Pantai Kili-Kili: Balai Konservasi Penyu Pertama Di Trenggalek

Trenggalek merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang mempunyai sektor pariwisata yang perlu dimasukkan dalam daftar liburan. Selain Pantai Prigi dan Gua Lowo yang menjadi andalan pariwisata Kabupaten ini, ada tempat yang lebih menarik yang berada di Kecamatan Panggul. Panggul merupakan salah satu kecamatan yang jaraknya sekitar lebih dari 50 km dari Kota Trenggalek dan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan. Akses ke kawasan ini memang tergolong sulit mengingat medan yang ditempuh butuh waktu sekitar dua jam melewati perbukitan karst. Jika Anda dari arah Surabaya, cukup dengan naik travel sudah sanggup mengunjungi tempat ini.  

Edisi reportase yang Saya lakukan kali ini ialah menjelajahi wilayah di Kecamatan Panggul, Desa Wonocoyo sekalian juga pulang kampung dan promosi kampung halaman, hehehe... Pesona wisata yang ditawarkan di kawasan ini cukup menjanjikan. Pantai pasir dengan ombak pantai selatan yang bergulung-gulung menarik hati indah. Di Kecamatan Panggul terdapat obyek wisata pantai yang populer yakni Pantai Pelang dengan ciri khasnya terdapat pulau kecil bersahabat dengan pantai yang seakan-akan dengan di Tanah Lot di Bali dan adanya air terjun. Selain itu terdapat pantai Konang yang merupakan tempat para nelayan mencari ikan. 

Dari tadi Saya basa-basi menjelaskan promosi wisata dan kini saatnya Saya ingin mengekspose wisata gres yang ada di Kecamatan ini, yakni Pantai Kili-Kili. Pantai ini diapit oleh Pantai Konang yang berada di sebelah timur dan Pantai Pelang yang berada di sebelah Barat. Jika Pantai Konang punya ciri khas Nyiur yang rimbun dan dipenuhi dengan bahtera nelayan dan Pantai Pelang dengan ciri khas pulau seakan-akan Tanah Lot dan air terjun, maka di Pantai Kili-Kili ciri khasnya selain hamparan pantai pasir juga dipenuhi dengan flora Pandan (Pandanus odoratissimus) yang hampir memanjang di tepi pantai. 

Pantai Konang

Pantai Pelang

Pantai Kili-Kili 


Pantai ini bergotong-royong bukan tempat wisata sebab kanal ke tempat ini berupa persawahan yang hanya sanggup dilalui dengan sepeda atau motor. Namun sejak bulan Mei 2012, tempat ini menerima perhatian dari Pemkab sejak ditemukannya penyu-penyu yang sering bertelur di Pantai ini. Sebenarnya warga setempat sudah mengetahui bahwa antara bulan Mei sampai Agustus ialah demam isu penyu bertelur di tempat ini. Akan tetapi warga setempat yang tidak mengerti ihwal fauna ini malah membantai penyu-penyu tersebut untuk dikonsumsi dan diambil telur-telurnya. Sungguh sadis. Paman Saya sendiri pernah melakukannya kontak bikin Saya jengkel. 

Tapi syukurlah, kini Pantai Kili-Kili ini sudah menjadi tempat konservasi penyu yang termasuk binatang langkah dan dilindungi tersebut. Warga sekitar sudah takut akan undang-undang mengenai perburuan dan perdagangan binatang ini. Malahan warga setempat ikut berpartisipasi dalam acara konservasi ini meskipun tidak dibayar. 

Saya sendiri berkunjung pada bulan Agustus 2012, padahal pelantikan tempat ini sudah dilakukan pada bulan Mei sebelumnya. Kaprikornus Saya ketinggalan pelantikan sekaligus puncaknya demam isu bertelurnya penyu-penyu anggun ini. Tak apalah nunggu tahun depan lagi. 

Siang itu Saya berangkat ke lokasi konservasi yang jaraknya sekitar 1 km dari rumah melewati areal sawah yang dikelilingi perbukitan karst dan pualam dengan motor. Akses ke lokasi masih sulit, sehingga Saya menaruh motor di pinggir sawah dan jalan kaki sekitar 10 menit menuju pantai. Untung demam isu kemarau jadi jalanan tidak becek. Setelah tiba, tempat ini masih semerawut dengan kolam penyu yang seadanya. 

Kunjungan Saya kurang beruntung sebab semua telur sudah menetas dan jumlah tukik yang ada di penangkaran ada 3 jenis, yakni Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), dan Penyu Abu-abu (Lepidochelys olivacea). Padahal masih ada satu lagi yang tidak Saya jumpai, yakni Penyu Belimbing (Dermochelys olivacea). Namun Saya bersyukur masih sanggup berjumpa dengan tukik-tukik yang lucu tersebut. 

 Tukik yang berusia satu bulan 
Beberapa tukik yang masih berumur satu bulan berenang gemas di kolam yang sederhana. Di kolam yang agak besar dengan ukuran sekitar 2 x 3 meter terdapat kira-kira ratusan lebih tukik yang belum dilakukan penyortiran. Juga ada satu kolam khusus untuk tukik yang terkena jamur white spot untuk dikarantina semoga tidak menular ke tukik yang lain. Keadaan kolam ini kurang memadahi. Kondisi kebersihan kolam, sanitasi, serta banyaknya populasi penyu dalam kolam menciptakan tukik rentan sakit bahkan mati. Hal ini dikarenakan dana yang dialokasikan untuk pembenahan belum maksimal. 


Tukik yang mati
Pantai Kili-Kili mempunyai potensi sebagai tempat bertelurnya penyu dikarenakan tempat ini bebas polusi cahaya serta banyak dijumpai pohon pandan yang merupakan sinyal bagi penyu yang hendak bertelur. Tempat ini juga menjadi salah satu rute perjalanan dari Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia sendiri merupakan tempat persinggahan 6 dari 7 spesies penyu yang ada di dunia. Bahkan IUCN (Red List of Threatened Species) mengkategorikan satwa ini “sangat terancam”. 


Pohon pandan di sepanjang Pantai Kili-Kili
Pantai ini merupakan salah satu dari 3 tempat konservasi penyu yang ada di Jawa Timur. Harapan ke depan semoga tempat ini menerima perhatian yang serius baik dari baik sentra maupun kawasan semoga pembenahan balai konservasi ini menjadi lebih baik. 
 Save turtle!