Sosiologi
Kepribadian (Pengertian, Unsur, Faktor, Tahap Pembentukan)
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat tiba di blog . Senang sekali rasanya kali ini sanggup kami bagikan artikel lengkap perihal materi Sosiologi : Kepribadian meliputi Pengertian Kepribadian, Unsur-unsur Kepribadian, Faktor pembentuk Kepribadian, Tahap perkembangan Kepribadian, dan Pengaruh kebudayaan dalam pembentukan kepribadian. Silakan disimak artikel selengkapnya..
A. PENGERTIAN KEPRIBADIAN Kepribadian menunjuk pada pengaturan sikap-sikap seseorang untuk berbuat, berpikir, dan merasakan, khususnya apabila ia berafiliasi dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan. Kepribadian meliputi kebiasaan, sikap, dan sifat yang dimiliki seseorang apabila berafiliasi dengan orang lain. Konsep kepribadian merupakan konsep yang sangat luas, sehingga sulit untuk merumuskan satu definisi yang sanggup meliputi keseluruhannya.
Secara umum, pengertian kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakan dengan orang lain.
Pengertian Keprebadian oleh Para Tokoh:
- Menurut Agus Sujanto dkk (2004), menyatakan bahwa kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik.
- Gordon W.Allport. Kepribadian yakni suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik indvidu yang memilih tingkah laris dan aliran indvidu secara khas.
- Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006) yakni sifat dan tingkah laris khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, contoh tingkah laku, minat, pendiriran, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
- Allport mendefinisikan personality sebagai susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang memilih adaptasi yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum.
Adapun unsur-unsur kepribadian sebagai berikut.
1. Pengetahuan
Pengetahuan mengisi logika pikiran insan secara sadar. Pengetahuan individu terisi dengan fantasi, pemahaman, dan konsep lahir dari pengamatan dan pengalaman mengenai berbagai macam hal yang berbeda dengan lingkungan individu tersebut. Semua itu terekam dalam otak dan sedikit diungkap individu melalui bentuk perilaku.
2. Perasaan
Perasaan yakni suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang menghasilkan evaluasi positif atau negatif terhadap sesuatu yang dipengaruhi oleh pengetahuan. Pengetahuan selalu bersifat subjektif lantaran adanya unsur-unsur penilaian, yang bisa jadi berbeda dengan evaluasi orang lain. Perasaan selalu mengisi penuh kesadaran insan dalam hidupnya.
3. Dorongan Naluri
Dorongan naluri yakni merupakan kemampuan yakni kecenderungan pada setiap insan untuk menanggapi suatu rangsangan dengan contoh yang teratur. Dorongan hati (naluri) mencakup:
a. dorongan mempertahankan hidup;
b. dorongan seksual;
c. dorongan mencari makan;
d. dorongan bergaul;
e. dorongan menggandakan sikap sesama;
f. dorongan berbakti;
g. dorongan akan keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.
Secara umum, perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu sebagai berikut.
1. Warisan biologis (heredity)
Semua insan yang normal dan sehat mempunyai persamaan biologis tertentu, ibarat mempunyai dua tangan, pancaindra, kelenjar seks, dan otak yang rumit. Persamaan biologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan sikap semua orang.
Warisan biologi memengaruhi kehidupan insan dan setiap insan mempunyai warisan biologi yang unik, berbeda dari orang lain. Artinya tidak ada seorang pun di dunia ini yang mempunyai karakteristik fisik yang sama persis dengan orang lain, bahkan anak kembar sekalipun.
Beberapa orang mengklaim perbedaan individual dalam kemampuan, prestasi, dan sikap hampir semuanya berafiliasi dengan lingkungan, dan bahwa perbedaan individu dalam warisan biologis tidak begitu penting.
2. Warisan lingkungan alam (natural environment)
Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menjadikan insan harus mengikuti keadaan terhadap alam. Melalui adaptasi diri itu, dengan sendirinya contoh sikap masyarakat dan kebudayaannya pun dipengaruhi oleh alam.
