Biologi
28 Macam Hama & Penyakit Pada Tumbuhan Dan Pengedaliannya
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat tiba di blog . Senang sekali rasanya kali ini sanggup kami bagikan artikel ihwal 28 Macam Hama & Penyakit Pada Tumbuhan dan Pengedaliannya :
1. Tikus
Gejala serangan :
- Tikus menyerang aneka macam tumbuhan.
- Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, tempat penyimpanan.
- Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji – bijian tetapi juga batang tumbuhan muda.
- Tikus menciptakan lubang – lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak – semak.
Pengendaliannya :
- Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.
- Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
- Menanam tumbuhan secara bersamaan supaya sanggup menuai dalam waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapat masakan setelah tumbuhan dipanen.
- Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum tumbuhan padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati – hati lantaran juga berbahaya bagi binatang ternak dan manusia.
2. Wereng
Gejala serangan :
- Menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang – lubang.
- Daun dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya mati.
Pengendaliannya :
- Pengaturan teladan tanam, yaitu dengan melaksanakan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tumbuhan dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tumbuhan palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2 bulan.
- b. Pengandalian hayati, yaitu dengan memakai musuh alami wereng, contohnya keuntungan – keuntungan predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata.
- Pengandalian kimia, yaitu dengan memakai insektisida, dilakukan apabila cara lain mustahil untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan kondusif bagi lingkungan.
3. Walang Sangit
Gejala serangan :
- Menghisap butir – butir padi yang masih cair.
- Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat.
- Kulit biji iu akan berwarna kehitam – hitaman.
- Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi binatang cukup umur sanggup merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama.
- Walang sangit cukup umur juga sanggup memakan biji – biji yang sudah mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang sanggup mencerna karbohidrat.
- Faktor – faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai berikut.
- Sawah sangat bersahabat dengat perhutanan.
- Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
- Penanaman tidak serentak
Pengendaliannya :
- Menanam tumbuhan secara serentak.
- Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah supaya tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
- Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan memakai jala penangkap.
- Penangkapan memakai unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
- Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba keuntungan – keuntungan dan menanam jamur yang sanggup menginfeksi walang sangit.
- Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan memakai insektisida.
4. Ulat
Gejala serangan :
- Aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari.
- Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.
Pengendaliannya :
- Membuang telur – telur kupu – kupu yang menempel pada kepingan bawah daun.
- Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga gampang untuk dikumpulkan dan dibasmi.
- Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka sanggup dilakukan penyemprotan dengan memakai pertisida.
5. Tungau
Gejala serangan :
- Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut.
- Pada daun yang terjangkit kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning kemudian gugur.
Pengendaliannya :
- Hama ini sanggup diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang terjangkit hama pada suatu tempat dan dibakar.
6. Lalat bibit (Atherigona exigua, A. Oryzae)
Gejala serangan :
- Lalat bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi pada senja hari.
- Telur menetas setelah dua hari dan larva merusak titik tumbuh. Pupa berwarna kuning kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah keluar dari pupa selama 1 ahad menjadi imago yang siap kawin.
- Hama ini menyerang terutama pada kondisi kelembaban udara tinggi.
Pengendaliannya :
- Pengendaliannya diutamakan pada penanaman varitas yang tahan.
7. Anjing tanah atau orong-orong (Gryllotalpa hirsuta atau Gryllotalpa African
Gejala serangan :
- Hidup dibawah tanah yang lembab dengan menciptakan terowongan.
- Memakan hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan tumbuhan lebih besar dari pada keuntungannya sebagai predator.
- Nimfa muda memakan humus dan akar tanaman, imago betina sayapnya berkembang setengah, yang jantan sanggup mengerik di senja hari.
Pengendaliannya :
- Pengendaliannya diarahkan pada pengolahan tanah yang baik supaya terowongan rusak.
8. Uret (Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri)
Gejala serangan :
- Uret yang merusak tumbuhan padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri
- Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur – larva (uret) – pupa – imago (kumbang).
- Kumbang hanya makan sedikit daun-daunan dan tidak begitu merusak dibanding uretnya.
Pengendaliannya :
- Pengendalian diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik supaya vigor tumbuhan baik.
