Sejarah Kerajaan Bali Lengkap

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat tiba di blog . Senang sekali rasanya kali ini sanggup kami bagikan artikel perihal Sejarah Kerajaan Bali Lengkap, mencakup pemerintahan kerajaan bali, raja-raja dinasti Warmadewa dan setelahnya, kehidupan ekonomi, sosial budaya dan peninggalan sejarah kerajaan Bali.
 
 Senang sekali rasanya kali ini sanggup kami bagikan artikel perihal  Sejarah Kerajaan Bali Lengkap

Sejarah kerajaan Bali merupakan salah satu kepingan dari sejarah kehidupan masyarakat bali secara keseluruhan. Bagian pemerintahan kerajaan di Bali juga beberapa kali berganti mengingat pada masa itu, terjadi banyak pertikaian antara kerajaan yang memperebutkan kawasan kekuasaan mereka. Kerajaan Bali pertama pada ketika itu kemungkinan berjulukan Kerajaan Bedahulu dan dilanjutkan oleh kerajaan Majapahit. Setelah Majapahit runtuh, kerajaan Gelgel mengambil alih, dan dilanjutkan oleh kerajaan Klungkung setelahnya. Pada masa Klungkung, terjadi perpecahan yang menjadikan kerajaan Klungkung terbagi menjadi delapan buah kerajaan kecil yang juga dikenal di Bali sebagai swapraja.

Sejarah Kerajaan Bali Lengkap
 
Meskipun tidak banyak yang tahu perihal sejarah kerajaan Bali, yang niscaya ialah kerajaan Bedahulu atau yang biasa juga disebut Bedulu merupakan kerajaan awal yang muncul di Bali. Kerajaan yang terpusat di Pejeng atau Bedulu, Gianyar, Kerajaan Bali ini berdiri pada sekitar kurun ke-8 hingga kurun ke-14. Konon katanya, kerajaan ini diperintah oleh salah satu kelompok ningrat yang berjulukan dinasti Warmadewa dengan Sri Kesari Warmadewa sebagai raja pertamanya.

A. RAJA-RAJA KERAJAAN BALI

Raja-raja Dinasri Warmadewa

1. Sri Kesari Warmadewa
Sri Kesari Warmadewa ialah salah satu dari Wangsa Warmadewa, dimana mereka merupakan salah satu keluarga ningrat yang mempunyai kuasa besar akan pulau Bali di masa lalu. Sri Kesari sendiri, berdasarkan riwayat ekspresi yang beredar telah berkuasa semenjak kurun ke-10, dan namanya sanggup ditemukan dalam sebuah prasasti di Sanur, berjulukan prasasti Blanjong. Tertulisnya nama Sri Kesari di dalam prasasti tadi membuatnya menjadi raja pertama di Bali yang namanya ada dalam catatan tertulis. Dari prasati tadi juga, diketahui bahwa Sri Kesari ternyata merupakan seorang penganut Buddha Mahayana dan bahwa dinasti ini mempunyai sebuah hubungan yang amat erat dengan penguasa kerajaan Medang di Jawa Timur sekitar kurun 10 hingga 11.

2. Ugrasena 

Setelah Sri Kesari turun jabatan, kerajaan Bali yang ketika itu dikenal dengan kerajaan Bedahulu, dilanjutkan oleh Sang Ratu Ugrasena. Ugrasena diperkirakan memerintah pada jaman yang sama dengan Mpu Sendok di Jawa Timur, yaitu sekitar 915 hingga 942. Pada masa pemerintahan Ugrasena, ia populer sering merilis prasasti yang mempunyai hubungan dengan kegiatan-kegiatan yang sering diadakan oleh masyarakat kerajaannya menyerupai perpajakan, penganugerahan, upacara agama, pembangunan penginapan, hingga pendirian tempat sembahyang bagi mereka yang ingin berziarah. Bukti fisik perihal kepemimpinan Ugrasena tercatat dalam beberapa prasasti, antara lain Prasasti Srokada A dan Goblek Pura Batur A. Seluruh prasasti yang memuat namanya selalu tertulis dalam bahasa Bali kuno, dan dimulai dengan sebuah perkataan yang berbunyi yumu pakatahu, berarti “ketahuilah oleh kalian semua”.

