Cara Menuliskan Dan Menceritakan Kembali Isi Cerpen Dengan Kalimat Sendiri

Pada pelajaran terdahulu, kalian telah berguru menceritakan kembali isi dongeng secara lisan. Tentu kalian sanggup menceritakan kembali isi cerpen secara lisan, bukan? 

Sekarang kalian akan diajak untuk berlatih menuliskan kembali dongeng pendek dengan kalimat sendiri. Kalian tentu sanggup membayangkan isi dongeng sehabis membaca dongeng pendek kemudian kalian diperlukan sanggup menuliskan kembali dongeng pendek tersebut dengan kalimat sendiri.

Hal yang sanggup kalian pegang dalam menuliskan kembali dongeng pendek dengan kalimat sendiri ialah alur. Setelah kalian membaca dongeng pendek, kalian sanggup memilih ide-ide pokok sesuai tahaptahap alur dongeng pendek.

Tentu kalian masih ingat, bukan, tahaptahap alur dalam dongeng pendek? Tahapan alur dalam dongeng pendek mencakup perkenalan, pertikaian, klimaks, peleraian, dan penyelesaian.

Perhatikan kepingan kutipan cerpen berikut!

Tanah Merah
Oleh: Dwicipta
menceritakan kembali isi dongeng secara ekspresi Cara Menuliskan dan Menceritakan Kembali Isi Cerpen dengan Kalimat Sendiri
Cerpen
Ketika ia bersandar pada pagar kapal yang akan membawanya pergi dari Tanah Merah, seluruh kejadian yang telah dialaminya hampir setahun sebelumnya bagai berputar kembali di pelupuk matanya. 

Hidupnya sendiri ialah rangkaian petualangan demi petualangan yang tak berkesudahan. Semula ia ialah seorang jagoan untuk negerinya, negeri Belanda yang telah menguasai bumi Hindia Belanda selama ratusan tahun. Semua orang yang tahu atau pernah mendengar ihwal kejadian Banten yang mengegerkan itu sudah barang tentu telah mendengar keharuman namanya.

Oleh tindakan kepahlawanan itu, Pemerintah Hindia Belanda telah menganugerahkan sebuah bintang kepadanya. Orang-orang mengelu-elukkannya. Ia mendapat permintaan pesta dari para pejabat militer Batavia dan orang-orang yang ingin mendengarkan kisah pertempuran yang telah ia alami, suara letusan senapan dan jerit mengerikan dikala badan meregang nyawa. Sungguh memabukkan.

Beberapa bulan sehabis ia berhasil menumpas pemberontakan kaum merah di Banten, Pemerintah Batavia menunjuknya sebagai komandan ekspedisi yang pertamatama untuk masuk ke Digul dan mempersiapkan kamp pembuangan bagi kaum interniran yang telah memenuhi penjarapenjara di Jawa dan Sumatra.

“Apakah Gubernur Jenderal sudah gila? Digul ialah tempat terpencil, hutan-hutan lebat yang belum dijamah kecuali oleh penduduk rimba setempat dan para petualang Tionghoa. Aku mendengar dari orang-orang yang melaksanakan ekspedisi ke sana untuk mencari emas bahwa Digul ialah belantara yang dipenuhi para pengayau. Bagaimana kaum interniran sanggup hidup di sana?” tanyanya kepada Letnan Drejer, opsir yang juga mendapat perintah untuk menemaninya masuk belantara Digul.

“Tampaknya Tuan Gubernur Jenderal de Graeff ingin memalsukan bangsa Rusia. Bukankah di Rusia terdapat pembuangan yang populer di seluruh dunia? Siapa tak mengenal Siberia, neraka bagi siapa pun warga Rusia yang berontak atau menjadi bajingan!” ujar Letnan Drejer sambil tersenyum kecut.

“Kita bukan bangsa Rusia, dan Siberia lain dengan Digul, Letnan. Digul hutan lebat. Apa yang sanggup diperlukan dari tempat seterpencil itu? Kalau kita membuka hutannya, duduk kasus mengerikan lain telah menunggu: malaria! Bukankah itu sama saja dengan mengirimkan kaum interniran itu ke lembah kematian?”

“Saya tak takut dengan malaria, Kapten. Tapi tinggal di hutan lebat semacam Digul sama saja dengan menyerahkan kepala kita kepada para pengayau atau para kanibal hitam di sana. Itulah yang saya takutkan,” ujar Letnan Drejer dengan kepala bergidik.

