Adaptasi Mangrove Pada Asam Absisat Dan Imbas Berbiji Vivipar



Buah yaitu cuilan yang sering dikonsumsi masyarakat alasannya yaitu umumnya mempunyai rasa anggun dan asam. Buah-buahan menjadi salah satu produk yang bernilai ekonomi tinggi di dunia, semisal pisang, pepaya, dan buah lainnya. Dalam Biologi, buah yaitu struktur yang dihasilkan sebagai perkembangan dari bunga sesudah fertilisasi. Buah umumnya mengandung biji yang berisi embrio. Embrio ini yang akan menjadi penerus generasi suatu flora berbuah.

Biji akan berkecambah sesudah masak dan umumnya jatuh ke tanah. Biji berkecambah membentuk radikula dan plumula. Hal menyerupai ini tidak berlaku untuk flora mangrove dari Rhizophora dan Ceriops (Robert et al. 2015). Embrio flora ini berkecambah pada pohon secara eksklusif dengan membentuk struktur menyerupai calon akar. Berbeda dengan flora secara umum, flora mangrove berbuah dan embrio-nya berkecambah dikala buah masih melekat pada pohon induk. Kejadian menyerupai ini umum bagi mangrove. Istilah yang dipakai untuk menyebut insiden ini yaitu biji vivipar.

Buah yang di dalamnya berisi biji yang gres berkecambah

Semua mahluk hidup mempunyai taktik untuk mempertahankan spesies-nya tetap hidup. Mangrove pun melaksanakan hal tersebut. Biji mangrove yang lahir (vivipar) merupakan cara tumbuhan mangrove untuk menyebar ke kawasan sekelilingnya. Cara penyebaran menyerupai ini menyebabkan mangrove selalu berkumpul menyerupai menciptakan suatu koloni atau hutan mangrove. Selanjutnya, pertanyaan yang muncul yaitu kenapa hal ini sanggup terjadi?

Faktor utama penyebab biji mangrove berkecambah di pohon induk yaitu kegiatan zat pengatur tumbuh berupa asam absisat. Asam absisat (ABA) diketahui menghambat perkecambahan biji. Hal ini berarti ABA mempunyai kegiatan yang berlawanan dengan auksin dan giberelin. Pada flora secara umum, konsentrasi ABA tinggi pada cuilan biji, sehingga embrio tidak akan berkecambah sebelum konsentrasi ABA rendah. Embrio akan tumbuh dan berkecambah dikala ada imbibisi dari air dan melarutkan ABA, sehingga giberelin diinduksi. Peristiwa yang berbeda dialami oleh mangrove. Biji mangrove mempunyai ABA dalam konsentrasi yang rendah. Faktor ABA memilih dormansi atau berkecambahnya suatu biji.



Biji mangrove berkecambah untuk menginisiasi pembentukan akar sesudah menyentuh lumpur. Bagian struktur kecambah yang menyentuh lumpur akan memicu pembentukan akar lanjutan dan menegakkan batang. Hal yang perlu diketahui yaitu tidak semua mangrove bersifat vivipar (Robert et al. 2015). Kondisi lingkungan memicu flora untuk beradaptasi. Mangrove berada di kawasan payau dan bersahabat dengan laut. Arus bahari yang bergerak ke kawasan pantai juga memicu mangrove untuk sanggup tumbuh tetap tegak. Hal ini sanggup terlihat dari morfologi akar mangrove. Biji mangrove yang mempunyai kandungan ABA rendah memungkinkan terbentuknya struktur calon organ tumbuhan. Hal ini juga menyebabkan flora anakan sudah mempersiapkan diri untuk hidup dikala induk sudah melepaskan tangkai buah. Aktivitas tumbuhan terbentuk alasannya yaitu adanya interaksi dengan lingkungan. Adaptasi yang tidak biasa merupakan cara untuk tetap hidup di lingkungan yang berbeda.

Penulis: Indra Maulana

Referensi: Robert EMR, Oste J, et al. 2015. Viviparous mangrove propagules of Ceriops tagal and Rhizophora mucronata, where both Rhizophoraceae show different dispersal and establishment strategies. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. 468 (2015) 45–54.