Sejarah Insiden Rengasdengklok Lengkap

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat tiba di blog . Senang sekali rasanya kali ini sanggup kami bagikan bahan IPS / Sejarah - Peristiwa Sekitar Proklamasi dan Terbentuknya NKRI  : Peristiwa Rengasdengklok secara lengkap.

Halaman sebelumnya : Persiapan Kemerdekaan Indonesia

PERISTIWA RENGASDENGKLOK

Sikap Sukarno dan Hatta tersebut memang cukup beralasan sebab kalau proklamasi dilaksanakan di luar PPKI, maka Negara Indonesia Merdeka ini harus dipertahankan pada Sekutu yang akan mendarat di Indonesia dan sekaligus tentara Jepang yang ingin menjaga status quo sebelum kedatangan Sekutu.

Sjahrir kemudian pergi ke Menteng Raya (markas para pemuda) bertemu dengan para cowok seperti: Sukarni, BM Diah, Sayuti Melik dan lain-lain. Kemudian dilaporkan apa yang gres terjadi di kediaman Bung Hatta dan Bung Karno. Mendengar isu itu kelompok muda menghendaki semoga Sukarno-Hatta (golongan tua) segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Menurut golongan muda, tidak seharusnya para pejuang kemerdekaan Indonesia menunggu-nunggu isu resmi dari Pemerintah Pendudukan Jepang. Bangsa Indonesia harus segera mengambil inisiatifnya sendiri untuk memilih taktik mencapai kemerdekaan.

 Senang sekali rasanya kali ini sanggup kami bagikan bahan IPS  Sejarah Peristiwa Rengasdengklok Lengkap


Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945, pukul 20.30. Hadir antara lain Chaerul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana, dan Alamsyah. Rapat itu dipimpin oleh Chaerul Saleh dengan menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan cowok yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia ialah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri. Segala ikatan, kekerabatan dan kesepakatan kemerdekaan harus diputus dan sebaliknya perlu mengadakan rundingan dengan Sukarno dan Hatta semoga kelompok cowok diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.

Setelah rapat dan mengadakan musyawarah, maka diambil keputusan untuk mendesak Sukarno semoga bersedia melakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya sehingga lepas dari Jepang. Yang menerima kepercayaan dari teman-temanya untuk menemui Sukarno ialah Wikana dan Darwis.

Oleh Wikana dan Darwis, hasil keputusan itu disampaikan kepada Sukarno jam 22.30 di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur, No 56 Jakarta. Namun hingga dikala itu Sukarno belum bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa PPKI. Di sini terjadi perdebatan sengit antara Sukarno dengan Wikana dan Darwis. Dalam perdebatan itu Wikana menuntut semoga proklamasi dikumandangkan oleh Sukarno pada keesokan harinya.

Peristiwa ini memperlihatkan adanya ketegangan antara kelompok bau tanah dengan kelompok muda yang mempunyai sifat, karakter, cara bergerak, dan dunianya sendiri-sendiri. Perbedaan pendapat itu tidak hanya berhenti pada sabung argumentasi, tetapi sudah mengarah pada tindakan pemaksaan dari golongan muda. Tentu saja semua itu demi kemerdekaan Indonesia.
Para cowok itu kembali mengadakan pertemuan dan membahas tindakan-tindakan yang akan dibentuk sehubungan dengan penolakan Soekarno-Hatta. Pertemuan ini masih dipimpin oleh Chaerul Saleh yang tetap pada pendiriannya bahwa kemerdekaan harus tetap diumumkan dan itu harus dilaksankaan oleh bangsa Indonesia sendiri, tidak menyerupai yang direncanakan oleh Jepang. Orang yang dianggap paling sempurna untuk melakukan itu ialah Soekarno-Hatta. Karena mereka menolak undangan cowok itu, cowok memutuskan untuk membawa mereka ke luar kota yaitu Rengasdengklok, letaknya yang terpencil yakni 15 km ke arah jalan raya Jakarta-Cirebon. Menurut jalan aliran cowok kalau Soekarno-Hatta masih berada di Jakarta maka kedua tokoh ini akan dipengaruhi dan ditekan oleh Jepang serta menghalanginya untuk memproklamirkan kemerdekaan ini dilakukan.
Pemilihan Rengasdengkolk sebagai daerah pengamanan Soekarno-Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota Peta Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat kekerabatan erat semenjak mereka mengadakan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil. Dengan demikian akan sanggup dilakukan deteksi dengan gampang terhadap setiap gerakan tentara Jepang yang hendak tiba ke Rengasdengklok, baik yang tiba dari arah Jakarta, maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah.

Tujuan penculikan kedua tokoh ini selain untuk mengamankan mereka dari efek Jepang, juga semoga keduanya mau segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang. Pada dasarnya Soekarno dan Hatta tidak mau ditekan oleh anak-anak muda itu, sehingga mereka tidak mau memproklamirkan kemerdekaan. Dalam suatu pembicaraan dengan Shodanco Singgih, Soekarno memang menyatakan kesediannya untuk mengadakan proklamasi segera sesudah kembali ke Jakarta.