“Hehm, benar. Dan kita, kaum terhormat yang gres saja mendapat bintang kehormatan dari tindakan militer, harus mengotorkan tangan dengan tindakan memalukan. Sungguh keterlaluan orang-orang Batavia!”

“Yang lebih mengherankan, bukankah Gubernur Jenderal de Graeff itu populer berbudi baik, Kapten? Bagaimana ia sanggup menciptakan keputusan-keputusan yang mengerikan ibarat membuka kamp pembuangan?” ujar Letnan Drejer tak mengerti.

“Apalah artinya seorang gubernur berbudi baik jikalau sistemnya telah diracuni oleh para pejabat berhati kotor? Merekalah yang tak ingin kedudukannya terancam dengan ulah para pemberontak yang ingin menjatuhkan kekuasaan. Dan, untuk menangkal bahaya tersebut, tindakan kotor pun buat mereka tak apa-apa dan tak ada salahnya dilakukan.

Letnan Drejer mengangkat bahu. Dipandangnya punggung Kapten Becking yang jangkung itu. Rasa hormatnya yang tinggi tak pernah lenyap terhadap lelaki ksatria yang beranjak bau tanah ini. Di luar dinas militernya, opsir berambut putih itu sungguh terpelajar.

Satu ahad sebelumnya Kapten Becking telah meminta bawahannya untuk mencari segala pengetahuan yang ada hubungannya dengan Digul dan bumi hitam di ujung timur Hindia itu.

Sementara para prajurit dan opsir bawahannya membual dan membayangkan petualangan di tanah mereka yang akan mereka lakukan, ia justru karam dengan buku-buku dan tumpukan laporan ihwal Digul dan wilayah New Guinea secara umum. 

Ia gemar sekali membaca suku-suku pedalaman yang tinggal di hutan belantara itu dan di sepanjang Sungai Digul, kebaikankebaikan mereka dan kesukaan mereka dalam mengayau. Tak jarang ia mengingatkan Letnan Drejer akan kebuasan alam tempat gres itu dan berujar ia akan menundukkannya secepat mungkin.

(Sumber: Kompas, 13 Januari 2008)

Berdasarkan kutipan dongeng pendek di atas, kalian sanggup memilih ide-ide pokok dongeng pendek sesuai alur. Penggalan kutipan dongeng pendek tersebut merupakan alur perkenalan.

Berikut ide-ide pokoknya.

1. Ingatan “tokoh” kembali kepada masa lalunya yang merupakan rangkaian petualangan demi petualangan yang tidak berkesudahan.

2. Penunjukan “tokoh” oleh Gubernur Jenderal Pemerintah Batavia sebagai komandan ekspedisi ke Digul.

3. Sikap protes “tokoh” kepada temannya, Letnan Drejer. 

Ide-ide pokok dongeng pendek pada alur perkenalan di atas sanggup dikembangkan menjadi dongeng pendek dengan kalimat sendiri.

Kembali ia teringat masa lalunya. Masa kemudian yang tak kan sanggup ia lupakan. Ia teringat pada hidupnya yang merupakan petualang. Memang dulu ia ialah seorang jagoan untuk negerinya, negeri Belanda. Jika orang pernah mendengar ihwal kejadian Banten, tentu mereka akan mendengar keharuman namanya.
Oleh keberanian akan tindakan kepahlawanan itu, maka Gubernur Jenderal Pemerintah Batavia menunjuknya sebagai komandan ekspedisi ke Digul. Ia ditunjuk untuk mempersiapkan kamp pembuangan bagi kaum interniran yang telah memenuhi penjara-penjara di Jawa dan Sumatra.
Namun, penunjukan ini tidak membuatnya gembira sebagai pahlawan. Justru ia mengata-ngatakan Gubernur Jenderal telah gila. Ia berpikir bahwa Digul ialah tempat terpencil, hutanhutan lebat yang belum dijamah. Ia melontarkan segala protesnya kepada Letnan Drejer. Letnan Drejer ialah opsir yang juga mendapat perintah untuk menemaninya masuk belantara Digul.
“Apa yang menciptakan Gubernur Jenderal menunjuk kita untuk ke Digul? Apa yang ada di benaknya?” tanyanya.
“Mungkin Tuan Gubernur Jenderal de Graeff ingin memalsukan bangsa Rusia,” jawab Letnan Drejer.
“Ini terang beda. Digul hutan lebat. Apa yang sanggup diperlukan dari tempat seterpencil itu? Malaria dan kematian!” tegasnya.