IPS
Pengertian Dan Macam-Macam Jenis Pola Media Sosialisasi
Pada pembahasan kali ini kita akan mengupas bahan wacana jenis jenis media sosialisasi, pengertian media sosialisasi, pola media sosialisasi, dan macam macam media sosialisasi.
Muatan yang disampaikan setiap media sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang ditanamkan dalam keluarga boleh jadi berbeda atau bahkan bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh media sosialisasi lain.
Di sekolah belum dewasa diajarkan untuk tidak merokok, meminum minuman keras dan memakai obat-obatan terlarang (narkoba). Namun, dikala mereka berinterkasi dengan teman-teman sebaya, mungkin malah banyak yang melakukannya, atau dikala mereka melihat media massa hal-hal tersebut justru menjadi pajangan yang seperti menjadi hidangan wajib sehari-hari.
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila muatan atau pesan yang disampaikan oleh media sosialisasi itu tidak bertentangan atau bahkan saling mendukung satu sama lain. Namun, dalam kehidupan bermasyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi alasannya ialah dihadapkan pada perbedaan pesan yang disampaikan oleh mediamedia sosialisasi yang ada.
Keempat media sosialisasi yang disampaikan di atas sanggup kau kaji lebih jauh dalam
klarifikasi berikut.
Dalam keluarga inti (nuclear family) media sosialisasi mencakup ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah yang tinggal secara gotong royong dalam satu rumah.
Adapun pada masyarakat yang menganut sistem hubungan (extended family), media sosialisasinya menjadi lebih luas alasannya ialah dalam satu rumah sanggup saja terdiri atas beberapa keluarga yang mencakup kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti.
Dalam masyarakat perkotaan, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada di luar anggota kerabat biologis. Kadangkala terdapat media sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter).
Seorang sosiolog yang berjulukan Gertrudge Jaeger beropini bahwa peranan para media sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar alasannya ialah anak sepenuhnya berada dalam lingkungan keluarganya. Peranan orang bau tanah menjadi sangat penting yang sanggup menunjukkan fondasi nilai bagi pengembangan kepribadian seorang anak.
Media sosialisasi ini pertama kali didapatkan seseorang dikala ia bisa bepergian ke luar rumah.
Pada awalnya, sobat bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif. Namun, sanggup pula menunjukkan efek dalam proses sosialisasi sesudah keluarga. Puncak efek sobat bermain ialah pada masa dewasa dikala seorang anak lebih banyak dan lebih bahagia berinteraksi dengan sobat seusianya di luar rumah.
Dengan demikian, efek nilai-nilai yang terinternalisasi atau tertanam dari temannya akan ikut berperan dalam membentuk kepribadiannya.
Lain halnya dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok sepergaulan dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat. Karena itu, dalam kelompok bermain, anak sanggup mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilainilai keadilan.
Seorang sosiolog yang berjulukan Dreeben mengungkapkan bahwa dalam forum pendidikan formal seseorang sanggup berguru membaca, menulis, dan berhitung. Serta sanggup mempelajari aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), dan kekhasan (specificity).
Biasanya, dikala di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan pinjaman dari orang tuanya dalam melaksanakan banyak sekali pekerjaan. Akan tetapi, dikala di sekolah anak mulai berguru untuk melaksanakan kiprah sekolah sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, efek media massa dalam pembentukan kepribadian seorang anak semakin kuat. Keragaman program-program dan jenis media massa dengan banyak sekali kepraktisannya menjadikan anak lebih tertarik untuk berlama-lama berinteraksi dengannya.
Karena itu, disadari ataupun tidak proses sosialisasi semakin bersahabat yang menjadikan penanaman nilai semakin kuat.
Kelompok media massa yang sanggup menjadi media sosialisasi di antaranya media cetak (surat kabar, majalah, tabloid) dan media elektronik (radio, televisi, video, film). Kini, dampak negatif dari media ini terasa semakin gampang terserap oleh anak daripada dampak positifnya.
Sebagai pola tayangan iklan di televisi yang mendorong gaya hidup konsumtif atau tayangan kekerasan ibarat agenda Smack Down banyak ditirukan anak-anak.
Selain keempat media yang sudah diuraikan di atas, sosialisasi juga sanggup dilakukan oleh institusi agama, organisasi kemasyarakatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan pendidikan nonformal, dan kehidupan bertetangga.
Semuanya sanggup membantu seseorang membentuk kepribadian dan sudut pandangnya wacana dunia serta menciptakan persepsi mengenai pilihan nilai yang baik dan jelek untuk dilakukan dalam interaksinya dengan orang lain.
