Sejarah, Tujuan Dan Isi Konferensi Asia Afrika

Pembahasan kali ini akan membahas tetang isi konferensi Asia Afrika, tujuan konferensi Asia Afrika, sejarah konferensi Asia Afrika, hasil konferensi Asia Afrika, konferensi Asia Afrika, anggota konferensi Asia Afrika, perihal konferensi Asia Afrika dan aktivis konferensi Asia Afrika.


Peran Indonesia dalam Lembaga-Lembaga Internasional


Indonesia merupakan bab dari masyarakat dunia. Oleh alasannya itu, Indonesia terlibat secara aktif dalam lembaga-lembaga internasional.

Apa yang dimaksud dengan forum internasional? Lembaga internasional atau organisasi internasional ialah organisasi tetap menurut suatu persetujuan, kriteria, dan tujuan tertentu. Dalam lembaga-lembaga internasional, Indonesia memberikan tugas aktifnya.


Konferensi Asia Afrika (KAA)


Negara-negara di Asia dan Afrika mempunyai latar belakang sejarah yang sama, yaitu sebagai bangsa yang pernah terjajah.

Hal ini menjadikan gagasan untuk menyatukan negara-negara Asia-Afrika.

Dalam Konferensi Pancanegara di Kolombo pada tahun 1954, Mr. Ali Sastroamidjojo memberikan gagasan tersebut.

Gagasan ini pun menerima sambutan baik. Negara-negara penerima konferensi Pancanegara ialah Indonesia, Pakistan, Myanmar, India, dan Sri Lanka.
Pembahasan kali ini akan membahas tetang isi konferensi  Sejarah, Tujuan dan Isi Konferensi Asia Afrika
KAA

Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika

Konferensi Asia Afrika pertama kali diselenggarakan padatanggal 18–24 April 1955 di Bandung. Konferensi ini dihadiri oleh 29 negara.

Pembukaan konferensi dilakukan oleh Presiden Soekarno. Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dipilih sebagai ketua sidang dan Roeslan Abdoelgani dipilih sebagai sekjen.

Sidang berlangsung selama satu ahad dan menghasilkan sepuluh prinsip yang dikenal dengan Dasasila Bandung.

Isi Dasasila Bandung sebagai berikut:

1) Menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas-asas yang termuat dalam Piagam PBB.

2) Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.

3) Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, baik besar maupun kecil.

4) Tidak melaksanakan intervensi atau campur tangan soal-soal dalam negeri negara lain.

5) Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara berdikari atau kolektif.

6)a) Tidak mempergunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi          
          kepentingan khusus dari salah satu negara besar.
     b) Tidak melaksanakan tekanan terhadap negara lain.


7) Tidak melaksanakan tindakan atau bahaya aksi ataupun memakai kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.

8) Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, menyerupai perundingan, persetujuan, arbitrase, atau penyelesaian aturan dan lain-lain, dengan cara damai.

9) Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama.

10) Menghormati aturan dan kewajiban-kewajiban internasional.

Setelah berakhirnya KAA I, beberapa negara di Asia dan Afrika mulai memperjuangkan nasibnya untuk mencapai kemerdekaan dan kedudukan sebagai negara berdaulat penuh.

KAA kuat besar terhadap dunia internasional, bahkan turut mendukung lahirnya organisasi Gerakan Non-Blok. Pada tahun 1965 akan diselenggarakan KAA II di Algiers, Aljazair.

Rencana tersebut gagal akhir konflik politik di Aljazair. Indonesia sangat kecewa atas kegagalan penyelenggaraan KAA II.

Sebagai perjuangan mengobati rasa kekecewaan tersebut, Indonesia menyelenggarakan peringatan sepuluh tahun KAA I yang diberi nama Dasawarsa KAA.

Peringatan tersebut diselenggarakan di Jakarta dan dimeriahkan dengan pergelaran budaya Asia-Afrika. Tujuannya semoga Spirit Bandung sebagai hasil KAA I tidak lekas pudar sehingga rasa solidaritas negara-negara Asia-Afrika terus terpelihara.

Peran Indonesia dalam KAA

Dasasila Bandung yang menghasilkan Spirit Bandung atau Semangat Bandung kuat besar terhadap Indonesia.

Derajat bangsa Indonesia sebagai negara muda naik alasannya kemampuannya menyelenggarakan konferensi tingkat internasional.
Dalam KAA Indonesia bertindak sebagai pemrakarsa sekaligus penyelenggara. Selain itu, beberapa jabatan vital dalam KAA dipegang oleh putraputra bangsa. Misalnya, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dipilih sebagai ketua sidang dan Roeslan Abdoelgani sebagai sekjen KAA.