9. Ganjur (Orseolia oryzae)
Gejala serangan :
- Hama ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya kawin satu kali seumur hidupnya, bertelur antara 100-250 telur. Telur berwarna coklat kemerahan dan menetas setelah 3 hari.
- Larva makan jaringan tumbuhan diantara lipatan daun padi, pertumbuhan daun padi jadi tidak normal.
- Pucuk tumbuhan menjadi kering dan gampang dicabut. Masa larva selama 6 – 12 hari. Siklus hidup keseluruhan 19 – 26 hari.
Pengendaliannya :
- Pengendalian diarahkan pada penanaman varietas yang resisten, penggenangan areal pertanaman setelah panen supaya pupanya mati.
10. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis)
Gejala serangan :
- Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) menyerang daun padi semenjak dipesemaian hingga dilapang.
- Daun padi yang telah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja.
- Larva bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen.
- Larva menciptakan gulungan/kantung dari daun padi kemudian menjatuhkan diri ke air. Larva berwarna hijau, perkembangan hingga menjadi pupa 14 – 20 hari. Stadia pupa 4 – 7 hari.
Pengendaliannya :
- Meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak sanggup memanfaatkan air sebagai sumber oksigen.
- Lalat Tabanidae dan semut Solenopsis gemitata merupakan musuh alami.
11. Penggerek jagung (Ostrinia furnacalis)
Gejala serangan :
- Menyebabkan batang jagung retak dan patah.
- Kupu sebagai induk dari hama Ostrinia furnacalis muncul di pertanaman pada malam hari, antara pk. 20.00 hingga pk. 22.00 dan meletakkan telurnya pada jam-jam tersebut. Kupu betina meletakkan telur sebanyak 300-500 butir pada daun ketiga. Telut berwarna putih kekuningan diletakkan di bawah permukaan daun secara berkelompok. Biasanya ditutupi oleh bulu-bulu.
- Setelah 4-5 hari telur menetas, ulat akan masuk ke dalam batang setelah berumur 7-10 hari melalui pucuknya dan sering merusak malai yang belum keluar. Selanjutnya ulat menggerek ke dalam batang dan kebanyakan pada ruas batangnya, dan setelah habis digereknya pula ruas yang disebelah bawah. Umur ulat 18-41 hari
- Gejala serangan ulat yang masih muda, tanda daun kelihatan garis-garis putih bekas gigitan.
- Serangan berikutnya tampak adanya lubang gerekan pada batang yang disertai adanya tepung gerek berwarna coklat. Apabila batang jagung patah, tumbuhan akan mati.
- Tanaman inang selain jagung yaitu cantel, Panicum viride, bayam dan gulma Blumea lacera.
Pengendaliannya :
- Dengan cara pergiliran tumbuhan dengan tumbuhan yang bukan merupakan inangnya.
- Tanaman yang terjangkit dipotong dan ditimbun dalam tanah atau diberikan pada binatang ternak.
- Menghilangkan tumbuhan inang yang lain yang tumbuh diantara dua waktu tanam.
- Membersihkan rumput-rumputan
- Cara kimiawi, pengendalian dilakukan sebelum ulat masuk ke dalam batang. Beberapa jenis insektisida yang dinyatakan efektif adalah: Azodrin 15 WSC, Nogos 50 EC, Hostation 40 EC, Karvos 20 EC
12. Kutu daun persik (Myzus persicae)
Gejala serangan :
- Kutu daun persik mempunyai alat tusuk isap, biasanya kutu ini ditemukan dipucuk dan daun muda tumbuhan cabai.
- Mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga dan kepingan tumbuhan yang lain sehingga daun jadi keriting dan kecil warnanya brlang kekuningan, layu dan akhirnya mati.
- Melalui angin kutu ini menyebar ke areal kebun.
- Efek dari kutu ini mengakibatkan tumbuhan kerdil, pertumbuhan terhambat, daun mengecil.
- Kutu ini mengeluarkan cairan anggun yang sanggup menutupi permukaan daun akan ditumbuhi cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil dalam penyebaran virus.
Pengendaliannya :
- Pengendalian dengan cara menanam tumbuhan perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabai menyerupai jagung.
- Pengendalian dengan kimia menyerupai Curacron 500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC, Hostation 40 EC, Orthene 75 SP.
