Bahasa Indonesia
Cara Menulis Dan Menciptakan Cerpen Untuk Pemula Dan Langkah-Langkahnya
Pembahasan kali ini ialah perihal cara menulis dan menciptakan cerpen untuk pemula, tips menulis cerpen, langkah menulis cerpen, menulis kembali cerpen, cara buat cerpen, tips menciptakan cerpen, langkah-langkah menciptakan dan menulis cerpen, dan cara menulis cerita.
Makin banyak membaca cerpen, makin banyak pula pengalaman hidup kalian peroleh. Nah, kini saatnya kalian menyebarkan kisah dengan teman.
Caranya, dengan menuliskan kembali isi cerpen yang telah kalian baca, tentunya dengan kalimat-kalimat kalian sendiri. Jadi, bukan menyalin cerita.
Bagaimana langkah menuliskan kembali isi cerpen yang pernah kita baca? Berikut ini beberapa tawaran yang sanggup diikuti sebelum kalian menuliskan kembali isi cerpen.
Perhatikan teladan berikut!
Kutipan Cerpen Asli
Kulangkahkan kaki lebih cepat menyusul sebagian orang yang berjalan di depan. Tak akan kubiarkan seseorang atau siapa pun menggangguku. Terlebih jikalau saya sedang ingin menyendiri.
Sumber: cerpen “Di Puncak Cartensz Piramid”, oleh Sinta Yudisia Wisudanti, dalam kumpulan cerpen Selaksa Rindu Dinda.
Penulisan Kembali Isi Cerpen
Dia berjalan lebih cepat untuk menyusul teman-teman yang ada di depan. Dia tak ingin diganggu siapa pun.
Perhatikan teladan berikut!
Contoh Penceritaan Kembali yang Kurang Menarik
Setelah pergi kursus, ia pulang, kemudian ia membantu ibunya memasak kemudian ada temannya tiba kemudian ia menemui temannya kemudian ia ngobrol hingga sore hari.
Contoh Penceritaan Kembali yang Menarik
Sepulang dari kursus, ia membantu ibu memasak. Tak usang kemudian, temannya datang. Ia pun menemui temannya dan ngobrol hingga sore hari.
Perhatikan petikan sebuah cerpen berikut!
Aku berkeras tidak memperlihatkan kopor itu. Aku teringat cerita-cerita perihal tukang becak Jakarta yang suka menyesatkan penumpang-penumpang yang gres tiba di Jakarta. Memutar-mutarkan becaknya dan kemudian meminta bayaran yang tinggi.
“Berapa ke Tebet...?”
“Seratus .......,” katanya.
“Terima kasih..............”
“Pandanganku tertumbuk pada seorang tukang becak yang telah setengah baya. Ia hanya tersenyum, tidak berkata-kata.
Aku menuju ke arahnya.
“Ke mana, Nak?” katanya.
Hatiku seakan-akan disiram air yang dingin. Aman.
“Ke Tebet, Pak. Jalan Berdikari....... Bisa bapak mengantar? Berapa?”
“Berapa?”
“Naiklah dulu, nanti anak kira-kirakan sendiri. Saya hanya mencari upah sekadar cukup untuk makan anak dan isteri. Jangan takut-takut, Nak, mari naik. Tidak mahal.
Dua puluh lima. Anak punya uang sekian? Memang banyak kawan-kawanku yang nakal........” katanya
Aku duduk di becak. Kopor kuletakkan di kakiku.
Sumber : cerpen Tukang Becak, karya Sukanto S.A.
Sinopsis dari kutipan cerpen di atas kurang lebih menjadi menyerupai berikut!
Sesampainya di Jakarta, ketika hendak menuju ke Tebet, ia sempat ragu ketika hendak naik becak. Ia ingat kisah perihal nakalnya tukang becak di Jakarta. Untung ia mendapati seorang tukang becak setengah baya yang cukup ramah, baik hati yang yang mengantarkannya ke Tebet.
Cara Menuliskan Kembali Cerita Pendek
Berapa buah cerpenkah yang telah kalian baca? Banyak. Bagus, di antara kalian ternyata banyak yang gemar membaca cerpen.Makin banyak membaca cerpen, makin banyak pula pengalaman hidup kalian peroleh. Nah, kini saatnya kalian menyebarkan kisah dengan teman.
