Perkembangan Awal Embrio Bintang Bahari


Tipe telur bintang maritim ialah mikrolesital (oligolesital) yaitu telur yang mempunyai kuning telur sangat sedikit dan tersebar merata di seluruh sitoplasma. Karena jumlah kunir telur yang sedikit, maka hewan-hewan dengan tipe telur tersebut menawarkan dua cara perkembangan yang berbeda. Cara pertama dengan mempunyai tahap larva yang sanggup mencari makan (feeding larva), menyerupai pada bintang laut, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama perkembangan embrio. Cara kedua ialah embrio berkembang di dalam badan induknya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama perkembangan embrio.

Pada bintang laut, nukleus sel telur telah menuntaskan pembelahan meiosis II pada ketika fertilisasi (inti sel telur haploid), sehingga polar body II (polosit II) telah terbentuk. Sel telur yang belum dibuahi sanggup dibedakan dari zigot dengan terlihatnya inti yang besar dan anak inti, dan tidak mempunyai membran fertilisasi.



Setelah terjadi kontak dan pengenalan antara sperma dan sel telur, membran sel telur lisis di tempat kepala sperma masuk dan lalu diikuti oleh pembentukan membran fertilisasi yang merupakan fusi dari membran sel sperma dan membran sel telur. Membran fertilisasi berfungsi sebagai pelindung, dan mencegah terjadinya polispermi (masuknya sperma lain). 

Ruang perivitelina merupakan ruang di antara membran fertilisasi dan membran sel telur, dan pada ruang tersebut sanggup dilihat polar body II yang bentuknya kecil dan berupa tonjolan. Setelah terjadi fusi antara membran sel telur dan membran sperma, inti sperma dan sentriol terpisah dari mitokondria dan flagelumnya dan tertinggal di luar sel telur. Mitokondria sperma tidak ditemukan pada turunannya, dan oleh alasannya ialah itu mitokondria yang diturunkan kepada keturunannya ialah mitokondria yang berasal dari sel telur. Inti sel telur yang haploid disebut dengan pronukleus betina dan inti sperma di dalam sitoplasma telur melaksanakan dekondensasi membentuk pronukleus jantan. Selanjutnya, fusi antara pronukleus jantan dan betina terjadi, membentuk inti zigot yang diploid.

Setelah zigot terbentuk, maka zigot akan melaksanakan cleavage untuk tumbuh dan berkembang. Pada bintang laut, rujukan cleavage ialah holoblastik (cleavage sempurna) artinya celah cleavage meluas ke seluruh telur, dan simetri cleavage ialah radial. Pada tiga cleavage pertama, polanya holoblastik ekual menghasilkan 8 blastomer. Pada cleavage ke-4, empat sel di kawasan kutub animal membelah secara vertical menjadi 8 blastomer yang masing-masing mempunyai volume yang hampir sama, yang disebut dengan mesomer. Empat sel yang lain pada kawasan kutub vegetal membelah menghasilkan 4 sel besar yang disebut makromer dan 4 sel yang kecil yang disebut mikromer. Pada sediaan, mikromer biasanya jarang terlihat. Setelah tahapan 16-sel akan didapat tahapan 32-sel. Dalam kenyataannya kita sukar mengikuti pembelahan sesudah 16-sel, oleh alasannya ialah itu tahapan 32 hingga 64-sel disebut dengan blastula awal. Pada tahapan ini, bentuk embrio tampak menyerupai bola kosong. Rongga kosong pada blastula disebut blastocoel. Pada mikrolesital, blatula mempunyai rongga blastocoel yang relatif besar. Perkembangan selanjutnya ialah blastula lanjut (blastula akhir). Ciri-ciri yang sanggup diamati pada tahapan ini antara lain: pada kawasan vegetal lebih tebal daripada kawasan animal, dan jikalau diperhatikan dengan seksama pada blastocoel kawasan vegetal tampak sel-sel bebas yang disebut dengan mesenkim primer. Mesenkim ini berasal dari mikromer yang masuk dan berproliferasi di dalam blastocoel. Perkembangan selanjutnya dari mesenkim ini, akan menghasilkan spikula rangka kapur yang merupakan rangka dari larva.



Gastrulasi merupakan proses migrasi sel-sel dan jaringan yang sangat terintegrasi sehingga sel-sel blastula tersusun kembali. Proses ini akan menghasilkan tiga lapisan germinal yaitu lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm, serta menghasilkan sumbu tubuh.

Gastrulasi dimulai dengan invaginasi sel-sel di kawasan kutub vegetal, dan membentuk lapisan sel-sel bab internal yang disebut sebagai hipoblas atau mesendoderm. Yang kelak akan menjadi lapisan endoderm dan mesoderm. Sel-sel yang tetap berada di permukaan luar gastrula menjadi epiblas (ektoderm). Rongga yang dihasilkan oleh invaginasi tersebut dikenal sebagai gastrocoel atau archenteron (usus primitif). Proses tersebut menjadikan blastocoel menjadi lebih sempit alasannya ialah terdesak oleh adanya arkhenteron. Lubang tempat membukanya arkhenteron di bab vegetal disebut blastoporus yang dalam perkembangan selanjutnya menjadi anus.