Daftar Nama Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia

Berikut ini yaitu beberapa organisasi pergerakan nasional Indonesia yang menjadi penggagas bangkitnya pergerakan nasional.

Organisasi Pergerakan Nasional

Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai imbas munculnya politik etis bagi bangsa Indonesia, yaitu munculnya golongan terpelajar yang kemudian mendirikan organisasi-organisasi pergerakan nasional, berikut yaitu profil beberapa organisasi tersebut:

1. Budi Utomo

Budi Utomo didirikan tanggal 20 Mei 1908 oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dan Sutomo, seorang pelajar STOVIA (Sekolah Dokter Jawa) di Jakarta. Pada awal perkembangannya, Budi utomo merupakan organisasi pelajar dengan pelajar STOVIA sebagai intinya.

Namun, sehabis kongresnya yang pertama pada Bulan Oktober 1908, Budi Utomo berubah haluan menjadi organisasi yang keanggotaannya terdiri dari para pegawai negeri dan priyayi yang berasal dari suku Jawa dan Madura.

Ditegaskan pula dalam kongres tersebut bahwa Budi Utomo hanya bergerak dalam bidang pendidikan, pengajaran dan kebudayaan.

Dalam anggaran dasarnya yang disetujui pemerintah pada tanggal 28 Desember 1908, Budi utomo bertekad untuk memajukan bangsa dan nusa Jawa dan Madura serta memperlihatkan sumbangan kepada orang-orang yang yang mempeunyai tujuan yang sama.
Berikut ini yaitu beberapa organisasi pergerakan nasional Indonesia yang menjadi penggagas  Daftar Nama Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia
Tabel: Daftar Organisasi Pergerakan Nasional

2. Sarekat Islam

Pada awalnya, Sarekat Islam berjulukan Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh H. Samanhudi pada tahun 1911 untuk membendung monopoli perdagangan yang dilakukan oleh para pedagang Cina. Pada tahun 1912, Sarekat Dagang Islam menjelma Sarekat Islam dengan HOS Cokroaminoto sebagai ketuanya.

Keanggotaan SI terbuka untuk semua golongan dan suku yang beragama Islam. Tujuan pergerakannya yaitu memajukan perdagangan, membantu anggotanya yang mengalami kesulitan dan memajukan kepentingan Islam serta kepentingan jasmani dan rohani.

3. Indische Partij

Indische Partij didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh E.F.E Douwes Dekker (Danudirdja Setiabudi), dr. Tjipto Mangunkusumo dan R.M. Suwardi Suryaningrat ( Ki Hajar Dewantara).

Indische Partij secara tegas menyatakan tujuannya yaitu melepaskan diri dari penjajahan Belanda dengan semboyan “Indie los van Holland” (Hindia bebas dari Holland) dan “Indie voor Inders” ( Hindia untuk orang Hindia).

Indische Partij merupakan organisasi yang menerapkan prinsip nasionalisme hindia sehingga organisasi ini terbuka luas bagi seluruh golongan, baik suku bangsa maupun agama. Dengan demikian, partai ini berusaha untuk menghilangkan diskriminasi dikalnagan masyarakat.

4. Muhammadiyah

Muhammadiyah merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang sosial keagamaan. Didirikan di Yogyakarta oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 Nopember 1918.

Tujuan Muhammadiyah yaitu mengembalikan aliran Islam sesuai dengan Alqur’an dan Sunnah, serta memberantas kebiasaan kebiasaan yang tidak sesuai dengan aliran Islam.

Tujuan Muhammadiyah tersebut direalisasikan dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, pusat-pusat pelayanan kesehatan, serta masjid masjid dan forum da’wah.

Selain di Yogyakarta, Muhammadiyah juga segera menyebar ke kota-kota lain baik yang ada di Jawa maupun di Pulau Jawa. Sampai dikala ini, Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi yang masih tetap berdiri dan konsisten dalam melaksakan programnya yaitu memajukan pendidikan Islam.

5. Taman Siswa

Taman Siswa didirikan oleh Suwardi Suryaningrat ( Ki Hajar Dewantar) pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta dan bergerak dalam bidang pendidikan.

Pendidikan Taman Siswa didasarkan pada sistem among, dimana guru bertindak sebagai pemimpin yang berada di belakang dan memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk maju dan berkembang di depan dengan kode sang guru.

Selain itu, Taman Siswa da memakai sistem pondok, dimana guru dan siswa tinggal bersama dalam satu asrama. Melalui sitem pendidikan kebangsaannya, Taman Siswa semakin berkembang dan mempunyai beberapa cabang di luar Kota Yogyakarta.

6. Partai Nasional Indonesia

Organisasi ini didirikan oleh Ir. Sukarno di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 sebagai kelanjutan dari organisasi pelajar berjulukan Algemeene Studie Club.

Tujuan utama PNI yaitu mencapai kemerdekaan, sebab dengan merdeka bangsa Indonesia sanggup memperbaiki struktur masyarakat, sosial, ekonomi dan politik secara mapan.

PNI yaitu salah satu partai yang keras dan radikal terhadap pemerintah Belanda, mereka menolak mentah-mentah mendudukkan wakilnya didalam volksraad (semacam Dewan perwakilan bangsa Indonesia yang dibuat oleh Belanda).

Karena sifatnya yang radikal inilah, pemerintah Belanda kemudian menangkap para peminpin PNI, bahkan beberapa tokoh PNI menyerupai Sukarno harus di aturan buang ke beberapa daerah.

Hukuman yang dijatuhkan kepada para tokoh PNI ini kuat besar terhadap perkembangan partai, sehingga partai ini kemudian membubarkan diri dan terpecah menjadi dua, yaitu PNI Baru dan Partindo.

7. Gerakan Wanita

Gerakan perempuan pada awalnya diprakarsai oleh R.A. Kartini, diteruskan oleh Dewi Sartika dan Maria Walanda Maramis.

Gerakan perempuan kemudian berkembang melalui organisasi-organisasi kewanitaan menyerupai Putri Mardika di Jakarta pada tahun 1922 sebagai penggalan dari Budi utomo yang mempunyai agenda bimbingan pengajaran untuk para gadis, pemberian beasiswa dan menerbitkan majalah sendiri yang dinamakan “Putri Mardika”.

Di Tasikmalaya berdiri organisasi Kautamaan Istri yang menaungi sekolah-sekolah yang didirikan Dewi Sartika. Selain Putri Mardika, berdiri pula organisasi-organisasi penggalan dari organisasi yang sudah ada, menyerupai Aisyiyah sebagai penggalan dari Muhammadiyah, dan Sarekat Puteri Islam sebagai penggalan dari Sarekat Islam.

Pada tanggal 22-25 Desember tahun 1928 diadakan Kongres Perempuan pertama yang memicarakan duduk kasus persatuan di kalangan wanita, duduk kasus perempuan dalam keluarga, poligami dan perceraian.

Hasil terpenting dari kongres ini yaitu terbentuknya Perserikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI). PPPI inilah yang kemudian menyelenggarakan Kongres Perempuan yang kedua pada tahun 1935 dengan pokok bahasan duduk kasus buruh wanita, pemberantasan buta abjad dan semangat kebangsaan.

Sangat terlihat dalam kongres yang kedua ini para perempuan Indonesia bisa memposisikan dirinya sebagai penggalan yang tidak terpisahkan dari upaya usaha nasional demi merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.

Baca juga: Peran Pers dalam Pergerakan Nasional