3. Warisan sosial (social heritage) atau kebudayaan
Kita tahu bahwa antara manusia, alam, dan kebudayaan mempunyai kekerabatan yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Manusia berusaha untuk mengubah alam biar sesuai dengan kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya insan membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Sementara itu kebudayaan memperlihatkan andil yang besar dalam memperlihatkan warna kepribadian anggota masyarakatnya.
4. Pengalaman kelompok insan (group experiences)
Kehidupan insan dipengaruhi oleh kelompoknya. Kelompok manusia, secara sadar atau tidak telah memengaruhi anggota-anggotanya, dan para anggotanya mengikuti keadaan terhadap kelompoknya. Setiap kelompok mewariskan pengalaman khas yang tidak diberikan oleh kelompok lain kepada anggotanya, sehingga timbullah kepribadian khas anggota masyarakat tersebut.
5. Pengalaman unik (unique experience)
Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. Walaupun mereka pernah mendapat pengalaman yang serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam beberapa hal lainnya.
Menurut Paul B. Horton, pengalaman tidaklah sekedar bertambah, akan tetapi menyatu. Pengalaman yang telah dilewati memperlihatkan warna tersendiri dalam kepribadian dan menyatu dalam kepribadian itu, sesudah itu gres hadir pengalaman berikutnya.
================================================
Selain kelima faktor pembentuk kepribadian di atas, F. G. Robbins mengemukakan ada lima faktor yang menjadi dasar kepribadian, yaitu sebagai berikut :
1. Sifat dasar
Sifat dasar yakni keseluruhan potensi yang dimiliki seseorang yang diwarisi dari ayah dan ibunya. Dalam hal ini, Robbins telah menekankan pada sifat biologis yang merupakan salah satu hal yang diwariskan dari orangtua kepada anaknya.
2. Lingkungan prenatal
Lingkungan prenatal yakni lingkungan dalam kandungan ibu. Pada periode ini individu mendapat imbas tidak pribadi dari ibu. Oleh alasannya itu, kondisi ibu sangat memilih kondisi bayi yang ada dalam kandungannya tersebut, baik secara fisik maupun secara psikis. Banyak insiden yang sudah ada menerangkan bahwa seorang ibu yang pada waktu mengandung bayi mengalami tekanan psikis yang sangat hebat, biasanya pada dikala proses kelahiran bayi ada gangguan atau sanggup dikatakan tidak lancar.
3. Perbedaan individual
Perbedaan individual merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses sosialisasi semenjak lahir. Anak tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik, berbeda dengan individu lainnya, dan bersikap selektif terhadap imbas dari lingkungan.
4. Lingkungan
Lingkungan meliputi segala kondisi yang ada di sekeliling individu yang memengaruhi proses sosialisasinya. Proses sosialisasi individu tersebut akan kuat pada kepribadiannya.
5. Motivasi
Motivasi yakni dorongan-dorongan, baik yang tiba dari dalam maupun luar individu sehingga menggerakkan individu untuk berbuat atau melaksanakan sesuatu. Dorongan-dorongan inilah yang akan membentuk kepribadian individu sebagai warna dalam kehidupan bermasyarakat.
D. TAHAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian sanggup dan mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Nana Syaodih Sukmadinata, (2005) mengemukakan tahapan perkembangan kepribadian dengan kecenderungan yang bipolar:
- Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap aneh ia tidak akan mempercayainya. Oleh lantaran itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang aneh tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, bunyi asing, perlakuan aneh dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
- Masa kanak-kanak awal (early childhood ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai-batas-batas tertentu anak sudahbisa bangkit sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak laindia ga telah mulai mempunyai rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
- Masa pra sekolah(Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah mempunyai beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut ia terdorong melaksanakan beberapa kegiatan, tetapi lantaran kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya ia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menjadikan ia mempunyai perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu ia tidak mau berinisatif atau berbuat.
- Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain lantaran keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang ia menghadapi kesukaran, kendala bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini sanggup menjadikan anak merasa rendah diri.
- Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan–kecakapan yang dimilikinya ia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia mitra dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap tugas yang diberikan kepada masing-masing anggota.
- Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu mempunyai ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa iniikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, ia membina kekerabatan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Kaprikornus pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk kekerabatan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang dekat atau renggang dengan yang lainnya.
- Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity – stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi ia mustahil sanggup menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal – hal tertentu ia mengalami hambatan.
- Masa hari renta (Senescence)ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah mempunyai kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih mempunyai beberapa harapan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi lantaran faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk sanggup dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi erosi kemampuan lantaran usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.
E. TIPE KEPRIBADIAN
Dalam sosiologi, tipe kepribadian diklasifikasikan tiga tipe kepribadian, yaitu kepribadian normatif, kepribadian otoriter, dan kepribadian perbatasan.
1. Kepribadian Normatif ( Normative Man )
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang ideal, di mana seseorang mempunyai prinsip-prinsip yang kuat untuk menerapkan nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya sebagai hasil sosialisasi pada masa sebelumnya. Seseorang mempunyai kepribadian normatif apabila terjadi proses sosialisasi antara perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan terhadap orang lain sesuai dengan tata nilai yang ada di dalam masyarakat. Tipe ini ditandai dengan kemampuan mengikuti keadaan yang sangat tinggi dan sanggup menampung banyak aspirasi dari orang lain.
2. Kepribadian Otoriter ( Otoriter Man )
Tipe ini terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan orang lain. Situasi ini sering terjadi pada anak tunggal, anak yang semenjak kecil mendapat sumbangan dan proteksi yang lebih dari lingkungan orang-orang di sekitarnya, serta anak yang semenjak kecil memimpin kelompoknya.
3. Kepribadian Perbatasan
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relatif labil di mana ciri khas dari prinsip-prinsip dan perilakunya seringkali mengalami perubahan-perubahan, sehingga seperti seseorang itu mempunyai lebih dari satu corak kepribadian. Seseorang dikatakan mempunyai kepribadian perbatasan apabila orang ini mempunyai dualisme budaya, contohnya lantaran proses perkawinan atau lantaran situasi tertentu hingga mereka harus mengabdi pada dua struktur budaya masyarakat yang berbeda.
F. PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Kebudayaan memang sangat kuat dalam kepribadian saya. Sebagai seorang anak yang terlahir dengan kebudayaan timur, saya mempunyai kepribadian sesuai dengan tempat tempat tinggal saya yaitu di pulau Jawa. Dalam kebudayaan Jawa, masyarakatnya itu masih memengang teguh moral istiadatnya. Mereka juga identik dengan kepribadian yang lemah lembut, sopan, ramah dan lain sebagainya. Kehidupan yang masih tradisional pula lah yang bisa mempererat tali persaudaraan yang terjadi antar anggota masyarakat. Budaya bahu-membahu yang masih ada dalam masyarakat Jawa mungkin tidak bisa kita temui di tempat perkotaan. Selain lantaran moral istiadatnya yang masih kental, kekerabatan social antar anggota masyarakat juga erat kaitannya dengan pembentukan kepribadian. Dalam hal ini, kepribadian saya sanggup terbentuk lantaran adanya imbas kebudayaan di daerahku. Kesimpulannya, kebudayaan itu sangat kuat terhadap kepribadian seorang individu. Tanpa kebudayaan mungkin kita tidak akan mempunyai kepribadian. Kebudayaan itu ada banyak sekali, jadi kalau kita melihat kepribadian seseorang itu sanggup terbentuk menurut kebudayaan, maka dalam dunia ini terdapat banyak kepribadian yang pastinya berbeda antara satu dengan yang lainnya menurut tempat tempat tinggal masing-masing.
Demikian artikel lengkap perihal materi Sosiologi : Kepribadian meliputi Pengertian Kepribadian, Unsur-unsur Kepribadian, Faktor pembentuk Kepribadian, Tahap perkembangan Kepribadian, dan Pengaruh kebudayaan dalam pembentukan kepribadian. Semoga bermanfaat..