Virus Zika pada tahun 2015 sempat menghebohkan dunia. Pasalnya virus ini sempat mewabah dan menyebar cepat di Brazil pada tahun tersebut. Akibat virus Zika, banyak bayi yang lahir dengan perkembangan otak belum berkembang sepenuhnya. Virus Zika disebarkan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus tersebut bekerja dengan membunuh sel punca pada otak ketika masa perkembangan janin. Hal inilah penyebab Zika mengakibatkan mikrosefali.
Mikrosefali merupakan keadaan dimana kepala bayi mengecil alasannya yakni otak mereka tidak berkembang sepenuhnya. Bahkan virus ini bisa mematikan alasannya yakni apabila otak bayi tidak berkembang maka otomatis sangat mengganggu fungsi vital dalam tubuh. Kalaupun bayi ada yang selamat maka akan menghadapi disabilitas intelektual dan penundaan perkembangan tubuh. Namun, virus Zika lebih banyak merekrut nyawa sang bayi.
Setelah wabah Zika mengancam pada dua tahun terakhir ini. Kali ini penelitian lebih lanjut wacana Virus Zika mengungkapkan bahwa virus tersebut sangat bermanfaat. Virus Zika justru berhasil dikembangkan dalam dunia pengobatan untuk mengobati kanker otak.
Seorang profesor kedokteran Michael Diamond dari Washington University berhasil menunjukkan bahwa virus Zika sanggup membunuh jenis sel kanker otak glioblastoma yang cenderung tahan terhadap perawatan ketika ini dan mengakibatkan kematian. Pertumbuhan dan perkembangan kanker otak glioblastoma digerakkan oleh sel induk yang berkembang biak dan menimbulkan sel tumor lainnya.
Sel induk glioblastoma biasanya sulit dibunuh alasannya yakni bisa terhindar dari sistem kekebalan badan dan tahan terhadap kemoterapi dan radiasi. Tapi untuk membunuh sel-sel tersebut sangatlah penting alasannya yakni untuk mencegah tumor gres sehabis tumor orisinil telah dioperasi.
Dalam penelitian yang telah di publikasikan The Journal of Experimental Medicine pada 5 September 2017, para peneliti menguji apakah virus zika sanggup membunuh sel induk glioblastoma pada pasien yang terdiagnosis kanker tersebut. Awalnya, mereka menginfeksi tumor dengan satu dari dua strain virus Zika. Kedua strain tersebut menyebar melalui tumor, menginfeksi dan membunuh sel induk kanker sementara sebagian besar menghindari sel tumor lainnya.
Untuk mengetahui apakah virus tersebut sanggup membantu mengobati kanker. Peneliti kemudian mengujicobakan pada binatang hidup yaitu tikus yang telah diinduksi dengan tumor gliblastoma. Alhasil, tanpa penyuntikan strain zika, tikus mati dalam waktu satu bulan, sedangkan yang mendapat suntikan masih bertahan hidup sehabis dua bulan.
Sebagai fitur keamanan tambahan, mereka mengenalkan dua mutasi yang melemahkan kemampuan virus untuk memerangi pertahanan sel terhadap infeksi, dengan alasan bahwa virus yang bermutasi masih sanggup tumbuh di sel tumor yang mempunyai sistem pertahanan antivirus yang buruk. Namun hal tersebut akan menjadi dihilangkan dengan cepat pada sel sehat dengan respon antivirus yang kuat.
"Studi kami yakni langkah awal untuk pengembangan strain virus Zika yang kondusif dan efektif yang bisa menjadi alat penting dalam neuro-onkologi dan pengobatan glioblastoma," kata Profesor Diamond menyerupai yang dilansir dari laman Sci News (6/09/2017).
Namun, sebelum diberikan kepada insan harus terlebih dahulu melalui pengujian dan penilaian pra-klinis terhadap kemampuan strain yang mempunyai manfaat atau bisa jadi strain tersebut kembali ke bentuk yang lebih ganas.
Penulis: Ahmad Edi Darmawan
Sumber:
https://arahangindunia.blogspot.com//search?q=
Credit Photo: https://www.newscientist.com