3. Aji Tabanendra Warmadewa 

Pengganti Raja Ugrasena adalah  anaknya yaitu Aji Tabanendra Warmadewa. M bersama istrinya, Sang Ratu Luhur Sri Subhadrika Dharmadewi. Beliau memerintah dari tahun 943 hingga 961

4. Sri Candrabaya Singa Warmadewa / Jayasingha Warmadewa

Raja inilah yang membuat telaga (pemandian) dari sumber suci di desa Manukraya. Pemandian itu disebut Tirta Empul, terletak di erat Tampaksiring. Raja Jayasingha Warmadewa memerintah hingga tahun 961- 975 M. 

5. Sri Janasadu Warmadewa 

Raja Jayasingha digantikan oleh Janasadhu Warmadewa. Ia memerintah tahun 975 – 983 M. Tidak ada keterangan lain yang sanggup diperoleh dari raja ini, kecuali perihal anugerah raja kepada desa Jalah. 

6. Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi

Pada tahun 983 M, muncul seorang raja wanita, yaitu Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi (983 – 989 M).

7. Sri Udayana Warmadewa

Pengganti Sri Wijaya Mahadewi berjulukan Dharma Udayana Warmadewa. Ia memerintah bersama permaisurinya, Gunapriya Dharmapatni atau lebih dikenal dengan nama Mahendradatta, putri dari Raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur. Sebelum naik takhta, diperkirakan Udayana berada di Jawa Timur sebab namanya tergores dalam prasasti Jalatunda.

Pada tahun 1001 M, Gunapriya meninggal dan dicandikan di Burwan. Udayana meneruskan pemerintahannya sendirian hingga wafat pada tahun 1011 M. Ia dicandikan di Banuwka. Hal ini disimpulkan dari prasasti Air Hwang (1011) yang hanya menyebutkan nama Udayana sendiri. Adapun dalam prasasti Ujung (Hyang) disebutkan bahwa sehabis wafat, Udayana dikenal sebagai Batara Lumah di Banuwka. Raja Udayana mempunyai tiga orang putra, yaitu Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu.

Airlangga tidak pernah memerintah di Bali lantaran menjadi menantu Dharmawangsa di Jawa Timur. Oleh lantaran itu, yang menggantikan Raja Udayana dan Gunapriya ialah Marakata. 

8. Sri Dharmawangsawardhana Marakata 

Setelah naik takhta, Marakata bergelar Dharmawangsawardhana Marakata Pangkajasthana Uttunggadewa. Marakata memerintah dari tahun 1011 hingga 1022. Masa pemerintahan Marakata sezaman dengan Airlangga. Oleh lantaran adanya persamaan unsur nama dan masa pemerintahannya, seorang ahli sejarah, Stuterheim, beropini bahwa Marakata tolong-menolong ialah Airlangga.

Apalagi kalau dilihat dari kepribadian dan cara memimpin yang mempunyai kesamaan. Oleh rakyatnya, Marakata dipandang sebagai sumber kebenaran aturan yang selalu dilindungi dan memerhatikan rakyat. Ia sangat disegani dan ditaati oleh rakyatnya. Persamaan lain Marakata dengan Airlangga ialah Marakata juga membangun sebuah presada atau candi di Gunung Kawi di kawasan Tampaksiring, Bali. Setelah pemerintahannya berakhir, Marakata digantikan adiknya, Anak Wungsu.

