapping) (Marilyn dan White, 2010).

Paus O. orca merupakan binatang yang mempunyai huruf sosial yang tinggi, hal ini sanggup dilihat dari pergerakan paus O. orca yang menghabiskan hidup mereka dalam kelompok yang stabil yang disebut dengan Pods dan berburu secara kooperatif. Migrasi kelompok sosial pods sangat jelas, biasanya mereka membetuk kelompok yang terdiri dari 2 sampai 15 individu paus O. orca, kadang kala paus ini juga membentuk kelompok yang lebih besar sampai beberapa ratus individu, namun hal ini jarang terjadi dan dianggap sebagai pengelompokan sementara dari unit sosial kecil yang berkumpul dikala mendekati musim pemangsa, interaksi sosial dan atau dikala musim kawin.

O. orca memiliki penglihatan yang tidak baik di dalam perairan yang gelap, namun menyerupai spesies paus yang lain O. orca menggunakan sonar sebagai navigasi dan untuk mengetahui keadaan lingkungan perairan untuk memburu mangsanya. Paus ini memburu mangsanya dalam keadaan damai sebagai upaya supaya tidak terdengar oleh mangsanya. O. orca memakai siulannya untuk berkomunikasi satu sama lain. Gema dari siulan ini juga berfungsi untuk membantu individu lain untuk memetakan lingkungan mereka dan untuk menentukan lokasi pencarian makan selanjutnya. Paus O. orca memiliki 3 kategori vokalisasi yang dipakai untuk komunikasi dan navigasi, yaitu peluit, panggilan diskrit dan klik. Paus ini memakai panggilan diskrit dan peluit ketika berkomunikasi di dalam pods antar antar pods. Masing-masing kelompok mempunyai dialek diskrit yang berbeda dari pods lain, sedangkan klik hanya dipakai untuk ekolokasi (Samarraa, 2015).

Paus O. orca sangat selektif dalam menentukan makanannya, dikala mangsa tersedia dalam jumlah yang melimpah paus O. orca akan menentukan bagian-bagian badan tertentu untuk dikonsumsinya, contohnya bab ventral dari paus balin atau bab otot dada penguin, lalu menyisakan bangkai mangsa untuk organisme lain (Dunn dan Claridge 2014). Durasi interaksi pendekatan dikala berburu mangsa sanggup berlangsung selama 1-2 menit atau lebih. O. orca jantan yang sampaumur mempunyai ukuran badan yang lebih besar dari O. orca betina secara substansial, namun hal itu tidak menjamin kesuksesan berburunya. Diketahui bahwa dari 17 serangan dengan komposisi kelompok yang tepat, satu O. orca jantan sampaumur gagal menaklukan mangsanya pada 2-5 kali penyerangan, namun sekelompok O. orca betina bisa menaklukan caves humpack meskipun tidak ada O. orca jantan (Pitman et al. 2015).

Penulis: Falah Farikhatin, S. Si

Referensi:
  1. Ainley. D. G, and G. Ballard. 2012. Trophic interactions and population trends of killer whales (Orcinus orca) in the southern ross sea. Aquatic Mammals. 38 (2): 153-160.
  2. Dunn. C, and D. Claridge. 2014. Killer whale (Orcinus orca) occurrence and predation in the Bahamas. Journal of the Marine Biological. 94 (6): 1305–1309.
  3. Marilyn. E., Dahlheim, and P. A. White. 2010. Ecological aspects of transient killer whales Orcinus orca as predators in southeastern Alaska. Wildlife Biology. 16(3): 308-322.
  4. Pitman. R. L., J. A. Totterdell., H. Fearnbach., L. T. Balance., J. W. Durban, and H. Kemps. 2015. Whale killers: Prevalence and ecological implications of killer whale predation on humpback whale calves off Western Australia. Marine Mammal Science. 31 (2): 629–657.
  5. Samarraa. F. I. P. 2015. Variations in killer whale food-associated calls produced during different prey behavioural contexts. Behavioural Processes. 116: 33–42.