Ekosistem
Tekstur Tanah
Tanah sanggup ditemukan hampir dimana saja dan kiranya tanah itu selalu bersama kita. Karena itu kebanyakan orang tidak pernah berusaha memilih apakah tanah itu, darimana asalnya dan bagaimana sifatnya.Mereka tidak memperhatikan bagaimana tanah itu di suatu kawasan berbeda dengan tanah di kawasan lain. Tanah juga merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting.Bila tanah disalahgunakan, tanaman menjadi kurang produktif. Bila ditangani secara hati-hati dengan memperhatikan susila fisik dan biologinya, akan terus menerus menghasilkan tanaman dalam beberapa generasi yang tidak terhitung (Yuman dan Syamsul, 2006).
Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk, sehingga diharapkan istilah-istilah khusus yang menawarkan ilham perihal sifat teksturnya dan akan menawarkan petunjuk perihal sifat fisiknya. Untuk ini dipakai nama kelas ibarat pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan klasifikasinya ini, merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun dipakai sebagai patokan. Tiga golongan pokok tanah yang sekarang umum dikenal ialah pasir, liat dan lempung( Buckman dan Brady, 1992 )
Tanah terdiri dari butiran-butiran yang berbeda baik dalam ukuran maupun bentuk. Besarnya partikel tanah relatif sangat kecil, yang biasanya diistilahkan dengan tekstur. Tekstur menunujukkan sifat halus dan kasarnya butiran-butiran tanah.Lebih khusus lagi, tekstur ditentukan oleh perbandingan antara kandungan pasir, debu, dan liat yang terdapat dalam tanah. Dalam pengukuran tekstur tanah, watu dan partikel yang lebih besar tidak diperhitungkan lantaran bahan ini tidak mengambil peranan penting dalam penentuan tekstur tanah. ( Hanafiah, 2005 )
Kasar dan halusnya tanah dalam pembagian terstruktur mengenai tanah ( taksnomi tanah ) ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih bernafsu dari pasir ( lebih besar 2 mm ), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm mencakup berpasir lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus, dan berliat sangat halus (Hardjowigeno, 1995).
Tanah dengan banyak sekali perbandingan pasir, debu dan liat dikelompokkan atas banyak sekali kelas tekstur ibarat digambarkan pada segitiga tekstur (Gambar 1). Cara penggunaan segitiga tekstur ialah sebagai berikut:
Gambar 1. Segitiga tekstur tanah.
Misalkan suatu tanah mengandung 50% pasir, 20% debu, dan 30% liat. Dari segitiga tekstur sanggup dilihat bahwa sudut kanan bawah segitiga menggambarkan 0% pasir dan sudut kirinya 100% pasir. Temukan titik 50% pasir pada sisi dasar segitiga dan dari titik ini tarik garis sejajar dengan sisi kanan segitiga (ke kiri atas). Kemudian temukan titik 20% debu pada sisi kanan segitiga. Dari titik ini tarik garis sejajar dengan sisi kiri segitiga, sehingga garis ini berpotongan dengan garis pertama. Kemudian temukan titik 30% liat dan tarik garis ke kanan sejajar dengan sisi dasar segitiga sehingga memotong dua garis sebelumnya.
Dari perpotongan ketiga garis ini, ditemukan bahwa tanah ini memiliki kelas tekstur "lempung liat berpasir". Salah satu kelas tekstur tanah ialah lempung yang letaknya di sekitar pertengahan segitiga tekstur. Lempung memiliki komposisi yang imbang antara fraksi bernafsu dan fraksi halus, dan lempung sering dianggap sebagai tekstur yang optimal untuk pertanian. Hal ini disebabkan oleh kapasitasnya menjerap hara pada umumnya lebih baik daripada pasir; sementara drainase, aerasi dan kemudahannya diolah lebih baik daripada liat. Akan tetapi, pendapat ini tidak berlaku umum, lantaran untuk keadaan lingkungan dan jenis tanaman tertentu pasir atau liat mungkin lebih baik daripada lempung.
Penentuan tekstur suatu teladan tanah secara kuantitatif dilakukan melalui proses analisis mekanis. Proses ini terdiri atas pendispersian agregat tanah menjadi butir-butir tunggal dan kemudian diikuti dengan sedimentasi.
Partikel-partikel tanah yang masih satu golongan disebut fraksi tanah.
Ada tiga golongan fraksi tanah, yaitu:
- Fraksi lempung : diameter < 0,002 mm.
- Fraksi debu: diameter < 0,002-0,05 mm.
- Fraksi pasir : diameter > 0,05-2,00 mm.
- Jika diameter lebih dari 2,0 mm disebut kerakal dan kerikil, tidak termasuk fraksi tanah.
Referensi:
- Keimas, Ali. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
- Buckman, H. O. and N. C. Brandy. 1982. Ilmu Tanah. Brata Karya Aksara. Jakarta.
- Hanafiah dan Ali Keimas. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
- Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
- Yuman, A and D. Amilcar. 2006. Karakterisitik Tanah yang Berkembang dari Batuan diorit dan Andesit Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Yogyakarta.