9. Anak Wungsu

Ia bergelar Paduka Haji Anak Wungsu Nira Kalih Bhatari Lumah i Burwan Bhatara Lumah i Banu Wka. Anak Wungsu ialah Raja Bali Kuno yang paling banyak meninggalkan prasasti (lebih dari 28 prasasti) yang tersebar di Bali Utara, Bali Tengah, dan Bali Selatan. Anak Wungsu memerintah selama 28 tahun, yaitu dari tahun 1049 hingga 1077. Ia dianggap sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. Anak Wungsu tidak mempunyai keturunan. Ia wafat pada tahun 1077 dan dimakamkan di Gunung Kawi, Tampaksiring. Berakhirlah dinasti Warmadewa.
Pemerintahan sehabis dinasti Warmadewa

Setelah berakhirnya pemerintahan dinasti Warmadewa, Bali diperintah oleh beberapa orang raja silih berganti. Raja-raja yang perlu diketahui sebagai berikut.

1. Jayasakti

Jayasakti memerintah dari tahun 1133 hingga tahun 1150 M, sezaman dengan pemerintahan Jayabaya di Kediri. Dalam menjalankan pemerintahannya, Jayasakti dibantu oleh penasihat sentra yang terdiri atas para senopati dan pendeta, baik dari agama Hindu maupun dari agama Buddha. Kitab undang-undang yang digunakan adalah kitab Utara Widhi Balawandan kitab Rajawacana. Kitab undang-undang ini merupakan peninggalan kebudayaan dari masa pemerintahan Jayasakti yang cukup tinggi. Kitab ini juga digunakan pada masa pemerintahan Ratu Sakalendukirana dan penerusnya. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan, diketahui bahwa pada masa pemerintahan Jayasakti, agama Buddha dan Syiwa berkembang dengan baik. Aliran Waisnawa juga berkembang pada waktu itu. Raja Jayasakti sendiri disebut sebagai penjelmaan Dewa Wisnu.

2. Ragajaya

Ragajaya mulai memerintah pada tahun 1155 M, namun kapan berakhirnya tidak diketahui alasannya ialah tidak ada sumber tertulis yang menjelaskan hal tersebut.

3. Jayapangus (1177 – 1181)

Raja Jayapangus dianggap sebagai penyelamat rakyat yang terkena malapetaka akibat lalai menjalankan ibadah. Raja ini mendapatkan wahyu dari tuhan untuk mengajak rakyat kembali melaksanakan upacara keagamaan yang hingga sekarang dikenal dan diperingati sebagai upacara Galungan. Kitab undang-undang yang digunakannya ialah kitab Mana Wakamandaka.

4. Ekajalancana

Ekajalancana memerintah pada sekitar tahun 1200 – 1204 M. Dalam memerintah, Ekajalancana dibantu oleh ibunya yang berjulukan Sri Maharaja Aryadegjaya.

5. Sri Asta Asuratna 

Sejarah kerajaan Bali mencapai babak gres ketika pada masa pemerintahan Sri Astatura Ratna Bumi Banten pada tahun 1332 hingga 1343, terjadi ekspedisi Gajah Mada ke Bali. Ekspedisi Gajah Mada dimulai dengan membunuh Kebo Iwa yang ia anggap sebagai sebuah penghalang misi ini. Cara pembunuhannya ialah dengan memperlihatkan perdamaian pada raja Bali sehingga Kebo Iwa sanggup dikirim untuk tiba ke Majapahit dan kemudian dinikahkan. Alih-alih dijemput oleh pengantin, yang menjemput Kebo Iwa begitu ia tiba di Majapahit ialah kematian. Tewasnya Kebo Iwa ini mempermudah Adityawarman menaklukkan Bali di tahun 1343.

Penundukkan Bali ini kemudian mendorong didirikannya sebuah dinasti boneka di Samprangan yang kini berjulukan Gianyar, erat dengan Bedulu. Pendirian dinasti ini mengambil waktu ketika Gajah Mada masih memimpin, dan dinasti yang berjulukan Samprangan ini mempunyai raja pertama berjulukan Sri Aji Kresna Kepakisan. Sri Aji mempunyai tiga orang anak, dan satu di antaranya ialah Dalem Samprangan yang sehabis menjabat dinilai tidak pantas menjadi raja dan digantikan oleh adiknya yang paling muda, Dalem Ketut. Raja terakhir dalam periode yang disebut dengan nama periode Gelgel ialah Dalem Di Made pada tahun 1605 hingga 1686.