Lihat juga: Tahapan-tahapan Sosialisasi
Pengertian dan Macam-macam Contoh Media Sosialisasi
Pengertian Media Sosialisasi
Media sosialisasi sanggup diartikan sebagai sarana berlangsungnya proses sosialisasi.Terdapat empat media sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan forum pendidikan formal (sekolah).
Muatan yang disampaikan setiap media sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang ditanamkan dalam keluarga boleh jadi berbeda atau bahkan bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh media sosialisasi lain.
Di sekolah belum dewasa diajarkan untuk tidak merokok, meminum minuman keras dan memakai obat-obatan terlarang (narkoba). Namun, dikala mereka berinterkasi dengan teman-teman sebaya, mungkin malah banyak yang melakukannya, atau dikala mereka melihat media massa hal-hal tersebut justru menjadi pajangan yang seperti menjadi hidangan wajib sehari-hari.
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila muatan atau pesan yang disampaikan oleh media sosialisasi itu tidak bertentangan atau bahkan saling mendukung satu sama lain. Namun, dalam kehidupan bermasyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi alasannya ialah dihadapkan pada perbedaan pesan yang disampaikan oleh mediamedia sosialisasi yang ada.
Keempat media sosialisasi yang disampaikan di atas sanggup kau kaji lebih jauh dalam
klarifikasi berikut.
- Keluarga
Dalam keluarga inti (nuclear family) media sosialisasi mencakup ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah yang tinggal secara gotong royong dalam satu rumah.
Adapun pada masyarakat yang menganut sistem hubungan (extended family), media sosialisasinya menjadi lebih luas alasannya ialah dalam satu rumah sanggup saja terdiri atas beberapa keluarga yang mencakup kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti.
Dalam masyarakat perkotaan, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada di luar anggota kerabat biologis. Kadangkala terdapat media sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter).
Seorang sosiolog yang berjulukan Gertrudge Jaeger beropini bahwa peranan para media sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar alasannya ialah anak sepenuhnya berada dalam lingkungan keluarganya. Peranan orang bau tanah menjadi sangat penting yang sanggup menunjukkan fondasi nilai bagi pengembangan kepribadian seorang anak.
- Teman Pergaulan
Media sosialisasi ini pertama kali didapatkan seseorang dikala ia bisa bepergian ke luar rumah.
Pada awalnya, sobat bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif. Namun, sanggup pula menunjukkan efek dalam proses sosialisasi sesudah keluarga. Puncak efek sobat bermain ialah pada masa dewasa dikala seorang anak lebih banyak dan lebih bahagia berinteraksi dengan sobat seusianya di luar rumah.
Dengan demikian, efek nilai-nilai yang terinternalisasi atau tertanam dari temannya akan ikut berperan dalam membentuk kepribadiannya.
Lain halnya dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok sepergaulan dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat. Karena itu, dalam kelompok bermain, anak sanggup mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilainilai keadilan.
- Media Pendidikan Formal
Seorang sosiolog yang berjulukan Dreeben mengungkapkan bahwa dalam forum pendidikan formal seseorang sanggup berguru membaca, menulis, dan berhitung. Serta sanggup mempelajari aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), dan kekhasan (specificity).
Biasanya, dikala di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan pinjaman dari orang tuanya dalam melaksanakan banyak sekali pekerjaan. Akan tetapi, dikala di sekolah anak mulai berguru untuk melaksanakan kiprah sekolah sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin.
- Media Massa
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, efek media massa dalam pembentukan kepribadian seorang anak semakin kuat. Keragaman program-program dan jenis media massa dengan banyak sekali kepraktisannya menjadikan anak lebih tertarik untuk berlama-lama berinteraksi dengannya.
Karena itu, disadari ataupun tidak proses sosialisasi semakin bersahabat yang menjadikan penanaman nilai semakin kuat.
Kelompok media massa yang sanggup menjadi media sosialisasi di antaranya media cetak (surat kabar, majalah, tabloid) dan media elektronik (radio, televisi, video, film). Kini, dampak negatif dari media ini terasa semakin gampang terserap oleh anak daripada dampak positifnya.
Sebagai pola tayangan iklan di televisi yang mendorong gaya hidup konsumtif atau tayangan kekerasan ibarat agenda Smack Down banyak ditirukan anak-anak.
- Media-Media Lain
Selain keempat media yang sudah diuraikan di atas, sosialisasi juga sanggup dilakukan oleh institusi agama, organisasi kemasyarakatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan pendidikan nonformal, dan kehidupan bertetangga.
Semuanya sanggup membantu seseorang membentuk kepribadian dan sudut pandangnya wacana dunia serta menciptakan persepsi mengenai pilihan nilai yang baik dan jelek untuk dilakukan dalam interaksinya dengan orang lain.
Lihat juga: Tahapan-tahapan Sosialisasi