13. Thrips/kemreki (Thrips parvispinus)
Gejala serangan :
- Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas.
- Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi mediator penyebaran virus. sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapa satu hamparan.
Pengendaliannya :
- Dengan pergiliran tumbuhan yaitu langkah awal memutus perkembangan Thrips.
- Memasang perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara digulung dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk tanaman.
- Pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Yang sanggup dilih antara lain Agrimec 18 EC, Dicarzol 25 SP, Mesurol 50 WP, Confidor 200 SL, Pegasus 500 SC, Regent 50 SC, Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Hostathion 40EC, Mesurol 50 WP. Dosis penyemprotan diadaptasi dengan label kemasan.
14. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala serangan :
- Daun bolong-bolong menunjukan serangan ulat grayak. Kalau dibiarkan tumbuhan sanggup gundul atau tinggal tulang daun saja.
- Ia juga memakan buah hingga berlubang kesudahannya cabai tidak laris dijual.
Pengendaliannya :
- Dengan cara mengumpulkan telur dan ulat-ulat eksklusif membunuhnya.
- Menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa tumbuhan yang menjadi tempat persembunyian hama dan pergiliran tanaman.
- Pasang perangkap ngengat UGRATAS, dengan cara dimasukkan kedalam botol bekas air mineral ½ liter yang diberi lubang kecil sebagai sarana masuknya kupu jantan. Karena UGRATAS yaitu zat perangsang sexual pada serangga jantan cukup umur dan sangat efektif untuk dijadikan perangkap.
- Jika terpaksa atasi serangan ulat grayak dengan Decis 2,5 EC, Curacron 500 EC, Orthene 75 Sp, Match 50 EC, Hostathion 40 EC, Penyemprotan kimia dengan cara bergantian supaya tidak terjadi kekebalan pada hama.
15. Lalat buah (Dacus ferrugineus Coquillet atau Dacus dorsalis Hend)
Gejala serangan :
- Lalat ini menusuk pangkal buah cabai yang terlihat ada bintik hitam kecil bekas bacokan lalat buah untuk memasukkan telur.
- Buah yang terjangkit akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk, dan berlobang.
- Setelah telur menetas jadi larva (belatung) dan hidup di dalam buah hingga buah rontok dan membusuk larva akan keluar ke tanah dan seminggu kemudian bermetamorfosis lalat muda.
Pengendaliannya :
- Lakukan pergiliran tumbuhan untuk memutus rantai perkembangan lalat.
- Kumpulkan semua buah cabai yang terjangkit dan musnahkan.
- Kendalikan dengan perangkap metil eugenol yang sangat efektif dengan cara memasukkan metil eugenol dalam kapas ke botol bekas air mineral yang telah diolesi minyak goreng, atau diberi air. Gantungkan perangkap di pingir kebun.
- Pengendalian secara kimia sanggup dilakukan dengan penyemprotan Buldok, Lannate, Tamaron, Curacron 500 EC.
16. Belalang
Gejala serangan :
- Gejala penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun menjadi rombeng.
Pengendaliannya :
- Hama ini sanggup ditanggulangi dengan penangkapan secara manual.
- Tangkap belalang yang belum bersayap atau ketika masih pagi dan berembun biasanya belalang tidak sanggup terbang dengan sayap basah.
17. Kutu perisai
Gejala serangan :
- Hama ini menyerang kepingan daun.
- Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di kepingan tulang daun.
Pengendaliannya :
- Dapat diatasi memakai insektisida sistemik dengan materi aktif acephate.
18. Spider mite
Gejala serangan :
- Spider mite mengisap cairan pada tanaman.
- Serangan hama ini menimbulkan daun berwarna kuning, kemudian muncul bercak-bercak pada kepingan yang diisap cairannya.
- Serangan Spider mite secara besar sanggup menimbulkan daun habis dan tumbuhan mati. Spider mite lebih kebal terhadap insektisida.
Pengendaliannya :
- Disarankan memakai akarisida.
19. Fungus gnats
Gejala serangan :
- Adalah serangga yang berbentuk menyerupai nyamuk berwarna hitam.
- Larvanya yang berbentuk menyerupai cacing hidup di dalam media tanam dan sering makan akar halus tanaman.
