Keadaan Politik Dan Ekonomi Pra G 30 S/Pki

Pembahasan kali ini membahas ihwal kejadian g 30 spki, tujuan pemberontakan g 30 spki g 30 spki, keadaan ekonomi sebelum kejadian g 30 spki, keadaan politik sebelumg 30 spki,  kondisi politik pra g 30 spki, kondisi ekonomi pra g 30 spki dan g 30 spki



Keadaan Politik dan Ekonomi Pra G 30 S/PKI

Krisis ketatanegaraan dan pemerintahan yang terjadi pada tahun 1950-an memuncak dengan keluarnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959. Presiden Soekarno membubarkan Kabinet Djuanda dan membentuk Kabinet Kerja.

Presiden Soekarno juga membubarkan dewan perwakilan rakyat hasil pemilu 1955 alasannya menolak anggaran belanja negara yang diajukan pemerintah. Bung Karno lalu membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR) tanggal 24 Juni 1960.

Perbandingan keanggotaan DPRGR yang seluruh anggotanya dipilih Bung Karno yaitu nasionalis (94), Islam (67), dan komunis (81).

Dengan demikian, PKI memperoleh banyak laba dari kebijakan Bung Karno. DPRGR dilantik Bung Karno tanggal 25 Juni 1960. Tugasnya yaitu melaksanakan manipol, merealisasikan amanat penderitaan rakyat, dan melaksanakan demokrasi terpimpin.

Presiden Soekarno benar-benar menjadi inisiator dan operator politik tunggal demokrasi terpimpin. Garis kebijakannya ihwal demokrasi terpimpin tertuang dalam pidatonya tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita.

Langkah yang ditempuh yaitu membentuk Front Nasional, menggabungkan forum tinggi dan tertinggi negara di bawah kendalinya, serta membentuk Musyawarah Pembantu Pemimpin Revolusi (MPPR). Dampak kebijakan Presiden Soekarno bagi kehidupan bangsa dan negara sebagai berikut.
Pembahasan kali ini membahas ihwal kejadian g  Keadaan Politik dan Ekonomi Pra G 30 S/PKI
Politik Sebelum PKI

a. Kehidupan Politik


PKI berusaha keras berada di belakang dampak Bung Karno. PKI senantiasa memainkan peranan sebagai golongan yang paling Pancasilais.

Gagasan Bung Karno ihwal Nasakom terperinci menguntungkan gerakan PKI. Bahkan, D.N. Aidit pada tahun 1964 berani berkata, ”bila kita telah mencapai taraf hidup adil dan makmur dan telah hingga kepada sosialisme Indonesia, maka kita tidak lagi membutuhkan Pancasila.”

Gerakan PKI ini dihadang golongan Islam dan Tentara Nasional Indonesia AD. Bahkan, semenjak pembentukan DPRGR kedua kelompok ini telah menentang secara keras. Namun, upaya itu menerima rintangan alasannya Bung Karno memang melindungi keberadaan PKI.

Kondisi politik dikala itu benar-benar panas alasannya PKI melaksanakan beberapa agresi dan kerusuhan. Konflik antara PKI dan Tentara Nasional Indonesia AD pun tidak terhindarkan.

b. Kondisi Perekonomian

Selama demokrasi terpimpin Bung Karno menempatkan politik sebagai panglima. Beragam kebijakan dan pengaturan menjadi sia-sia alasannya besarnya anggaran untuk proyek-proyek mercusuar.

Bung Karno dikala itu sangat getol membangun jaringan dengan negara-negara sosialis komunis. Beliau memelopori pembentukan Conferences of the Emerging Forces (Conefo).

Oleh alasannya itu, dibangunlah gedung Conefo yang sekarang menjadi gedung MPR/DPR. Untuk keperluan Games of the New Emerging Forces (Ganefo), Bung Karno membangun Istora Senayan.

Selain untuk proyek tersebut, anggaran pemerintah juga dihabiskan untuk membiayai politik konfrontasi. Saat cadangan anggaran habis, pemerintah menghimpun dana-dana revolusi dan memperbanyak utang luar negeri.

Dampak dari kebijakan tersebut yaitu tingginya inflasi, melonjaknya harga kebutuhan masyarakat, dan tergencetnya perekonomian rakyat. Bukan pemandangan yang ajaib apabila selama demokrasi terpimpin banyak terjadi antrean beras dan minyak.