Caranya, dengan menuliskan kembali isi cerpen yang telah kalian baca, tentunya dengan kalimat-kalimat kalian sendiri. Jadi, bukan menyalin cerita.
Bagaimana langkah menuliskan kembali isi cerpen yang pernah kita baca? Berikut ini beberapa tawaran yang sanggup diikuti sebelum kalian menuliskan kembali isi cerpen.
1. Mengubah sudut pandang cerpen.
Menuliskan kembali isi cerpen berarti menempatkan kita sebagai pencerita ulang. Dengan demikian, sudut pandang kisah ialah sudut pandang orang ketiga, meskipun cerpen yang kita ceritakan memakai sudut pandang orang pertama.Perhatikan teladan berikut!
Kutipan Cerpen Asli
Kulangkahkan kaki lebih cepat menyusul sebagian orang yang berjalan di depan. Tak akan kubiarkan seseorang atau siapa pun menggangguku. Terlebih jikalau saya sedang ingin menyendiri.
Sumber: cerpen “Di Puncak Cartensz Piramid”, oleh Sinta Yudisia Wisudanti, dalam kumpulan cerpen Selaksa Rindu Dinda.
Penulisan Kembali Isi Cerpen
Dia berjalan lebih cepat untuk menyusul teman-teman yang ada di depan. Dia tak ingin diganggu siapa pun.
Gambar: Cara Menulis Cerpen |
2. Menyampaikan kisah dengan bervariasi.
Sering terjadi penceritaan ulang dengan bahasa yang monoton dan cenderung mengulang kata sambung tertentu. Hal ini mengkibatkan kisah menjadi kurang menarik.Perhatikan teladan berikut!
Contoh Penceritaan Kembali yang Kurang Menarik
Setelah pergi kursus, ia pulang, kemudian ia membantu ibunya memasak kemudian ada temannya tiba kemudian ia menemui temannya kemudian ia ngobrol hingga sore hari.
Contoh Penceritaan Kembali yang Menarik
Sepulang dari kursus, ia membantu ibu memasak. Tak usang kemudian, temannya datang. Ia pun menemui temannya dan ngobrol hingga sore hari.
3. Menuliskan sinopsis cerpen
Menuliskan kembali isi cerpen yang pernah dibaca, tidak berarti menuliskan ulang cerpen tersebut tetapi menceritakan ulang. Jadi, bentuk penceritaan ulang tersebut menyerupai layaknya sebuah sinopsis atau ringkasan cerita.Perhatikan petikan sebuah cerpen berikut!
Aku berkeras tidak memperlihatkan kopor itu. Aku teringat cerita-cerita perihal tukang becak Jakarta yang suka menyesatkan penumpang-penumpang yang gres tiba di Jakarta. Memutar-mutarkan becaknya dan kemudian meminta bayaran yang tinggi.
“Berapa ke Tebet...?”
“Seratus .......,” katanya.
“Terima kasih..............”
“Pandanganku tertumbuk pada seorang tukang becak yang telah setengah baya. Ia hanya tersenyum, tidak berkata-kata.
Aku menuju ke arahnya.
“Ke mana, Nak?” katanya.
Hatiku seakan-akan disiram air yang dingin. Aman.
“Ke Tebet, Pak. Jalan Berdikari....... Bisa bapak mengantar? Berapa?”
“Berapa?”
“Naiklah dulu, nanti anak kira-kirakan sendiri. Saya hanya mencari upah sekadar cukup untuk makan anak dan isteri. Jangan takut-takut, Nak, mari naik. Tidak mahal.
Dua puluh lima. Anak punya uang sekian? Memang banyak kawan-kawanku yang nakal........” katanya
Aku duduk di becak. Kopor kuletakkan di kakiku.
Sumber : cerpen Tukang Becak, karya Sukanto S.A.
Sinopsis dari kutipan cerpen di atas kurang lebih menjadi menyerupai berikut!
Sesampainya di Jakarta, ketika hendak menuju ke Tebet, ia sempat ragu ketika hendak naik becak. Ia ingat kisah perihal nakalnya tukang becak di Jakarta. Untung ia mendapati seorang tukang becak setengah baya yang cukup ramah, baik hati yang yang mengantarkannya ke Tebet.