- Fungus gnats cukup umur merusak seludang bunga, dengan tanda-tanda serangan munculnya bintik-bintik hitam pada seludang bunga.
Pengendaliannya :
- Pada fase masih menjadi larva, maka penanganannya dilakukan dengan menaburkan Nematisida menyerupai Furadan G ke media tanam.
- Sedangkan pada fase dewasa, dilakukan penyemprotan insektisida.
20. Cacing liang (Radhopolus Similis)
Gejala serangan :
- Menghisap cairan pada akar tanaman.
- Tanaman yang terjangkit hama ini yaitu tumbuhan menjadi lambat tumbuh dan kerdil serta menghasilkan bunga yang kecil.
Pengendaliannya :
- Untuk mengatasinya dipakai Nematisida menyerupai Furadan G yang ditaburkan pada media tanam sesuai hukum yang tertera dalam kemasan.
- Aplikasi pestisida pada tumbuhan hias sebaiknya dipakai secara bijak, mengingat dampak negatif yang sanggup ditimbulkan. Karena umumnya tumbuhan hias diletakkan berdekatan dengan manusia, disamping juga pertimbangan akan adanya kemungkinan serangga menjadi semakin kebal dengan insektisida yang digunakan.
21. Penyakit Rebah Kecambah (Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp.)
Gejala serangan :
- Penyakit ini menyerang pada tembakau.
- Pada umumnya menyerang di pembibitan, dengan tanda-tanda serangan pangkal bibit berlekuk menyerupai terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya bibit roboh.
- Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban di atas 85 % drainase jelek curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 – 8,5.
Pengendaliannya :
- Penyakit ini sanggup diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan.
- Disinfeksi tanah sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan.
- Pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida netalaksil 3 g/liter air Mankozep (2 – 3 g/liter air), Benomil 2 – 3 g/liter air dan Propanokrab Hidroklorida 1 – 2 ml/l air.
22. Penyakit Lanas (disebabkan cendawan Phytophthora nicotianae var Breda de Haan)
Gejala serangan :
- Penyakit ini menyerang pada tembakau.
- Tanaman yang daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang bersahabat permukaan tanah anyir berwarna coklat dan apabila dibelah empulur tumbuhan bersekat-sekat.
- Daunnya terkulai kemudian menguning tumbuhan layu dan akhirnya mati.
- Bergejala nekrosis berwarna gelap jelas (konsentris) dan setelah prosesing warnanya lebih coklat dibanding daun normal.
Pengendaliannya :
- Melakukan sanitasi pengolahan tanah yang matang, memperbaiki drainase, penggunaan pupuk sangkar yang telah masak.
- Rotasi tumbuhan minimal 2 tahun dan memakai varietas tahan menyerupai Coker 48, Coker 206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317, Ky 340, Oxford 1, dan Vesta 33.
- Dengan penyemprotan fungisida pada pangkal batang dengan memakai fungisida Mankozeb 2 – 3 g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter air, Propanokarb Hidroklorida 1 – 2 ml air dan bubur bordo 1 – 2 %.
23. Virus Penyakit Kerupuk (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV).
Gejala serangan :
- Penyakit ini menyerang pada tembakau.
- Daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas, tulang daun bengkok, daun menebal, atau hingga daun berkerut dan sangat kasar.
Pengendaliannya :
- Memberantas vektor lalat putih (Bemisia tabaci) dengan insektisida dimetoat atau imedakloprid.
24. Kutu Daun Tembakau (Myzus persicae)
Gejala serangan :
- Kutu ini merusak tumbuhan tembakau.
- Menghisap cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan dan pertanaman, sehingga pertumbuhan tumbuhan terhambat.
- Kutu ini menghasilkan embun madu yang mengakibatkan daun menjadi lengket dan ditumbuhi cendawan berwarna hitam.
- Kutu daun secara fisik mensugesti warna, aroma dan tekstur dan selanjutnya akan mengurangi mutu dan harga.
- Secara Khemis kutu daun mengurangi kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan maningkatkan total nitrogen daun.
- Kutu daun sanggup mengakibatkan kerugian hingga 50 %, kutu daun sanggup mengakibatkan kerugian 22 – 28 % pada tembakau flue-cured.
Pengendaliannya :
- Mengurangi pemupukan N dan melaksanakan penyemprotan insektisida yaitu apabila lebih besar dari 10 % tumbuhan dijumpai koloni kutu tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor kutu).
