Proses Prosedur Absisi Daun


Asam absisat yakni hormon yang pada awalnya dikenal sebagai dormin alasannya yakni menyebabkan terjadinya dormansi pada daun serta sanggup memacu terjadinya dormansi pada kuncup yang sedang tumbuh. Ternyata kemudian senyawa ini sama dengan senyawa yang menyebabkan daun gugur (absisi) sehingga dinamai absisin (ABA). Absisi merupakan suatu proses fisiologi yang normal atau suatu insiden khusus pada tumbuhan. 

Hormon yang merangsang absisi daun yakni absisin yang merupakan molekul terpenoid dengan atom karbon asimetris, namun kedua bentuk isomernya sama aktif (Gambar 1). Hanya pada konsfigurasi tans absisin tidak aktif. Pada dasarnya absisin berperan sebagai penghambat proses pertumbuhan dan prosedur gugurnya daun serta buah. Bagaimanakah prosedur absisi? Hormon tersebut memacu terjadinya dormansi pada flora (biji maupun kuncup). Absisin gampang ditranspor kesemua jaringan. Efek kendala absisin terhadap perkecambahan merupakan antagonis giberelin. Absisin berperan menghambat sintesis protein, melalui kegiatan enzim ribonuklease, sintesis protein akan terhambat sehingga akan mengalami absisi.

Gambar 1. Struktur molekul hormon absisin (ABA).

Absisin juga berperan pada menutupnya stomata (berlawanan kerjanya dengan sitokinin yang membuka stomata), terbukti dari fakta bahwa flora yang kurang air akan membentuk absisin dan stomata menutup (Gambar 2). Sedangkan proses absisi adalah suatu proses terjadinya pemisahan bab atau organ tumbuhan dari bab tumbuhan secara alami, ibarat kondisi panas, dingin, serta kekeringan akan mempengaruhi proses absisi. Dalam hubungannya dengan hormon tumbuh, maka mungkin hormon ini akan mendukung atau mengambat proses tersebut.

Gambar 2. Menutupnya stomata jawaban absisin.


Fungsi auksin diketahui berperan penting dalam proses absisi daun dan buah. Daun muda dan buah muda membentuk auksin yang mana selama masih dalam tahap tersebut, keduanya tetap berpengaruh melekat pada bab batang. Akan tetapi, bila pembentukan auksin berkurang tak usang kemudian, tangkai daun atau tangkai buah akan melepaskan diri dan jatuh ketanah.

Hormon penghambat absisi daun banyak penelitiannya ibarat tindakan penghambatan yang ternyata dilakukan oleh auksin untuk mencegah proses absisi. Peranan helaian daun di sini dijelaskan oleh Kuster (1916) dalamWilkins yang menawarkan bahwa pada petiole flora Coleus segera jatuh kalau helai daun mereka dihilangkan, sedangkan helaian daun seluas 100 mm2 akan memperlambat absisi selama berhari-hari. Dengan demikian hormon yang menhghambat absisi daun salah satunya yakni auksin.

Kemudian, Laibach (1933) dan Mai (1934) menawarkan bahwa pollium anggrek (dikenal sebagai sumber auksin) secara serupa memperlambat absisi pada petiole-petiole yang dipotong helai daunnya dan tak usang setela itu itu LaRue (1935) juga memperoleh hasil yang sama, dengan Coleus dan Ricinus, dengan memakai AIA murni. Penelitian selanjutnya menawarkan bahwa banyak auksin yang sanggup menghambat absisi, sedangkan senyawa tanpa auksin akan menawarkan absisi.

Hubungan antara absisi dan auksin berdasarkan Addicot (1955) dan Weaver (1972) yakni absisi akan terjadi apabila jumlah auksin yang terdapat didaerah bab proksimal jumlahnya sama atau lebih dari jumlah auksin didaerah bab distal. Akan tetapi, apabila jumlah auksin yang berada di tempat bab distal lebih besar dari tempat proksimal maka tidak akan terjadi absisi. Dengan kata lain proses absisi ini akan terhambat.

Teori lain yang menandakan ihwal kekerabatan antara auksin dengan absisi yakni teori yang dikemukakan oleh Biggs (1957) dan Leopold (1958) dalam teorinya mengemukakan bahwa imbas auksin terhadap absisi ditentukan oleh konsentrasi zat itu sendiri. Konsentrasi auksi akan menghambat terjadinya absisi yang berkonsentrasi rendah akan mempercepat terjadinya absisi. Teori yang terakhir yakni yang dikemukakan oleh Robinsteindan Leopold (1964). Teori ini menandakan bahwa respon absisi pada daun terhadap auksin sanggup dibagi menjadi 2 fase. Jika perlakuan auksin diberikan sesudah daun terlepas, fase pertama, auksin akan menghambat absisi, dan fase kedua yaitu auksin dengan konsentrasi yang sama akan mendukung terjadinya absisi.