Botani
Mekanisme Gerak Tumbuhan Skototropisme
Pandangan umum masyarakat mengenai gerak flora niscaya selalu mengarah kepada sumber cahaya. Bukti yang sering diungkapkan misalnya bunga matahari. Gerak flora yang mengarah atau mendekati sumber cahaya dikenal dengan istilah fototropisme. Umumnya, flora bergerak mendekati arah cahaya, tetapi ada flora yang bergerak menjauhi cahaya. Hal ini terlihat diluar kebiasaan umum.
Epipremnum giganteum yakni flora pemanjat dan berada di area kanopi pohon inangnya. Tumbuhan ini bergerak menjauhi cahaya, padahal cahaya diperlukan untuk fotosintesis. Pertanyaan yang muncul yakni bagaimana flora ini hidup? E. giganteum dewasa yang tumbuh di kanopi pohon berbuah dan buah ini jatuh ke permukaan tanah hutan. Buah ini mengandung biji yang berisi embrio E. giganteum . Biji berkecambah dan bergerak menjauhi cahaya dan mengarah pada bayangan pohon terdekat di sekitar kecambah. Kecambah ini tumbuh ke arah bayangan pohon dan mulai memanjat. E. giganteum bergerak, membengkok, dan tumbuh ke arah objek dengan kemampuan dark sensing.
Skototropisme yakni cara kecambah tumbuhan rambat yang tumbuh di tanah untuk menemukan tumbuhan inang. Presisi dan standar deviasi dari pertumbuhan tumbuhan rambat menurun seiring dengan pertambahan jarak tumbuhan inang. Semua kecambah tumbuh ke segala arah secara eksklusif mengarah ke tumbuhan inang. Pergerakan kecambah tidak selalu 180ยบ berlawanan dengan arah datangnya cahaya, tetapi flora rambat ini menyesuaikan diri untuk mengarahkan pergerakannya secara eksklusif ke arah inang.
Skototropisme bukan berarti tumbuhan takut cahaya. E. giganteum pun tetap membutuhkan cahaya untuk fotosintesis, namun dikala dalam fase kecambah mempunyai orientasi gerak yang berbeda. Tanaman ini akan berfotosintesis secara tepat sehabis membentuk daun dan menemukan inang. Pengetahuan terkait skototropisme masih sangat sedikit. Mekanisme gerak ini pun belum diketahui secara pasti, namun hal ini tetap terjadi pada flora bernama E. giganteum. Penelitian terkait simbiosis antara E. giganteum dengan pohon inang, bahkan pengetahuan terkait inang bagi tumbuhan pemanjat ini masih belum diketahui. Penelitian ini sanggup menjadi dasar bagi bidang ilmu lain menyerupai genetika untuk merekayasa gen dari flora ini, sehingga lebih bermanfaat.
Istilah yang dipakai untuk menyebutkan gerak menjauhi cahaya yakni skototropisme. Kata skoto berarti gelap dan digabungkan dengan kata tropism menjadi skototropisme. Istilah lain yang mempunyai makna sama, yaitu negatif fototropisme atau apheliotropisme. Kemampuan flora pemanjat ini yakni cara untuk beradaptasi. Apabila kecambah E. giganteum tidak mengikuti atau mencari bayangan inang maka kemungkinan spesies ini akan terseleksi. Kebutuhan terhadap inang terlihat terperinci pada flora pemanjat, terutama E. giganteum.
Referensi: Strong DRJ, Thomas SR. 1975. Host tree location behavior of a tropical vine (Monstera gigantea) by skototropism. Science. 190: 804-806.