Melihat perilaku Soekarno ini, maka para cowok berdasarkan rapatnya yang terakhir pada pukul 00.30 waktu Jawa jaman Jepang (24.00 WIB) tanggal 16 Agustus 1945 terdapat keputusan akan menghadakan penculikan terhadap Soekarno dan Hatta dalam rangka upaya pengamanan supaya tidak terpengaruh dari segala siasat Jepang.

Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 (waktu Jepang) atau pukul 04.00 WIB penculikan (menurut golongan tua) dilaksanakan. Tidak diketahui secara terang siapakah yang memulai insiden ini. Ada yang menyampaikan Sukarni-lah yang membawa Soekarno- Hatta dini hari ke Rengasdengklok. Menurut Soekarno Sjahrir-lah yang menjadi pemimpin penculikan dirinya dengan Hoh. Hatta.

Di Rengasdengklok inilah Bung Karno didesak untuk memproklamirkan kemerdekaan. Menurut Diah gagasan ini semacam ilham. Di kota ini diperlukan sanggup dipergunakan sebagai daerah pemusatan kekuasaan bersenjata yang akan merebut Jakarta sesudah proklamasi.

Walaupun sudah diamankan ke Rengasdengklok, Soekarno-Hatta masih tetap dengan pendiriannya. Sikap teguh Soekarno-Hatta itu antara lain sebab mereka belum percaya akan isu yang diberikan oleh cowok serta isu resmi dari Jepang sendiri belum diperoleh. Seorang utusan cowok yang berjulukan Yusuf Kunto dikirim ke Jakarta untuk melaporkan perilaku Soekarno-Hatta dan sekaligus untuk mengetahui persiapan kudeta yang dipersiapkan cowok di Jakarta. Achmad Subardjo sibuk mencari informasi kebenaran wacana penyerahan Jepang kepada Sekutu yang tiba-tiba dikagetkan dengan hilangnya Soekarno-Hatta. Keberadaan Soekano-Hatta hasilnya diketahui dari Wikana, dikala itu juga Achmad Subardjo tiba ke Rengasdengklok dan berhasil menyakinkan para cowok bahwa proklamasi niscaya akan diucapkan keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehingga pada tangal 16 Agustus 1945 malam hari Soekarno-Hatta dibawa kembali ke Jakarta.

Sementara itu di Jakarta telah terjadi kesepakatan antara golongan tua, yakni Achmad Soebardjo dengan Wikana dari golongan muda untuk mengadakan proklamasi di Jakarta. Laksamana Muda Maeda bersedia untuk menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Berdasarkan kesepakatan itu Jusuf Kunto dari pihak cowok dan Soebardjo yang diikuti oleh sekretaris pribadinya mbah Diro (Sudiro) menuju Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno. Semua ini dilakukan tidak lepas dari rasa prihatin sebagai orang Indonesia, sehingga terpanggil untuk menghusahakan semoga proklamasi kemerdekaan Indonesia sanggup dilaksanakan secepat mungkin. Namun sebelumnya perlu mempertemukan perbedaan pendapat antara golongan bau tanah dan muda. Untuk itu maka Soekarno dan Hoh. Hatta harus terlebih dahulu kembali dari Rengasdengklok ke Jakarta.

Rombongan yang terdiri dari Achmad Soebardjo, Sudiro dan Yusuf Kunto segera berangkat menuju Rengasdengklok, daerah dimana Soekarno dan Moh.Hatta diamankan oleh pemuda. Rombongan tiba di Rengasdengklok pada jam 19.30 (waktu Tokyo) atau 18.00 (waktu Jawa Jepang) atau pukul 17.30 WIB dan bermaksud untuk menjemput dan segera membawa Seoekarno-Hatta pulang ke Jakarta. Perlu ditambahkan juga, disamping Soekarno dan Hatta ikut serta pula Fatmawati dan Guntur Soekarno Putra.

Peranan Achmad Subardjo sangat penting dalam insiden ini, sebab bisa mempercayakan para pemuda, bahwa proklamasi akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB. Ini sanggup dikabulkan dengan jaminan nyawanya sebagai taruhannya. Akhirnya Subeno komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno-Hatta ke Jakarta. Achmad Subardjo ialah seorang yang bersahabat dengan golongan bau tanah maupun muda, bahkan beliau juga sebagai penghubung dengan pemuka angkatan bahari Jepang Laksamana Madya Maeda. Dan melalui dia, Maeda memperlihatkan rumahnya sebagai daerah yang kondusif dan terlindung untuk menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik yang sudah usang ditunggu-tunggu.


Demikian materi IPS / Sejarah - Peristiwa Sekitar Proklamasi dan Terbentuknya NKRI  : Peristiwa Rengasdengklok secara lengkap. Semoga bermanfaat..