Sejarah kerajaan Bali berakhir dengan periode kerajaan Klungkung yang tolong-menolong masih tetap kepingan dari dinasti Gelgel. Diketahui pada balasannya bahwa yang mengakhiri masa pemerintahan dinasti Gelgel ialah pemberontakan oleh I Gusti Agung Maruti lantaran kesal kekalahannya tidak berarti pemulihan kembali oleh Dalem Di Made. Pemimpin pertama dari era Klungkung ini berjulukan Dewa Agung Jambe yang memerintah pada tahun 1710 hingga tahun 1775. Di masa ini, kerajaan bali terpecah menjadi delapan buah kerajaan kecil (sembilan kalau menghitung Klungkung sendiri), yaitu: Badung, Mengwi, Bangli, Buleleng, Gianyar, Karangasem, Tabanan, dan Denpasar.

B. KEHIDUPAN EKONOMI

Kegiatan ekonomi masyarakat Bali dititikberatkan pada sektor pertanian. Hal itu didasarkan pada beberapa prasasti Bali yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan bercocok tanam. Beberapa istilah itu, antara lain sawah, parlak (sawah kering), kebwan (kebun), gaga (ladang), dan kasuwakan (irigasi).

Di luar kegiatan pertanian pada masyarakat Bali juga ditemukan kehidupan sebagai berikut.
  1. Pande (Pandai = Perajin)
    Mereka mempunyai kepandaian menciptakan kerajaan aksesori dari materi emas dan perak, menciptakan peralatan rumah tangga, alat-alat pertanian, dan senjata.
  2. Undagi
    Mereka mempunyai kepandaian memahat, melukis, dan menciptakan bangunan.
  3. Pedagang
    Pedagang pada masa Bali Kuno dibedakan atas pedagang pria (wanigrama) dan pedagang perempuan (wanigrami). Mereka sudah melaksanakan perdagangan antarpulau (Prasasti Banwa Bharu).

C. KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA

Struktur masyarakat yang berkembang pada masa Kerajaan Bali Kuno didasarkan pada hal sebagai berikut.
  1. Sistem Kasta (Caturwarna)
    Sesuai dengan kebudayaan Hindu di India, pada awal perkembangan Hindu di Bali sistem kemasyarakatannya juga dibedakan dalam beberapa kasta. Namun, untuk masyarakat yang berada di luar kasta disebut budak atau njaba.
  2. Sistem Hak Waris
    Pewarisan harta benda dalam suatu keluarga dibedakan atas anak pria dan anak perempuan. Anak pria mempunyai hak waris lebih besar dibandingkan anak perempuan.
  3. Sistem Kesenian
    Kesenian yang berkembang pada masyarakat Bali Kuno dibedakan atas sistem kesenian keraton dan sistem kesenian rakyat.
  4. Agama dan Kepercayaan
    Masyarakat Bali Kuno meskipun sangat terbuka dalam mendapatkan efek dari luar, mereka tetap mempertahankan tradisi kepercayaan nenek moyangnya. Dengan demikian, di Bali dikenal ada penganut agama Hindu, Buddha, dan kepercayaan animisme.
D. PENINGGALAN KERAJAAN BALI

- Prasasti Blanjong
- Prasasti Panglapuan
- Prasasti Gunung Panulisan 
- Prasasti-prasasti peninggalan Anak Wungsu
- Candi Padas di Gunung Kawi
- Pura Agung Besakih
- Candi Mengening 
- Candi Wasan. 
Referensi : 
http://www.pengertiansejarah.com/sejarah-kerajaan-bali.html
http://www.portalsejarah.com/sejarah-kerajaan-bali-lengkap.html
https://arahangindunia.blogspot.com//search?q=sejarah-kerajaan-bali-lengkap

Demikian artikel perihal Sejarah Kerajaan Bali Lengkap, mencakup pemerintahan kerajaan bali, raja-raja dinasti Warmadewa dan setelahnya, kehidupan ekonomi, sosial budaya dan peninggalan sejarah kerajaan Bali. Semoga bermanfaat,,,