Pemberontakan Apra (Angkatan Perang Ratu Adil)

Setelah pemberontakan pki dan tertangkapnya sekitar 200kader pki pada tanggal 19 september 1949 terjadi lagi pemberontakan oleh APRA di bandung tanggal 23 januari 1950.

Pemberontakan APRA



Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) terjadi di Bandung tanggal 23 Januari 1950. Pemberontakan ini dipimpin oleh Raymond Westerling dengan delapan ratus serdadu.

Latar belakang pemberontakan ini ialah cita-cita Belanda untuk mengamankan kepentingan ekonominya di Indonesia dan mempertahankan serdadu Belanda dalam sistem federal.

Pada pagi hari tanggal 23 Januari 1950 gerombolan APRA menyerang anggota Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS/TNI). Bahkan, Markas Staf Divisi Siliwangi berhasil mereka rebut.

Letkol Lembong dan lima belas pasukannya tewas sehabis diserang 150 gerombolan APRA. Akibat pemberontakan APRA ini sekitar 79 tentara APRIS tewas.

Pemerintahan Hatta mengadakan negosiasi dengan Komisaris Tinggi Belanda dan mengirimkan pasukan ke Bandung.

Akhirnya, Komandan Tentara Belanda Mayor Jenderal Engels mendesak Westerling semoga pergi. Gerombolan APRA pun berhasil dilumpuhkan oleh APRIS dengan dibantu rakyat.
 terjadi lagi pemberontakan oleh APRA di bandung tanggal  Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil)
APEA

Pemberontakan Andi Azis

Andi Azis ialah perwira KNIL di Makassar. Saat terjadi rasionalisasi tentara, ia bergabung dengan APRIS di Indonesia bab timur di bawah Letkol Ahmad Junus Mokoginta.

Namun, ia bersama kelompoknya menolak pengiriman pasukan oleh Tentara Nasional Indonesia ke Makassar ketika terjadi pergolakan anti-federal. Kapten Andi Azis lalu membentuk ”Pasukan Bebas” dan gerombolannya melaksanakan pemberontakan.

Makassar berhasil mereka kuasai alasannya ialah terbatasnya pasukan APRIS. Bantuan APRIS lalu tiba dengan dipimpin oleh Kolonel A.E. Kawilarang dan Mayor H.V. Worang. Pertempuran pecah antara tentara KNIL dan APRIS/TNI tanggal 15 Mei 1950.

Perundingan lalu diadakan antara APRIS (Kolonel A.H. Nasution) dan KNIL (Kolonel Pereira). Hasil negosiasi ialah akan dilakukan penjagaan bersama oleh Polisi Militer dari kedua belah pihak.

Pertempuran pecah kembali sehabis perwira APRIS Letnan Jan Ekel ditembak KNIL tanggal 5 Agustus 1950. Tentara KNIL terkepung dan menyerah.

Mereka balasannya mau berunding tanggal 8 Agustus 1950. Indonesia diwakili A.E. Kawilarang dan Belanda diwakili Mayjen Scheffelaar. KNIL balasannya meninggalkan Makassar.

Pemberontakan RMS

Republik Maluku Selatan (RMS) didirikan oleh Christian Robert Soumokil. Dia ialah bekas Jaksa Agung Negara Indonesia Timur (NIT) semasa RIS.

Latar belakang pemberontakan RMS ialah ketidaksenangannya untuk kembali ke negara kesatuan sesuai keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB). Untuk memperjuangkan misinya, Soumokil mengintimidasi, meneror, dan membunuh lawan-lawan politiknya.

Misalnya terhadap Kepala Daerah Maluku Selatan J. Manuhutu. Teror dilakukan oleh bekas pasukan Westerling yang berjumlah dua ratus KNIL.

Ketua Persatuan Pemuda Indonesia Maluku Wim Reawaru tewas terbunuh. Pemerintah menerapkan dua cara untuk menghadapi pemberontakan ini. Cara diplomasi ditempuh dengan mengirimkan dr.

Leimena, tetapi ditolak Soumokil. Selanjutnya, digelar Gerakan Operasi Militer III. Operasi ini dipimpin oleh Kolonel Kawilarang.

Pasukan dibagi menjadi tiga, yaitu Grup I dipimpin Mayor Achmad Wiranatakusumah, Grup II dipimpin oleh Letkol Slamet Riyadi, dan Grup III dipimpin Mayor Surjo Subandrio.

RMS dengan gampang dipadamkan, tetapi Letkol Slamet Riyadi tewas tertembak dalam sebuah kontak senjata di depan benteng Nieuw Victoria.