- Pestisida yang dipakai yaitu jenis imidaklorid.
25. Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)
Gejala serangan :
- Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan tanda-tanda masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva.
- Pada ketika buah dibelah biji-biji saling menempel dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jikalau digoyang tidak berbunyi.
Pengendaliannya :
- Karantina; yaitu dengan mencegah masuknya materi tumbuhan kakao dari kawasan terjangkit PBK
- Pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tumbuhan maksimum 4m sehingga memudahkan ketika pengendalian dan panen
- Mengatur cara panen, yaitu dengan melaksanakan panen sesering mungkin (7 hari sekali) kemudian buah dimasukkan dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam
- Menyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-kan kantong plastik dan cara ini sanggup menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini sanggup juga mencegah serangan hama helopeltis dan tikus
- Cara kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok 25 EC dengan volume semprot 250 l/ha dan frekuensi 10 hari sekali.
26. Kepik penghisap buah (Helopeltis spp)
Gejala serangan :
- Buah kakao yang terjangkit tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah.
- Serangan pada buah muda mengakibatkan buah kering dan mati, tetapi jikalau buah tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk.
- Bila serangan pada pucuk atau ranting mengakibatkan daun layu, gugur kemudian ranting layu mengering dan meranggas.
Pengendaliannya :
- Pengendalian yang efektif dan efisien hingga ketika ini dengan insektisida pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-an dilakukan secara menyeluruh.
- Dikendalikan secara biologis, memakai semut hitam. Sarang semut dibentuk dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.
27. Penyakit anyir buah (Phytophthora palmivora)
Gejala serangan :
- Buah kakao yang terjangkit berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah.
- Disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan biasanya penyakit ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab.
Pengendaliannya :
- Sanitasi kebun, dengan memetik semua buah anyir kemudian membenamnya dalam tanah sedalam 30 cm.
- Kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun.
- Cara kimia, yaitu menyemprot buah dengan fungisida menyerupai :Sandoz, cupravit Cobox, dll. Penyemprotan dilakukan dengan frekuensi 2 ahad sekali; (4) penggunaan klon tahan hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan bibit unggul DR1.
28. Antraknosa (Penyebab jamur C. capsici)
Gejala serangan :
- Menyerang pada tumbuhan cabe
- Adanya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair.
- Lama–kelamaan anyir tersebut akan melebar membentuk lingkaran konsentris.
- Dalam waktu yang tidak usang maka buah akan bermetamorfosis coklat kehitaman dan membusuk.
- Ledakan penyakit ini sangat cepat pada ekspresi dominan hujan.
- Penyebarannya tidak hanya melalui sentuhan antara tumbuhan saja melainkan juga sanggup lantaran percikan air, angin, maupun melalui vektor.
Pengendaliannya :
- Dengan kultur teknis yang baik.
- Dapat juga dilakukan pencucian atau pembuangan kepingan tumbuhan yang sudah terjangkit supaya tidak menyebar.
- Selain dengan cara budidaya yang baik, ketika pemilihan benih harus kita lakukan secara selektif .
- Disarankan supaya menanam benih cabai yang mempunyai ketahanan terhadap penyakit pathek.
- Secara kimia, pengendalian penyakit ini sanggup disemprot dengan fungisida bersifat sistemik yang berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida menyerupai Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Mankozeb menyerupai Victory 80WP.
Artikel terkait :
Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan
Organ pada Tumbuhan dan Fungsinya
Bagaimana Cara Tumbuhan Memperoleh Energi ?
Pengangkutan Air dan Mineral Pada Tumbuhan.
Macam Gerak Pada Tumbuhan
Hama dan Penyakit Pada Tumbuhan
Sumber :
Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan
Organ pada Tumbuhan dan Fungsinya
Bagaimana Cara Tumbuhan Memperoleh Energi ?
Pengangkutan Air dan Mineral Pada Tumbuhan.
Macam Gerak Pada Tumbuhan
Hama dan Penyakit Pada Tumbuhan
Sumber :
https://sugiartoagribisnis.wordpress.com/2011/01/20/macam-macam-hama-dan-penyakit-pada-tanaman-serta-cara-pengendaliannya/